Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sedekah Bumi, Takluknya Dalang pada Pakem Tradisi

14 Mei 2024   11:05 Diperbarui: 16 Mei 2024   18:15 4077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penonton membludak, butuh hiburan (Dokumen Pribadi) 

Cerita Sri Luhwati

Adegan dimulai di Kahyangan Jonggring Salaka tempat para dewa bersemayam. Bathara Narada disuruh menemui Begawan Purbawasesa di Pertapaan Eka Bawana. Purbawasesa dipersalahkan karena membangun pertapaannya mirip kahyangan. Oleh karenanya Purbawasesa harus dibawa ke kahyangan untuk diberi hukuman.

Selain itu Bathara Guru, pemimpin para dewa meminta Narada untuk ke Kahyangan Sapta Pertala tempat Hyang Ananta Boga. Narada diminta untuk menanyakan kesanggupan Ananta Boga menyerahkan anaknya Dewi Sri Luhwati yang akan dikawin oleh Bathara Guru.

Sesampai di Pertapaan Eka Bawana, terjadilah perdebatan. Purbawasesa tidak mau dipersalahkan. Sehingga Purbawasesa dibantu oleh dua orang muridnya Puthut Pandan Surat dan Pandansari berperang dengan para dewa. Akhirnya para dewa kalah dan melanjutkan perjalanan ke Sapta Pertala.

Narada kemudian menagih janji Ananta Boga untuk menyerahkan Dewi Sri Luhwati. Ananta Boga belum bersedia menyerahkan kepada Bathara Guru. Akhirnya terjadilah peperangan yang berujung Narada dan para dewa kalah.

Narada dibelit Ananta Boga yang berubah menjadi ular. Narada kemudian meninggalkan Ananta Boga kembali ke kahyangan. Tiba-tiba saja Ananta Boga menangis sedih karena pada kenyataannya sampai hari ini belum bisa menyerahkan Dewi Sri Luhwati ke Bathara Guru. Air mata yang meleleh itulah, dari mata kanan menjadi Dewi Sri Luhwati dan dari mata kiri menjadi Sri Sadono.

Kemudian Ananta Boga meminta tolong Semar membawa Dewi Sri Luhwati ke kahyangan supaya diserahkan kepada Bathara Guru. Semar diberi jimat berupa tongkat kayu jenu dan daun telasih wulung (kemangi hitam).

Di kerajaan Medang Kamulan yang bernama Bledhak Basu ada seorang raja raksasa yang mengaku anak Bathara Guru. Mendengar kabar Bathara Guru akan kawin dengan Dewi Sri Luhwati, dia tidak terima. Dia ingin Dewi Sri Luhwati menjadi istrinya. Oleh karena itulah maka dia berangkat dengan disertai punggawanya mencegat Dewi Sri Luhwati untuk direbutnya. 

Kemudian terjadilah peperangan dengan Sri Sadono. Belum ada pihak yang kalah atau menang, namun Bledhak Basu kemudian membawa kabur Dewi Sri Luhwati. Semar lalu mengejar Bledhak Basu, memukulnya dengan tongkat kayu jenu sehingga tubuh Bledhak Basu menjadi tiga potongan. 

Penonton membludak, butuh hiburan (Dokumen Pribadi) 
Penonton membludak, butuh hiburan (Dokumen Pribadi) 

Potongan kaki dan tangan dibuang Semar ke pegunungan. Sehingga orang pegunungan itu fisiknya kuat yang sangat menopang dalam mereka bekerja. Orang pegunungan kebanyakan adalah orang-orang yang rajin bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun