Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Pameran Lukisan "Greng '76", Greng-nya Lukisan, Greng-nya Pengunjung

26 Juni 2024   14:36 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:20 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grup Band Kiki & The Klan pada pembukaan pameran (dokumen pribadi)

Oleh: Suyito Basuki

Bertempat di Gedung Bentara Budaya Jl. Suroto No. 2 Kotabaru Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta, 21-30 Juni 2024 berlangsung pameran lukisan yang bertajuk Greng '76.

Peserta pameran yang adalah alumni STSRI "ASRI" Yogyakarta itu adalah AB Dwiantoro, Akbar Linggaprana, Akmal Syarif, Amdo Brada, Bambang Hidayatun, Bambang Sudarto, Bambang SW, Budi Waluyo, Dyan Anggraini, Eko AB Umar, Gatut Suwito, Haris Purnomo, Helmy Azeharie, Hermanu, Joseph Raharjo, Mangkok Sugiyanto, Sanen Suryanto, Swis Sembiring, Syaiful Adnan, Umbu LP Tanggela, Wahyudi Nugroho, Yana Surya, Yantje Yohanes M, dan Zainal Arifin. 

Grup Band Kiki & The Klan pada pembukaan pameran (dokumen pribadi)
Grup Band Kiki & The Klan pada pembukaan pameran (dokumen pribadi)

Romo Sindhunata SJ mewakili Bentara Budaya Yogyakarta dalam sambutannya mengatakan bahwa pertemuan kumpulan alumni seniman senior yang berpartisipasi di pameran ini ia apresiasi luar biasa. Karena lazimnya menurutnya, reuni hanya berisi keluh kesah tentang masalah penyakit atau yang lainnya. 

Namun proses alumni ASRI 1976 ini menghasilkan karya-karya yang memukau. "Anda semua membuat sesuatu yang luar biasa, pameran lukisan," kata Romo Sindhunata yang selain rohaniwan juga seorang budayawan.

Grengnya Lukisan

Subroto Sm seorang perupa alumnus STSRI "ASRI", serta mantan pengajar FSR ISI Yogyakarta, memberi penjelasan kata "greng" yang dipakai sebagai tajuk pameran alumni ASRI yang menurut Hermanu salah satu panitia, terinspirasi dengan ajaran Pak Widayat yang menyatakan bahwa lukisan yang bagus itu harus "greng".

Subroto Sm dan istri, bersama peserta pameran, Romo Sindhunata dan tamu undangan (dokumen pribadi)
Subroto Sm dan istri, bersama peserta pameran, Romo Sindhunata dan tamu undangan (dokumen pribadi)

Subroto Sm menceritakan bahwa pada th 1988, saat Pak Widayat mau adakan pameran Purnatugas, Subroto Sm memperoleh konfirmasi bahwa menurut beliau lukisan yang bagus itu harus "ngrenyem" dan "greng". "Greng" dimaksud sama halnya dengan "nyetrum" atau "menggetarkan" perasaan.

Kemudian bagaimana agar lukisan mampu nyetrum penonton? 

Salah satu syaratnya lukisan itu harus "ngrenyem". Apa itu "ngrenyem??" Subroto menjelaskan, berdasar pendapat Pak Widayat bahwa "ngrenyem" itu bagai rasa dan aroma rokok klembak menyan, saat disulut dan disedot: "Hmmmm...ngrenyem!"

Menurut Subroto Sm dalam kata sambutannya lebih lanjut, "ngrenyem" dalam praktik melukis ala Widayat adalah menciptakan komposisi warna yang harmonis dengan membubuhkan sedikit saja warna-warna primer di atas susunan warna-warna tersier atau netral.

"Menurut hemat saya 'greng' merupakan salah satu syarat sebuah karya seni rupa yang dianggap berhasil atau berbobot. Syarat-syarat yang lain antara lain: memiliki gagasan/pesan yang jelas, berbentuk artistik dan unik, mampu membaca tanda-tanda zaman, mampu menggetarkan perasaan dan memerkaya batin penikmatnya," demikian urai Subroto Sm. 

Tentang lukisan yang 'greng' menurut Subroto Sm lebih lanjut, Bb Sugiharto menambahkan satu syarat soal 'lukisan yang greng' itu, yaitu memiliki metafora yang kuat.

Subroto Sm selanjutnya menilai bahwa karya Edhi Sunarso "Pembebasan Irian Barat" 1962 dan lukisan Djoko Pekik "Berburu Celeng" 1998, merupakan dua contoh adikarya/masterpiece yang pastinya memiliki "greng" itu.

"Terkait istilah 'greng' ini, Bentara Budaya Yogyakarta pernah menggelar pameran bertema "Greng" dalam rangka 100 tahun Widayat, pada 22-30 Oktober 2019," demikian Ilham Khoiri General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corporate Communication Kompas Gramedia.

Hani, seorang pengunjung 'greng' melihat lukisan akrilik karya Syaiful Adnan
Hani, seorang pengunjung 'greng' melihat lukisan akrilik karya Syaiful Adnan "Dinamika Kaligrafi" (dokumen pribadi)

Menurut Ilham Khoiri, tema "Greng" diusung oleh komunitas "L76" karena dianggap cukup mewakili warisan spirit berkesenian semasa mereka kuliah di ASRI. Meski pernah belajar seni lukis, menurut Ilham, tak semua mereka kemudian benar-benar menekuni jalur kesenian secara murni dan profesional. 

Sebuah fakta yang bisa dilihat di dalam katalog, ditunjukkan bahwa sebagian dari mereka berkarier sebagai guru, pegawai negeri sipil, TNI, atau pegawai swasta. Profesi kadang bukan soal pilihan, tapi soal jalan takdir.

"Meski memiliki profesi berbeda-beda, mereka semua masih menjaga spirit berkarya seni rupa. Warisan semangat 'greng' dihidupkan dalam karya-karya baru. Sebagian karya itu masih menampakkan jejak visual lama 40-an tahun silam, sebagian lagi telah berkembang dalam bentuk-bentuk yang lebih segar," demikian Ilham Khoiri mengkritisi.

Semangat Belajar, Mencipta, dan Memasyarakatkan Seni

Masih menurut Subroto Sm dalam sambutannya, bahwa spirit kelompok angkatan mahasiswa ASRI terbukti memacu semangat belajar, mencipta, dan memasyarakatkan seni.

Berdasarkan pengamatan Subroto Sm, ada kelompok yang sudah berpameran beberapa kali seperti: LINGKAR 1989, Tarman dan kawan-kawan 2 kali; PRASIDHA 1993, Jumadi Alfi dan kawan-kawan 7 kali. 

Ada juga yang baru sekali pameran lukisan yakni Eksponen79, Agus Kamal dan kawan-kawan dan serta Greng76 saat ini Hermanu dan kawan-kawan. "Secara kebetulan kelompok mahasiswa 1976 ini baru sekali ini berpameran bersama di luar kampus. Itu pun sesudah mereka berpisah selama 48 th," demikian imbuh Subroto Sm.

(Foto Katalog)/dokpri 
(Foto Katalog)/dokpri 

Menurut Hermanu, yang juga memamerkan karyanya menyatakan bahwa acara pameran lukisan yang mengumpulkan balung pisah setelah alumni ASRI 76 tersebar ke mana-mana, merupakan upaya untuk memberikan fakta sejarah kepada masyarakat seni tentang riwayat berdirinya ASRI di tahun 1950 yang sampai saat ini menurutnya masih kelabu.

Dr. Sri Margana, M.Hum sedang berbicara didampingi Drs. Wardoyo Sugianto, Made Purnamasari moderator (dokumen pribadi)
Dr. Sri Margana, M.Hum sedang berbicara didampingi Drs. Wardoyo Sugianto, Made Purnamasari moderator (dokumen pribadi)

Tidak hanya itu, dalam rangkaian pameran ini juga digelar acara bincang-bincang tentang sejarah ASRI yang terlupakan atau yang tercecer, mengenai tokoh perintis ASRI yaitu RM Djajeng Asmoro dan perjuangannya merintis Asri namun terlupakan. 

"Kami mempunyai data dan foto foto aslinya, acara ini dibedah oleh sejarawan UGM Dr. Sri Margana M.hum dan dosen kami Drs Wardoyo Sugianto," demikian papar Hermanu.

Menanti Grengnya Pengunjung

Suasana pameran Selasa malam 25 Juni 2024 kemarin lengang, ruangan yang luasnya berkisar 20 x 15 meter yang dipenuhi sekitar 50-an lukisan hanya dikunjungi 6 orang. Ada 2 orang pengunjung yang berhasil diajak ngobrol.

Fiki apresiasi lukisan cat minyak Kala, Klana, Kelana karya Dyan Anggraini (dokumen pribadi) 
Fiki apresiasi lukisan cat minyak Kala, Klana, Kelana karya Dyan Anggraini (dokumen pribadi) 

Fiki Nur Hidayah siswa SMSR Yogyakarta kelas 11 jurusan seni lukis yang berhasil ditemui memberikan apresiasinya. "Saya sudah sering lihat pameran, dapat info pameran Greng dari instagram," demikian Fiki. 

Menurut gadis remaja yang senang melukis sejak SD ini, lukisan favoritnya yang terpajang di pameran lukisan Greng '76 ini adalah karya Helmy Azeharie yang berjudul: Mona, Lisa, dan Mbok Sarti; Ukuran: 200 x 150 cm; Material: Cat Minyak di atas Kanvas; Tahun: 2023.

Lain lagi dengan Hani, kakaknya Fiki. Hani mahasiswa Poltekkes Yogyakara jurusan keperawatan. Menurut Hani yang sering mengantar adiknya melihat pameran mnyebut lukisan favoritnya adalah karya Syaiful Adnan yang memiliki Judul : Dinamika Kaligrafi; Media : Akrilik diatas kanvas Ukuran : 160 x 120 cm; Tahun : 2024.

Semoga hari-hari mendatang hingga penutupan, pameran lukisan Greng '76, bisa juga membuat "greng" pengunjung. Dengan demikian pengunjung banyak yang hadir dan akhirnya banyak juga yang mengoleksi lukisan para seniman lukis senior alumni STSRI "ASRI" 1976 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun