Festival Budaya Moyeng: Nungsung Surya dengan Menari, Berpuisi dan Melukis Bersama
Oleh: Suyito Basuki
Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara (JMBN) adalah komunitas para penggerak dan pecinta budaya daerah.  Belum lama ini, JMBN mengadakan sebuah acara Festival Budaya Moyeng.  Festival ini diadakan di bukit Moyeng Banaran Pendaworejo Girimulyo Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Pelaksana acara ini adalah  Priyo Mustiko dan Godod Sutejo yang adalah pelukis Jogja yg sering disebut sebagai pelukis alam sepi karena genre lukisannya yang terbilang unik dengan melukis bentangan alam serta obyek lukisannya dibuat ukuran mini.Â
Acara ini didukung beberapa pihak, khususnya saat tuguran dilakukan oleh kelompok Hardo Pusoro Hosoko dan kapribaden, Pramuka Kulonprogo, Kelompok Asdrafi yakni Mahmud Alqodri dan Rina, seniman Totok Baroto beserta istri, budayawan Mbah Gito dan istri serta Rakhmat Supriyono. Â Penduduk bersama RT setempat, Eko Saputro serta Pak Dukuh Sukardi serta Filiana, tokoh yoga dan meditasi. Â Tak ketinggalan juga para pelukis Kulon Progo yang dikomando Teguh Paino ikut serta memeriahkan acara. Â Sedang dari pihak Hardo Pusoro Hosoko dan Kapribaden adalah Totok, Ruby, Toni Hosoko, Wahyu dan Yono Kapribaden serta Totok Baroto.
Rangkaian Acara
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam festival budaya tersebut meliputi: eksplorasi alam, melukis bersama, renungan malam, upacara adat nungsung surya, yoga excercise, dan sarasehan pengembangan budaya desa. Â
Dalam sarasehan itu narasumber yang tampil adalah Dra. Niken Probo Laras, S.Sos, MH dan Godod Sutejo. Â Sebelum acara Rabu 13 September 2023 ini dilakukan, beberapa penghayat Hardo Pusoro, Hosoko dan Kapribaden lakukan tuguran atau lek-lekan di acara Nungsung Surya tersebut. Â
Secara khusus pada acara Nungsung Surya (menyambut hadirnya mentari pagi) Rabu 13 September 2023 dibuatlah jadwal sebagai berikut:
05.00-07.00
Prosesi Upacara Adat Nungsung Surya
- Sastra mantra
- Doa Kenduri
- Baca Puisi
- Joged Mentaraman
- Dhahar Kembul
07.00-08.30
Yoga Exercise, Melukis Bersama, Baca Puisi dan Menari
08.30-10.30
Sarasehan "Pengembangan Budaya Desa, dengan Narasumber:
Dra. Niken Probo Laras, S.Sos, M.H. dan Godod Sutejo
 Sebelum acara dhahar kembul atau kenduri tampak Dian membaca puisi dan Samsu membaca sastra mantra serta Kuncung mengekspresikan gerak yang gemulai penuh arti dalam joged Mentaraman.  Berikut puisi yang dibaca oleh Dian
Rinengkuh ing Asma Dalem Gusti
kang kebak wilasa suci
dak unggahke pangalembana, puja saha puji
mumbul ing awiyat
pisungsung kawula kang tanpa kendhat
konjuk Gusti Panguwasa Jagat
welas asih tanpa sisih
maha mirah sarwi tirah
panguwasa tunggal ing pungkasing titi kala
Duh GustiÂ
kang murba liring dumadi
ing gigiring bukit Â
donga rinakit memba guritÂ
sineksen wreksa-wreksa ageng
manah pinantheng
binarung pletheking surya hamurba rasa
suket, gegdhongan tineles embunÂ
sesawangan samun
kekes nanging ngemu teges
adhem nanging ayem tentrem
Duh Gusti
lumarap, kawula pasrah manembah
manther sawiji ing ngarsaning Allah
depe-depe sumendhe
tangan mlumah tumadah berkah
tanpa paduka kawula tan kuwawi nglawe
Duh Gusti
Namung panguwaos padukaÂ
saget madhangi pepeteng
tresna asih paduka
nuntun lampah kawula jejeg lan lempeng
Semua peserta melantunkan geguritan yang diucapkan semacam litani, memiliki pengharapan keselamatan dalam menjalankan kehidupan.
Kawula nyuwun Gusti
sih wilasa paduka kaparingna
mugi kridha mboten nuwuhaken kurdha
Kawula nyuwun Gusti
ridha saha berkah paduka
hambabar ayem, tentrem
Kawula nyuwun Gusti
sedaya lumampah sae tanpo congkrah
Kawula nyuwun Gusti
Kridha saben panca warsa
demokrasi dadyo margi utami
hambabar praja ingkan sentosaÂ
misuwur, adil, makmur
Menyemangati Warga Giatkan Wisata Desa
Acara yang didukung oleh Pramuka Kulon Progo, warga setempat, para seniman dan budayawan seperti Ki Samsu, Totok Baroto, Mahmud Alqodri, Rina dari komunitas Asdrafi, Rakhmat Supriyono, Pak Wahyu, Mbah Gito dan ibu pemilik bakmi Mbah Gito dan lain-lain. Â
Hadir pula dalam acara Festival Moyeng itu seniman dan budayawan, seperti pelukis Teguh Paino, Muh Darmadi, Dean Adhi W, Hambali, Frans Gulita dan  ibu Endah Wulandari Penewu dari Girimulyo.Â
Dalam kesempatan itu, seorang peserta Eko Saputro menyampaikan bahwa acara seperti  Nungsung Suryo ini seringkali diadakan dengan tema-tema yang pada dasarnya untuk menyemangati warga desa setempat.  Dengan demikian menurut Eko, bisa menggiatkan pariwisata desa serta bisa mengundang orang kota untuk berkunjung ke desa.
Betul sekali, pariwisata desa semestinya digiatkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa dalam mendukung  ketahanan ekonomi warga.  Tentu saja keselamatan dari segala bencana terus didoakan kepada Tuhan Pencipta alam semesta.  Sayup-sayup terdengar dari Bukit Moyeng, permohonan komunitas Hardo Pusoro, Hosoko dan Kapribaden yang memohon keselamatan itu dari Sang Pencipta:
Gusti
Kawula tansah nyuwun
nyadhong pangayom
amrih wilujeng
nir ing rubeda, kalis ing sambekala