Guru giliran bertanya kepada Bagas, murid yang bertubuh kecil dan pendek berkulit hitam,"Nah kamu Bagas, kamu punya cita-cita apa? Â Setelah lulus dari SMP ini kamu mau melanjutkan ke mana?"
Bagas menggeleng,"Saya, be...belum tahu Pak."
Guru memandang Bagas,"Sebaiknya kamu pikirkan ya, supaya kamu rajin belajar, mempersiapkan masa depan sejak sekarang. Â Ingat tinggal beberapa bulan lagi kamu sudah tamat dari SMP ini."
Bagas gugup menjawab,"I...Iya...Pak."
Guru BP memberi penjelasan kepada murid-murid yang ada di dalam ruangan, supaya semuanya berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mencapai  cita-cita mereka.  Guru BP berkata  supaya setelah lulus, mereka bersekolah dengan tekun dan rajin belajar serta taat kepada orang tua dan guru-guru sekolah mereka. "Ya sudah semuanya keluar.  Sekarang panggil giliran siswa berikutnya: Murwati, Bety, Bambang, Septi, Tini, Luluk. Bagas dan teman-temannya keluar.  Siswa-siswi yang namanya dipanggil segera masuk.  Sesampai di luar ruangan, seorang wanita pegawai administrasi menemui Bagas,"Eh, Bagas, kamu dipanggil Bapak kepala sekolah...Sudah 3 kali ini lho kamu dipanggil, kok kamu tidak segera menghadap?"
Bagas gagap menjawab,"Eh, iya bu, saya ke sana sekarang."
Bapak kepala sedang menulis di atas meja kerjanya. Sesekali membetulkan kaca matanya yang melorot. Â Di meja, menghadap ke depan tertulis papan nama yang diletakkan di meja: Kepala Sekolah: BASUKI, BA.
"Permisi Pak,"Bagas mengetuk pintu dengan sedikit keraguan.
Kepala sekolah menoleh,"Bagas ya...? Â Masuk!" Bagas masuk dan duduk di kursi yang menghadap Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah memandang tajam,"Hei, sudah tiga kali ini dipanggil kok tidak menghadap? Â Ada apa? Â Meremehkan panggilan Kepala Sekolah ya?"
Bagas merasa bersalah,"Tidak, maaf, Pak."