Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 3)

24 Mei 2024   08:40 Diperbarui: 24 Mei 2024   08:42 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis menari (IG-Kumarawangi Art) 

Di Sebalik Srikandi-Bisma (Episode 3)

Oleh: Suyito Basuki

Keakraban

Rumah kontrakan sederhana. Dihuni oleh para pekerja muda.  Depan rumah terdapat pot-pot bunga dan tanaman seperti semboja Jepang dan beberapa pohon bonsai.  Masuk ke ruang tamu terlihat sebuah gunungan wayang di gantung di tengah tembok ruang tamu.  Anak wayang Anoman dan Bima Sena dipajang berhadap-hadapan, sore hari yang sejuk.

"Bagaimana, sudah sowan pada gurumu,"ujar Joko kepada Bagas.

"Bereslah, hari Minggu nanti semoga bisa mulai latihan," jawab Bagas. Sambil duduk, Bagas meraih gitar dan menyanyikan lagu dari kelompok band Kla Poject, mengalir lagu Jogja:

Pulang ke kotamu/ Ada setangkup haru dalam rindu/ Masih seperti dulu/ Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna/ Terhanyut aku akan nostalgia/ Saat kita sering luangkan waktu/ Nikmati bersamaSuasana Jogja...

"Hey-hey, tumben romantis Pak Dosen..." teriak Joko pegawai kantor pos keheranan.

Teman lain kos yang lain pun berujar, mereka bergabung.

"Wah jangan-jangan ada PDKT dengan cewek baru nih...ayo dong cerita sama kita-kita...,"

Bagas tersipu, menjelaskan,"Kalian ada-ada.  Begini, dengar, saya sudah ke tempat Ki Sutejo.  Wah rumahnya, joglo luas.  Di dalam rumah itu ada peralatan gamelannya..Di belakang rumah ada gudang, sepertinya untuk menampung perlengkapan meubel.  Beberapa pekerja hilir mudik di gudang itu, suara mesin berdesing-desing...,"

 "Ah, bukan itu yang kami mau dengar, ayo yang lain, yang kaitannya dengan cewek yang membuat kamu romantis hari ini," sergah Joko sambil mengamati wajah Bagas.

 "Eh, apa gurumu itu punya anak gadis yang cantik?" tanya seorang teman kos.

 "Ah, sudah-sudah..." Bagas bangkit dari duduk, HP berdering, Bagas mengangkatnya.

"Ya, halo..." 

Rupanya suara petugas universitas, "Pak Bagas, hari ini ada kuliah?  Ini lho ditunggu mahasiswa-mahasiswa..."

Bagas memukul kepalanya dengan tangan kanannya, sementara tangan kiri masih memegang gitarnya, "Oh ya, nyaris lupa saya.  Jam ini saya kan mestinya memberi kuliah Penulisan Kreatif.  Tunggu seperempat  jam lagi saya datang..." ujarnya sambil berlari masuk kamar kos.

Joko berteriak,"Itulah jadinya kalau job terlalu banyak boskuuuh, masih mikir lagi latihan ndalang, latihan karawitan, belum lagi ada tugas-tugas peliputan berita."

"Tenang dab, mumpung masih muda, kegiatan boleh seabreg.  Ntar tua loyo, baru pilih-pilih kegiatan.  Ok guys, I want to prepare my self...," kata Bagas setengah berteriak dari dalam kamarnya.

Teman lain dengan nyengir bergumam,"Ya wis kono, pakai Inggris-Inggrisan segala."

Muncul Persoalan 

Sebuah kampus universitas yang tidak terlalu besar.  Tampak gedung bertingkat di halaman depan.  Pohon-pohon akasia berada di depan kampus -- di sore hari, menjelang temaram.  Bagas terburu-buru.  Memarkir motor bebeknya di halaman kampus, kemudian berlari menuju ruang kelas di lantai dua, dengan menenteng sebuah tas.

Saat Bagas masuk kelas, seorang mahasiswa berkata dengan suara agak nyaring,"Wah kami hampir pulang lho pak..." Mahasiswa yang lain pun berdiri di luar kelas menimpali,"Iya lho, kami nunggu sudah seperempat jam lebih paakkk."

Bagas meletakkan tas di meja, sigap berkata,"Ok maaf, ayo semua masuk kelas...saya ada cerita yang menarik..." Para mahasiswa masuk kelas, menunggu apa yang akan dikatakan dosen mereka.

"Apakah kalian pernah naik bis kota tingkat?," tiba-tiba saja Bagas bertanya dengan sebuah pertanyaan aneh.           :

"Ya, pernah to pak, di Solo dan Semarang, dulu ada bis tingkat seperti itu," jawab seorang masiswi.

Bagas dengan serius berkata,"Nah, sebenarnya ada aturan jika kalian naik bis kota tingkat." Mahasiswa-mahasiswa duduk memperhatikan apa yang dikatakan Bagas.  "Begini aturannya, jika penumpang memakai topi, maka kondektur bis kota itu tidak akan mengijinkan di bawah.  Sebaliknya jika para penumpang itu mengenakan sandal jepit apalagi model sandal bandol dari ban mobil seperti yang sering saya pakai itu, maka kondektur bis tidak akan mengijinkannya di atas," berkata begitu sambil pandangan mata Bagas menyapu seluruh isi kelas.

Ada seorang mahasiswa mengacungkan jari dan berkata,"Lho kok bisa begitu Pak...Itu kan namanya aturan yang lucu dan tidak manusiawi.  Wong sekarang sudah jamannya demokrasi seperti ini gitu kok naik bis kota tingkat saja soal duduk di bawah atau di atas mesti harus di atur."

Seorang mahasiswi mengacungkan jari, memberi penjelasan,"Bukan begitu maksudnya bro, maksudnya adalah, kalau kita naik bis kota tingkat, atau bis tingkat apa saja, ya jelas kalau pakai topi ya tidak di bawah, dan kalau pakai sandal ya tidak di atas..."

"Ooo......," suara mahasiswa menggema sambil pada tertawa.

Bagas menenangkan mereka dengan meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya, terus berkata," Nah itu tadi cara membuat cerita humor.  Cerita humor saat ini sangat dibutuhkan masyarakat.  Jika kita bisa membuatnya dengan baik, maka akan membantu mengurangi angka bunuh diri dan jumlah penderita stres karena berbagai tekanan yang cenderung semakin meningkat dari waktu-ke waktu...Ada pun cara membuat cerita humor bisa dari pengalaman sendiri, pengamatan terhadap kisah orang lain, membaca buku. Dalam penulisan artikel, cerita humor itu pun dapat menjadi alinea pembuka." Belum juga Bagas menyelesaikan kalimat yang akan diucapkannya,  seorang petugas kepolisian didampingi oleh satpam kampus berdiri di pintu kelas.  Bagas kemudian menemui mereka.

Satpam berkata,"Maaf Pak mengganggu, saya mengantar Bapak dari kepolisian ini."

Seorang polisi berpakaian preman, didampingi seorang rekannya berkata,"Selamat siang pak, saya sebenarnya tengah mencari seorang oknum mahasiswa yang terlibat pembunuhan terhadap rekannya.  Juga ditengarai dia adalah pengedar narkoba di kampus-kampus."

Bagas bertanya, "Apakah ada mahasiswa kami yang terlibat Pak?"

Polisi berpakaian preman menjawab sambil mengeluarkan sebuah foto seseorang,"Coba bapak perhatikan foto orang ini, apakah dia mahasiswa bapak?"

Bagas sigap bertanya,"Namanya siapa Pak?"

Polisi menjawab, "Kami masih merahasiakannya, apa ada mahasiswa yang seperti ini?  Tadi kami melihat kelihatannya masuk ke kelas ini."

"Coba saja pak dicek, apakah ada di kelas ini," Bagas menyahut.  Setelah dia memberi penjelasan tentang apa yang tengah terjadi kepada para mahasiswa, polisi dengan didampingi Satpam kemudian masuk kelas.  Mengamat-amati para mahasiswa, kemudian keluar lagi.

Polisi kemudian berkata, "Ternyata hanya mirip saja."

Bagas bertanya, "Apa orang itu kuliah di sini?"

Polisi menjawab, "Dia kuliah di beberapa tempat pak, selamat siang, maaf mengganggu waktu Bapak." Polisi dan satpam meninggalkan tempat.  Para mahasiswa termasuk Bagas bernapas lega.  Kuliah dilanjutkan.

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun