Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 14)

4 Juni 2024   11:11 Diperbarui: 4 Juni 2024   11:20 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis menari (IG-Kumarawangi Art) 

Nenek Bagas yang menembangkan macapat Durma sambil mendengarkan kisah yang dituturkan kakek Bagas kepada Bagas soal penangkapan ayah Bagas yang merenggut ayah Bagas dari pelukan istri anak yang dikasihi saat itu keluar ke ruang tamu dengan segelas minuman,"Wis...wis le crita, ini minum dulu, tadi aku bikin wedang jahe, bagus untuk kesehatan.  Ayo le, tukar pakaian sana, nanti segera minum." Bagas masuk sambil menenteng sepatu dan baju.  Dia masuk dengan bertelanjang dada.

Nenek Bagas berkata kepada suaminya,"Sudahlah lah pakne, tidak usah mikir anakmu Warsi lagi yang memang sudah tidak jelas juntrungnya.  Kita serahkan semua kepada yang Maha Kuasa."

"Ya...ya, mau bagaimana lagi," Kakek Bagas menarik napas dalam-dalam, Bagas sudah kembali dan ikut duduk.

"Pak, bagaimana kalau kambing Bagas dijual seekor?" Bagas bertanya kepada kakeknya, seperti biasanya ia sebut kakeknya dengan sebutan 'Pak" atau 'Bapak'.

Kakek bertanya,"Lho untuk apa?"

Bagas menjawabnya,"Sudah lima bulan ini Bagas belum bayar sekolah pak." Bagas teringat kambingnya yang selama ini dipeliharanya sejak kecil.  Sekarang sudah cukup besar.  Meski seekor kambing jenis gibas, tetapi ia juga rekan bermain Bagas.  Usai Bagas mencarikan rumput untuknya dan kambing-kambing yang lain.  Kambing muda itu diajak Bagas ke lapangan rumput.  Selain kambing itu merumput juga bermain berlarian bersama Bagas.

"Ya sudah, kalau untuk sekolah Bagas, biar saja pakne, " ujar Nenek Bagas.

"Ya, ya...kambing yang lain pun boleh kamu jual untuk ujian dan biaya sekolahmu kemudian." Kakek Bagas menjawab sambil mengelus kepala Bagas.

"Terima kasih pak," Bagas merasa senang dengan jawaban kakeknya.

 "Ya, ya, moga-moga kamu besok jadi anak yang pinter ya cah bagus," Kakek matanya berkaca-kaca, menghisap rokok tingwenya, menyemburkan asap dari mulut tuanya.  Matanya mengikuti lekukan asap rokok yang memutar dan musnah dihembus angin.  Tembang macapat durma lamat-lamat kembali mengumandang: Paman-paman apa wartane ning dalan, neng dalan 'keh wong mati...

 (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun