Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 9)

30 Mei 2024   20:43 Diperbarui: 30 Mei 2024   22:13 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fitri tiba-tiba berkata,"Yuk ah, kita ke depan saja."

Fitri berdiri dan berbalik diikuti oleh Vita, diikuti pula oleh Bramastho dan teman-temannya.  Bramastho meninggalkan pandangan curiga pada Bagas.  Bagas menggelengkan kepala pertanda keheranan.  Nyi Sutejo yang terakhir meninggalkan Bagas,"Silakan diteruskan Nak latihannya, ibu mau masak untuk makan malam.  Apakah perlu saya tambah lagi tehnya?" Nyi Sutejo berujar.

Bagas menyahut dengan sopan,"Matur sembah nuwun, trimakasih bu, cukup, cukup."

Sepeninggal Nyi Sutejo, Bagas berbalik lagi ke arah layar.  Meraih salah satu anak wayang, Srikandhi, memainkannya di atas layar, kemudian menancapkannya di atas gedebog atau batang pisang.  Srikandhi diposisikan seperti orang bertapa.  Kedua tangannya bersedekap.  Kemudian meraih kayon atau gunungan, diumpamakan angin pencobaan, kemudian kayon dimainkan mengitari Srikandhi, sambil Bagas kombangan,"Ooo, leng-lenging driya mangu mangungkung...".  Kayon kemudian ditancapkan di hadapan Srikandhi.  Bagas kemudian meraih cempala kayu, dipukulkan geter, melagukan suluk ada-ada "Kagyat risang kapirangu, riangkul kinempit-kempit, dhuh sang retnaning bawana...Oooo"

Sebuah Tuduhan

Di dalam ruang tamu Fitri duduk bersanding dengan Vita dengan muka acuh tak acuh.  Sementara Bramastho berdiri, mondar-mandir kelihatan gelisah.  Sementara teman-teman Bramastho memperhatikannya.

Bramastho membuka percakapan,"Fitri, aku belum menemukan alasan, kenapa kamu menjauhiku akhir-akhir ini?  Dan kenapa kamu tidak berbicara apa-apa tentang itu?"

Semua diam, Fitri masih kelihatan acuh tak acuh saja.

"Kamu harus bicara Fit, tidak bisa hubungan kita terus  menggantung... Kamu jangan bertindak seperti peribahasa:Habis manis sepah dibuang," Bramastho berkata dengan sinis.

Fitri kelihatan tidak enak dengan ungkapan itu,"Hei, Bram, apa-apaan ini?  Apakah kamu merasa kurugikan?  Apakah aku berusaha mencari keuntungan dengan hubungan kita selama ini?  Bagaimana mungkin kamu merasa terbuang?"

Melihat gelagat yang kurang bagus ini, teman-teman Bramastho pergi keluar ke teras depan, begitu juga Vita.  Vita pergi ke dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun