Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sedekah Bumi, Takluknya Dalang pada Pakem Tradisi

14 Mei 2024   11:05 Diperbarui: 16 Mei 2024   18:15 4076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayangan sedekah bumi lakon Dewi Sri Luhwati (dokumen pribadi)

Sebuah Anomali?

Mengikuti alur kisah Dewi Sri Luhwati memang terasa menyimpang dari kisah pewayangan, khususnya gagrag Solo atau Yogyakarta. Beberapa pertanyaan mungkin timbul, bagaimana mungkin Ananta Boga sudah menjanjikan Dewi Sri Luhwati sementara dewi Sri Luhwati belum ada? Mengapa Dewi Sri Luhwati dan Sri Sadono harus mati.

Belum lagi adanya tokoh Bledhag Basu yang mati dengan cara 'mutilasi', iihh ngeriii...Pertanyaan juga, bagaimana mungkin Bathara Narada berperang? Karena selama ini wayang gagrak Solo maupun Yogyakarta Narada belum pernah diperangkan. Mungkin banyak lagi pertanyaan yang bisa dilontarkan.

Tetapi itulah pakemnya. Seorang dhalang yang akan melakonkan lakon sedekah bumi di daerah Jepara, harus melakonkan versi yang demikian itu. Saat melakonkan cerita sedekah bumi di Pati, Kudus, Demak yang tidak jauh dari Jepara, mungkin lakonnya harus beda juga, sesuai dengan pakem daerah yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun