Tata Titi Tentrem
Di masyarakat Jawa seringkali disampaikan narasi sebuah negara yang tata titi tentrem. Â Melalui karya budaya, wayang kulit misalnya, Dhalang wayang kulit di awal pagelarannya akan menyampaikan deskripsi sebuah negara di awal cerita yang memiliki suasana utopia negara yang tata titi tentrem ini.
Tata titi tentrem adalah sebuah keadaan yang diharapkan atau sudah terjadi penuh dengan keteraturan secara hukum dan kemasyarakatan, penuh dengan kedamaian serta tidak ada perselisihan yang mengakibatkan perpecahan.  Sebetulnya kalau dalam pewayangan, dhalang akan menambahkan deskripsi sebuah negara yang selain tata titi tentrem juga keadaan  panjang punjung, pasir wukir lah jinawi, karta raharja.  Ungkapan semua itu menunjukkan sebuah negara yang makmur, berhasil dalam berbagai sektor usaha.
Harapan yang Didamba
Terkait dengan alutista yang direncanakan akan dibeli oleh pemerintah melalui Kementrian Pertahanan, sebenarnya tidak ada masalah. Â Apakah itu alutista baru atau bekas tidak masalah juga, toh itu disesuaikan dengan anggaran dana pemerintah yang ada. Â Meskipun bekas, tentu tidak akan sembarangan dalam pemilihan dan pembelian barang.
Perencanaan pembelian alutista, pengambilan kebijakan internasional dan partisipasi dalam pergulatan geopolitik yang diperdebatkan para capres, Â semoga dapat menjawab persoalan-persoalan harapan atau utopia masyarakat antara lain sebagai berikut:
- Penyelesaian konflik dengan KKB di bumi Papua secara proporsional;
- Bersikap taktis dalam konflik kepemilikan Pulau Natuna yang diklaim milik negara China;
- Desakan ke PBB supaya Dewan Keamanan bisa segera menyelesaikan perang Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina;
- Lobi dengan negara Asean sehingga ada penanganan pengungsi Rohingya yang adil dan berperikemanusiaan secara bersama-sama;
- Menumbuhkan kebanggaan dan keyakinan kepada warga negara terhadap sistem alutista dan pertahanan yang kemudian menyebabkan ketentraman dan kedamaian sehingga tercipta kondusifitas terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H