Sebuah kampus universitas yang tidak terlalu besar. Â Tampak gedung bertingkat di halaman depan. Â Pohon-pohon akasia berada di depan kampus -- di sore hari, menjelang temaram. Â Bagas terburu-buru. Â Memarkir motor bebeknya di halaman kampus, kemudian berlari menuju ruang kelas di lantai dua, dengan menenteng sebuah tas.
Saat Bagas masuk kelas, seorang mahasiswa berkata dengan suara agak nyaring,"Wah kami hampir pulang lho pak..." Mahasiswa yang lain pun berdiri di luar kelas menimpali,"Iya lho, kami nunggu sudah seperempat jam lebih paakkk."
Bagas meletakkan tas di meja, sigap berkata,"Ok maaf, ayo semua masuk kelas...saya ada cerita yang menarik..." Para mahasiswa masuk kelas, menunggu apa yang akan dikatakan dosen mereka.
"Apakah kalian pernah naik bis kota tingkat?," tiba-tiba saja Bagas bertanya dengan sebuah pertanyaan aneh. Â Â Â Â Â :
"Ya, pernah to pak, di Solo dan Semarang, dulu ada bis tingkat seperti itu," jawab seorang masiswi.
Bagas dengan serius berkata,"Nah, sebenarnya ada aturan jika kalian naik bis kota tingkat." Mahasiswa-mahasiswa duduk memperhatikan apa yang dikatakan Bagas. Â "Begini aturannya, jika penumpang memakai topi, maka kondektur bis kota itu tidak akan mengijinkan di bawah. Â Sebaliknya jika para penumpang itu mengenakan sandal jepit apalagi model sandal bandol dari ban mobil seperti yang sering saya pakai itu, maka kondektur bis tidak akan mengijinkannya di atas," berkata begitu sambil pandangan mata Bagas menyapu seluruh isi kelas.
Ada seorang mahasiswa mengacungkan jari dan berkata,"Lho kok bisa begitu Pak...Itu kan namanya aturan yang lucu dan tidak manusiawi. Â Wong sekarang sudah jamannya demokrasi seperti ini gitu kok naik bis kota tingkat saja soal duduk di bawah atau di atas mesti harus di atur."
Seorang mahasiswi mengacungkan jari, memberi penjelasan,"Bukan begitu maksudnya bro, maksudnya adalah, kalau kita naik bis kota tingkat, atau bis tingkat apa saja, ya jelas kalau pakai topi ya tidak di bawah, dan kalau pakai sandal ya tidak di atas..."
"Ooo......," suara mahasiswa menggema sambil pada tertawa.
Bagas menenangkan mereka dengan meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya, terus berkata," Nah itu tadi cara membuat cerita humor. Â Cerita humor saat ini sangat dibutuhkan masyarakat. Â Jika kita bisa membuatnya dengan baik, maka akan membantu mengurangi angka bunuh diri dan jumlah penderita stres karena berbagai tekanan yang cenderung semakin meningkat dari waktu-ke waktu...Ada pun cara membuat cerita humor bisa dari pengalaman sendiri, pengamatan terhadap kisah orang lain, membaca buku. Dalam penulisan artikel, cerita humor itu pun dapat menjadi alinea pembuka." Belum juga Bagas menyelesaikan kalimat yang akan diucapkannya, Â seorang petugas kepolisian didampingi oleh satpam kampus berdiri di pintu kelas. Â Bagas kemudian menemui mereka.
Satpam berkata,"Maaf Pak mengganggu, saya mengantar Bapak dari kepolisian ini."