Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fenomena Bocil di Panggung Pementasan

4 Juli 2024   06:50 Diperbarui: 4 Juli 2024   07:05 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak Joy saat mendendangkan lagu Prau Layar, klik videonya di bawah (dokumen pribadi) 

Fenomena Bocil di Panggung Pementasan

Oleh: Suyito Basuki

 

Bocil alias bocah kecil di panggung pementasan sudah tidak asing lagi.  Jika orang tuanya artis, maka anaknya pun digadang-gadang jadi artis.  Sehingga dalam setiap kesempatan orang tuanya manggung, maka anak akan dikasih kesempatan untuk ikut manggung.  Jika orang tuanya seniman tradisional, dalang misalnya, anaknya pun meski  bocil akan diberi kesempatan manggung bersama bapaknya, mungkin pada awal pertunjukan, memainkan sebuah adegan.

Tujuan memberi kesempatan bocil untuk naik ke pementasan sebenarnya sangat baik.  Anak dibiasakan dengan profesi yang tengah dilakoni orang tuanya.  Siapa tahu anak kemudian ngeklik dengan profesi orang tuanya itu, sehingga nanti bisa melanjutkannya.  Selain itu juga untuk melatih mental anak dalam dunia pentas.  Jika anak diminta untuk menyanyi, maka juga melatih vokalisasi anak dan penguasaan lagu.

Beberapa artis dan seniman tradisional telah membuahkan hasil dengan cara memberi kesempatan bocil-nya untuk manggung sebelumnya.  Beberapa contoh saja, Bing Slamet bisa melahirkan penyanyi cilik berbakat Adi Bing Slamet, Yok Koeswoyo mengibarkan Chicha Koeswoyo, Ki Dhalang Anom Suroto membesarkan Ki Bayu Aji, Ki Suparman menghasilkan Ki Seno Nugroho dan sebagainya.

Dunia panggung yang keras

Penonton terbiasa hanya melihat penampilan penyanyi atau artis di panggung saja.  Penyanyi atau artis saat tampil tentu berpakaian yang indah, penampilan mereka pun mempesona, wajah serba ganteng dan ayu.  Senyum tawa mereka menjadi magnit bagi penonton.  Mungkin penonton kemudian berkomentar, "Betapa bahagianya hidup mereka."

Di balik panggung, mungkin kehidupan penyanyi atau artis bisa saja berbeda.  Belum lama ini saya bertanya kepada seorang ibu yang dulu waktu pemudi menjadi penyanyi tradisional.  Setelah setahun menggeluti bidang tarik suara bersama grup campur sarinya, tiba-tiba dia menghentikan aktifitasnya yang saat itu ia sudah mendapat julukan sindhen.

Dia bercerita bahwa saat sindhen sebelum manggung, khususnya di daerahnya, saat sindhen berdandan itu pasti dikelilingi oleh laki-laki yang mabuk minuman keras.  Dia merasa jengah sehingga dia berpikir ulang dengan profesi yang hendak digelutinya itu.

Beberapa kali memainkan wayang sebagai dalang, saya bisa melihat potensi kekerasan itu terjadi kepada sinden atau penyanyi wanita.  Di sebalik panggung, kehidupan seniman yang disebut orang kehidupan bebas itu memang bisa terlihat.  Memang semua tergantung kepada yang menghayatinya.  Tetapi gempuran itu terus menerus terjadi, secara manusiawi siapa yang bisa bertahan?

Kalau melihat berita-berita, banyak artis yang terlibat narkoba.  Bisa jadi karena memang dunia di balik panggung dunia yang potensi penuh dengan kekerasan.  Di dalam pergaulan artis yang sangat longgar, peredaran narkoba menjadi sangat mudah dilakukan.

Belum lagi kalau membahas perselingkuhan artis di balik panggung.  Wah itu perkara yang biasa.  Sehingga orang tidak heran misalnya ada berita penyanyi meninggalkan rumah tangganya karena lebih memilih hidup bersama dengan MC-nya.  Tidak semua artis seperti itu, tetapi kenyataan tersebut pernah terjadi.  Memang semua tergantung dan kembali kepada pelakonnya masing-masing.


Anak terinfiltrasi

Gambaran kehidupan di balik panggung sekelebat bisa dirasakan mengherankan.  Mungkin kalau ditelisik lebih jauh, kehidupan dunia panggung secara "under ground" mungkin akan lebih memprihatinkan.

Jika tidak hati-hati, bocil yang diajak manggung oleh orang tuanya secara tidak sadar akan terinfiltrasi atau terpengaruh dengan dunia panggung dan di sebaliknya yang penuh dengan kekerasan itu, baik fisik maupun verbal.  Yang lebih parah adalah jika kemudian anak mencontoh perilaku-perilaku tersebut. 

Pernah saya melihat sebuah pertunjukan wayang kulit yang menghadirkan bintang tamu sinden yang sedang naik daun.  Mungkin Ki Dalang ingin memberi pengalaman pentas kepada bocilnya yang masih usia TK.  Bocil tersebut diminta menyanyikan sebuah lagu besama sinden terkenal itu.  Sangat bagus vokal bocil dan penguasaan lagunya.  Menurut saya bocil itu memang memiliki talenta tarik suara.

Saat dialog antara bocil dan sinden itu, bocil memberi teka-teki dengan bertanya kepada mbak sinden, "Apa bedanya susu indomilk dengan milik mbak sinden?"

Mbak Sinden kemudian memberi jawaban standar.  Si Bocil mengatakan salah terhadap jawaban mbak sinden itu. "Yang benar bagaimana?" tanya mbak sinden. "Yang benar, susu indomilk itu susu kental manis, tetapi milik mbak sinden itu susu kental kentul..." jawab si bocil tanpa ekspresi.  Sontak penonton tertawa geli dengan kelihaian jawaban bocil tadi.

Langkah antisipasi

Bocil bukan berarti harus dilarang naik ke panggung.  Justru kalau ada kesempatan, bocil  yang berbakat di bidangnya supaya diberi peluang.  Hanya saja, melihat dunia panggung dan di sebaliknya yang terdapat potensi kekerasan itu, maka bagi orang tua dan pengembang bakat hendaknya terus mendampingi anak dalam setiap pementasan.  Nasihat-nasihat supaya berlaku sesuai dengan kesopanan baik dalam tutur maupun tindakan, perlu terus disampaikan.

Selain itu perlu diingat tujuan bocil itu tampil adalah untuk melatih mental, penguasaan lagu yang berguna bagi pengembangan karier dan sekolah mereka di masa depan.  Jika tujuan itu sudah bergeser, menampilkan bocil untuk menghasilkan uang, popularitas, atau niat-niat tersembunyi lainnya, kasihan sekali ya bocil itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun