Lustrum ke-45 STTII Yogyakarta Meriah dengan Pusparagam Budaya NusantaraÂ
Oleh: Suyito Basuki
Â
Bertempat di gedung Kapel Sekolah Tinggi Teologia Injili Indonesia (STTII) Yogyakarta, hari ini Selasa 18 hingga Kamis 20 Juni 2024 dibuka acara Lustrum ke-45 STTII Yogyakarta dengan mengadakan ibadah. Â Acara ibadah yang diikuti oleh segenap sivitas akademika bersama dengan alumni dari berbagai luar kota berlangsung dengan meriah penuh suka cita.
Acara yang dilanjutkan dengan seminar-seminar dari para praktisi dan tenaga pengajar dari dalam dan luar negeri hingga Kamis 20 Juni 2024 ini dimeriahkan dengan tarian dari STTII Kupang dan STTII Bali dan penampilan singkat puspa ragam budaya nusantara. Nampak hadir para tenaga pengajar senior antara lain Pdt. Dr. Petrus Maryono dan istri, Pdt. Parlaungan Gultom dan istri, Dr. Saparman, S.TM dan istri serta nampak juga tenaga missi yang memberi kontribusi pengajaran sejak STTII didirikan, Greg Gripentrog dan istri.
Generasi Milenial Bersiap Estafet Kepemimpinan
Pdt. Dr. Sumbut Yermianto, M.Th dalam sambutan singkatnya, selain memberi ucapan selamat kepada para senior yang berulang tahun pada bulan Juni ini, yakni Pdt. Petrus maryono, Pdt. Parlaungan Gultom, Saparman dan Ibu Dorsina Toni F. Sumbut Yermianto berharap semangat lustrum kiranya menyemangati para hadirin. Â Sumbut Yermianto dalam sambutannya juga mengingatkan bahwa para tenaga pengajar dan alumnus yang disebutnya dari generasi milenial hendaknya bersiap-siap memegang estafet kepemimpinan STTII di masa yang akan datang.
"Saya sudah berumur 60 tahun lebih ibarat matahari sudah pada jam 16.00 sore. Â Oleh karena itu silakan generasi milenial untuk dapat menggantikan kepemimpinan STTII Yogyakarta yang akan datang,"Â demikian ujarnya.
Pdt. Dr. Paulus Kunto Baskoro sebagai ketua panitia, dalam sambutan singkatnya berharap peserta seminar terus bergerak dalam visi Tuhan.
Injil berita yang Simple
Dalam rangkaian ibadah, Pdt. Victor Liu Ngiam Fa, Th.M. dari Melbourne Australia menyampaikan khotbahnya secara zoom meeting. Â Pdt. Victor Liu Ngiam Fa yang akrab dengan sebutan Pak Liu ini sebelum melayani di sebuah gereja di Brisbane Melbourne Australia juga mengajar di STTII yang semula bernama Seminary Theologi Injili Indonesia (STII) Yogyakarta.Â
Pdt. Victor Liu Ngiam Fa mengambil nas Roma 1:16-17. Melalui khotbahyang disampaikan dengan gaya khasnya yang penuh antusias, Pdt. Victor Liu Ngiam Fa mengingatkan bahwa berita Injil yang disampaikan adalah berita Injil yang berkuasa menyelamatkan orang-orang yang berdosa.
"Injil adalah kabar gembira menunjukkan suatu cerita tentang Yesus yang mati, bangkit dan hidup yang sudah dinubuatkan Perjanjian Lama untuk semua bangsa yang berkuasa menyelamatkan orang berdosa.  Beritanya simple dan sederhana Yesus mati bagi orang berdosa, Yesus bangkit untuk kita orang percaya.  Pada waktu orang percaya kepada Yesus maka akan diselamatkan serta akan ada perubahan dari gelap menjadi terang dan dari kehidupan lama menjadi kehidupan baru.  Perlu kerendhan hati bagi orang yang mau menerima berita Injil ini," demikian urai Pdt. Victor Liu Ngiam Fa  dalam khotbahnya.Â
Victor Liu Ngiam Fa adalah alumni STTII Yogyakarta angkatan awal, mengajar di STTII Yogyakarta ilmu homelitika. Â Gaya khotbahnya yang penuh semangat sering dicontoh oleh para mahasiswanya. Â Meskipun sudah 25 tahun tidak lagi mengajar, karena menggembalakan sebuah jemaat di Australia, dan umur semakin bertambah, tetapi gaya antusiasmenya dalam berkotbah masih kentara.
Perjalanan Dr. Chris Marantika
Dalam pembukaan ibadah itu ditayangkan sebuah klip yang menceritakan kisah perjalanan hidup Pdt. Dr. Chris Marantika (alm) pendiri dan peletak dasar STTII Yogyakarta dari masa kanak, remaja, pemuda, pelayanan dan berkeluarga. Â Chris Marantika menikah dengan Saria Iswari (almh) memiliki anak semata wayang George Iwan Marantika.
Pulau dan kota-kota yang disebut dalam tayangan klip menggambarkan kisah Chris Marantika adalah: Nila Kepulauan Banda, Surabaya, Kediri, Semarang, Dallas Texas USA dan Yogyakarta.Â
Di dalam buku I Can not Dreamless yang menceritakan Chris Marantika lahir di Nila Kepulauan Banda itu, kemudian karena keinginan studi yang kuat Christ Marantika remaja berangkat ke Pulau Jawa, pertama ke Surabaya akhirnya ke kota Kediri. Â Selesai sekolah menengah yang dilalui dengan berbagai pergumulan, ia kemudian kuliah di STBI Semarang, menjadi dosen dan gembala sidang dan menikah dengan Saria Iswari pada bulan Juni 1967. Â
Setelah itu Chris Marantika mengambil studi doktor di Dallas Theological Seminary Dallas USA. Â Sepulang dari studi di Dallas Texas USA, dengan digerakkan oleh visi 1.1.1 Indonesia bagi Kristus, Chris Marantika kemudian mendirikan Yayasan Iman Indonesia yang melahirkan institusi-institusi: Semionary Theologia Injili Indonesia (STII) yang kemudian menjadi Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia yang selanjutnya disingkat STTII sampai sekarang ini.
Selain itu melalui Yayasan Iman Indonesia Dr. Chris Marantika juga mendirikan kampus umum Universitas Kristen Immanuel (UKRIM). Â Kedua institusi itu berada dalam satu lokasi di Kalasan, Jl. Sala Km 11 Yogyakarta. Â Selain itu juga didirikan sebuah SMA yang bernama SMA Immanuel yang berlokasi di Kalasan Sleman Yogyakarta.
Lustrum ke-45 ini bertemakan "Let The Earth Hear His Voice" mendasarkan pada nas Mazmur 97:1. Â Para hamba Tuhan baik praktisi pada penggembalaan maupun yang berkiprah di pendidikan teologia atau yayasan, rata-rata alumni STTII Yogyakarta, baik dari dalam maupun luar negeri akan membawakan seminar-seminar. Mereka antara lain: Dr. Sumbut Yermianto, Dr. Greg Gripentrog, Todd Elefson, Ph.D, Dana Otsby, Ph.D, Dr. Philip Chia, Dr. Noor Anggraito, M.Th. dan beberapa alumni STTII Yogyakarta lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H