Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dahan Besar Itu Tidak Menimpa Kami

4 Januari 2024   07:26 Diperbarui: 4 Januari 2024   07:52 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buah mangga yang besar dari dahan yang ambruk (Dokumen Pribadi) 

Dahan Besar itu Tidak Menimpa Kami

Oleh: Suyito Basuki

Di depan rumah dinas atau yang sering kami sebut pastori, ada dua pohon mangga besar-besar, dengan perkiraan usia pohon sudah puluhan tahun.   Waktu aku memasuki rumah dinas ini, 21 tahun yang lalu, sebenarnya ada 5 pohon, tetapi 3 pohon kemudian ditebang karena berdekat an dengan garasi dan berdekatan  juga dengan bangunan gedung Taman Kanak-kanak (TK) milik gereja kami yang terletak di samping rumah.  Kalau tidak salah yang ditebang itu pohon mangga jenis mangga Golek, Endhog dan Sengir.  Mangga Golek itu buahnya panjang lonjong, mangga Endhog itu buahnya bulat seperti dan sebesar telur.  Sedang mangga Sengir itu besar buahnya biasa dengan bau yang menyengat.  Pohon mangga terakhir yang ditebang di anatara ketiganya itu ialah pohon mangga Golek, karena kami mau punya kerja, mantu anak sulung kami di tahun 2022 yang baru lalu.

Yang tersisa dua pohon mangga itu adalah jenis Mana Lagi yang terkenal manis kalau buahnya sudah matang.  Satu pohon di antara dua pohon itu dahannya mengarah ke halaman sekolah TK.  Antara sekolah TK dan rumah dinas yang kami tempati itu ada sebuah jalan cor-coran menuju gedung anak-anak Sekolah Minggu yang lokasinya di belakang rumah.  

Jika anak-anak yang sekolah TK lagi masuk; maka banyak orang tua atau kerabat anak TK yang menjemput bernaung di bawah dahan pohon yang memang rimbun daunnya itu.  Ketika hari Minggu, saat anak-anak gereja kami mengadakan ibadah di gedung Sekolah Minggu; orang tua atau kerabat yang menjemput anak-anak juga berteduh di bawah dahan pohon mangga itu.  Menjelang bulan Desember 2023 yang baru lalu, banyak anak-anak Sekolah Minggu berbagai kategorial latihan puji-pujian hilir mudik di bawah dahan pohon mangga itu.

Suara "Brukk"

Hari Minggu tanggal 16 November 2023, ibadah di gereja kami sedang berlangsung.  Ini adalah ibadah ke-2, jam 09.00-10.00 berbahasa Jawa.  Ibadah pertama berlangsung jam 06.00-07.00 berbahasa Indonesia.  Sesuai dengan jadwal, saya yang memimpin ibadah yang kedua itu.

Usai ibadah saya dan istri kaget karena dahan pohon mangga Manalagi yang mengarah ke halaman sekolah TK rubuh, dahan yang sangat besar dan ranting-ranting serta daun-daunnya memenuhi jalan samping rumah.  Istri saya bilang saat ibadah tadi dia mendengar ada suara jatuh, pikirnya ada benda yang jatuh menimpa atap garasi rumah kami yang terbuat dari seng.  Tetapi ternyata itu suara dahan pohon mangga yang runtuh.

Buah Lebat

Kami segera saja berupaya membersihkan dahan, ranting yang runtuh itu.  Dua orang rekan majelis gereja kami kemudian datang membantu dengan membawa alat gergaji.  Kami pertama kali fokus mengumpulkan buah mangga yang jatuh bersamaan dengan runtuhnya dahan.  Ternyata buah yang kami kumpulkan sudah tua dan siap matang dan itu sangat banyak.  Kami tidak sadar sebelumnya bahwa pohon mangga kami berbuah selebat itu.  Maklum daunnya rimbun sehingga buah tertutup olehnya.  Biasanya tidak sebanyak itu!

Kami menganalisa mengapa dahan pohon mangga kami patah dan runtuh?  Selain usia pohon yang sudah tua, kemungkinan besar karena buah begitu lebat sehingga dahan tidak bisa menahan beban berat buah-buah mangga itu. 

Buah yang terkumpul kemudian kami bagikan ke tetangga.  Kami juga bagikan kepada para orang tua sekolah TK melalui guru sekolah TK.  Rasanya mangga itu manis, tetapi mengingat kejadian buah itu jatuh, tidaklah begitu manis!

Bersyukur Senantiasa

Meski cara buah itu jatuh bersama dahan yang besar beserta ranting-rantingnya tidak manis karena mendatangkan perasaan ngeri, tetapi kami seperti sedang diajar oleh Tuhan untuk bersyukur senantiasa.  Kami berpikir dan berandai-andai, misal saja dahan pohon itu patah dan runtuh saat para orang tua tengah menunggu anak yang bersekolah di TK atau para orang tua sedang menunggu anak mereka sekolah Minggu di hari Minggu itu tentu akan ada banyak korban, mungkin akan ada korban tewas, setidaknya luka berat.  Apalagi kalau kami membayangkan anak-anak TK atau sekolah Minggu yang sering hilir mudik di tempat perteduhan itu, tentu akan terjadi histeria para orang tua saat dahan pohon mangga itu menimpa anak-anak mereka!

Jalan yang sering dilalui anak-anak (Dokumen Pribadi) 
Jalan yang sering dilalui anak-anak (Dokumen Pribadi) 

Bersyukur itu semua tidak terjadi.  Dahan besar itu patah dan jatuh saat tempat itu sangat sepi, sehingga tidak ada korban jiwa sama sekali.  Puji syukur kepada Tuhan!  Kami yakin bahwa hal itu terjadi karena  kehendak dan pertolongan Tuhan!

Mantap Langkah Kaki

Dari peristiwa jatuhnya dahan pohon mangga di rumah kami, kami belajar bahwa Tuhan mengasihi kami dan jemaat-Nya.  Berandai-andai, misal saja ada yang tertimpa dahan pohon itu, pastilah akan ada persoalan yang sangat besar, apalagi misal yang tertimpa itu anak-anak.  Pasti juga akan menimbulkan kesedihan yang luar biasa, selain persoalan yang pasti panjang penyelesaiannya.

Melalui peristiwa itu, seolah kami diajar bahwa Tuhan tidak meninggalkan kami.  Saat mulai menapaki tahun baru 2024 ini, kami sadar akan ada banyak persoalan yang akan kami hadapi pada tahun 2024 ini.  Tetapi peristiwa jatuhnya dahan pohon mangga Mana Lagi di tempat yang 'dibuat' sepi oleh Tuhan, sehingga tidak ada korban kecelakaan sama sekali, maka kami dimantapkan langkah-langkah kaki kami karena ada keyakinan, Tuhan bersama kami, menuntun dan membawa kami pada berbagai kebaikan dengan kasih sayang-Nya!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun