Fitri tersenyum manja,"Ah, mas Bagas mulai menggoda."
Bagas merasa dadanya bergedug keras,"Yang jelas semalam aku semangat sekali, karena ada suporterku yang duduk di deretan depan. Pintar nyindhen juga ya?"
Fitri menjawab manja,"Istri...eh anak dhalang gitu loh..."
 Bagas menatap bangga, tertawa, "Trim's atas dorongannya."
Fitri balas menatap,"O ya, ada berita baik, sekaligus berita buruk."
Bagas menatap bertanya,"Wah kok ada berita buruknya?"
"Berita baiknya adalah komposisi tari klasikku dianggap terbaik di kelas. Â Berita buruknya adalah ada tugas mewakili mahasiswa kampusku untuk ke Bangkok bulan depan mas," Fitri menggenggam tangan Bagas.
Bagas bertanya,"Di Bangkok berapa lama?"
Fitri menjawab sendu,"Mungkin satu semester."
Bagas berhadapan dengan Fitri, memegang pundaknya dan menatapnya,""Soal baik dan buruknya tidak ada masalah, tergantung dari sisi mana kita menilainya. Â Satu hal saja, apakah kamu mau selalu mengingatku selama di negeri gajah putih itu?"
Fitri melelehkan air mata, mengangguk, menatap mata Bagas,"Tidak saja aku akan selalu mengingatmu, tetapi juga akan selalu merindukanmu mas."