Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Festival Budaya Moyeng: Nungsung Surya dengan Menari, Berpuisi dan Melukis Bersama

18 September 2023   05:12 Diperbarui: 18 September 2023   07:28 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nungsung Surya, Festival Budaya Moyeng (Dokpri) 

Festival Budaya Moyeng: Nungsung Surya dengan Menari, Berpuisi dan Melukis Bersama

Oleh: Suyito Basuki

Jaringan Masyarakat Budaya Nusantara (JMBN) adalah komunitas para penggerak dan pecinta budaya daerah.  Belum lama ini, JMBN mengadakan sebuah acara Festival Budaya Moyeng.  Festival ini diadakan di bukit Moyeng Banaran Pendaworejo Girimulyo Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Pelaksana acara ini adalah  Priyo Mustiko dan Godod Sutejo yang adalah pelukis Jogja yg sering disebut sebagai pelukis alam sepi karena genre lukisannya yang terbilang unik dengan melukis bentangan alam serta obyek lukisannya dibuat ukuran mini. 

Acara ini didukung beberapa pihak, khususnya saat tuguran dilakukan oleh kelompok Hardo Pusoro Hosoko dan kapribaden, Pramuka Kulonprogo, Kelompok Asdrafi yakni Mahmud Alqodri dan Rina, seniman Totok Baroto beserta istri, budayawan Mbah Gito dan istri serta Rakhmat Supriyono.  Penduduk bersama RT setempat, Eko Saputro serta Pak Dukuh Sukardi serta Filiana, tokoh yoga dan meditasi.  Tak ketinggalan juga para pelukis Kulon Progo yang dikomando Teguh Paino ikut serta memeriahkan acara.  Sedang dari pihak Hardo Pusoro Hosoko dan Kapribaden adalah Totok, Ruby, Toni Hosoko, Wahyu dan Yono Kapribaden serta Totok Baroto.

Rangkaian Acara

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam festival budaya tersebut meliputi: eksplorasi alam, melukis bersama, renungan malam, upacara adat nungsung surya, yoga excercise, dan sarasehan pengembangan budaya desa.  

Dalam sarasehan itu narasumber yang tampil adalah Dra. Niken Probo Laras, S.Sos, MH dan Godod Sutejo.  Sebelum acara Rabu 13 September 2023 ini dilakukan, beberapa penghayat Hardo Pusoro, Hosoko dan Kapribaden lakukan tuguran atau lek-lekan di acara Nungsung Surya tersebut.  

Totok Baroto, Pak/bu Samsu,  Wahyu, Mbah Gito, Godod Sutejo, Priyo Mustiko, Mbah Gito putri, Rois, Sutiyo, Dian,  Eko Saputro dan Sugut (Dokpri)
Totok Baroto, Pak/bu Samsu,  Wahyu, Mbah Gito, Godod Sutejo, Priyo Mustiko, Mbah Gito putri, Rois, Sutiyo, Dian,  Eko Saputro dan Sugut (Dokpri)

Secara khusus pada acara Nungsung Surya (menyambut hadirnya mentari pagi) Rabu 13 September 2023 dibuatlah jadwal sebagai berikut:

05.00-07.00

Prosesi Upacara Adat Nungsung Surya

  • Sastra mantra
  • Doa Kenduri
  • Baca Puisi
  • Joged Mentaraman
  • Dhahar Kembul

07.00-08.30

Yoga Exercise, Melukis Bersama, Baca Puisi dan Menari

08.30-10.30

Sarasehan "Pengembangan Budaya Desa, dengan Narasumber:

Dra. Niken Probo Laras, S.Sos, M.H. dan Godod Sutejo

Pelukis Teguh Paino, Muh Darmadi, Dean Adhi W, Hambali, Frans Gulita, berbaju putih Endah Wulandari Penewu Girimulyo (Dokpri)
Pelukis Teguh Paino, Muh Darmadi, Dean Adhi W, Hambali, Frans Gulita, berbaju putih Endah Wulandari Penewu Girimulyo (Dokpri)

 Sebelum acara dhahar kembul atau kenduri tampak Dian membaca puisi dan Samsu membaca sastra mantra serta Kuncung mengekspresikan gerak yang gemulai penuh arti dalam joged Mentaraman.  Berikut puisi yang dibaca oleh Dian

Rinengkuh ing Asma Dalem Gusti

kang kebak wilasa suci

dak unggahke pangalembana, puja saha puji

mumbul ing awiyat

pisungsung kawula kang tanpa kendhat

konjuk Gusti Panguwasa Jagat

welas asih tanpa sisih

maha mirah sarwi tirah

panguwasa tunggal ing pungkasing titi kala

Duh Gusti 

kang murba liring dumadi

ing gigiring bukit  

donga rinakit memba gurit 

sineksen wreksa-wreksa ageng

manah pinantheng

binarung pletheking surya hamurba rasa

suket, gegdhongan tineles embun 

sesawangan samun

kekes nanging ngemu teges

adhem nanging ayem tentrem

Duh Gusti

lumarap, kawula pasrah manembah

manther sawiji ing ngarsaning Allah

depe-depe sumendhe

tangan mlumah tumadah berkah

tanpa paduka kawula tan kuwawi nglawe

Duh Gusti

Namung panguwaos paduka 

saget madhangi pepeteng

tresna asih paduka

nuntun lampah kawula jejeg lan lempeng

Baca puisi dengan iringan siter dan joged Mentaraman (Dokpri) 
Baca puisi dengan iringan siter dan joged Mentaraman (Dokpri) 

Semua peserta melantunkan geguritan yang diucapkan semacam litani, memiliki pengharapan keselamatan dalam menjalankan kehidupan.

Kawula nyuwun Gusti

sih wilasa paduka kaparingna

mugi kridha mboten nuwuhaken kurdha

Kawula nyuwun Gusti

ridha saha berkah paduka

hambabar ayem, tentrem

Kawula nyuwun Gusti

sedaya lumampah sae tanpo congkrah

Kawula nyuwun Gusti

Kridha saben panca warsa

demokrasi dadyo margi utami

hambabar praja ingkan sentosa 

misuwur, adil, makmur


Menyemangati Warga Giatkan Wisata Desa

Seniman dan budayawan yang terlibat Festival Budaya Moyeng foto bersama (Dokpri) 
Seniman dan budayawan yang terlibat Festival Budaya Moyeng foto bersama (Dokpri) 

Acara yang didukung oleh Pramuka Kulon Progo, warga setempat, para seniman dan budayawan seperti Ki Samsu, Totok Baroto, Mahmud Alqodri, Rina dari komunitas Asdrafi, Rakhmat Supriyono, Pak Wahyu, Mbah Gito dan ibu pemilik bakmi Mbah Gito dan lain-lain.  

Hadir pula dalam acara Festival Moyeng itu seniman dan budayawan, seperti pelukis Teguh Paino, Muh Darmadi, Dean Adhi W, Hambali, Frans Gulita dan  ibu Endah Wulandari Penewu dari Girimulyo. 

Dalam kesempatan itu, seorang peserta Eko Saputro menyampaikan bahwa acara seperti  Nungsung Suryo ini seringkali diadakan dengan tema-tema yang pada dasarnya untuk menyemangati warga desa setempat.  Dengan demikian menurut Eko, bisa menggiatkan pariwisata desa serta bisa mengundang orang kota untuk berkunjung ke desa.

Betul sekali, pariwisata desa semestinya digiatkan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa dalam mendukung  ketahanan ekonomi warga.  Tentu saja keselamatan dari segala bencana terus didoakan kepada Tuhan Pencipta alam semesta.  Sayup-sayup terdengar dari Bukit Moyeng, permohonan komunitas Hardo Pusoro, Hosoko dan Kapribaden yang memohon keselamatan itu dari Sang Pencipta:

Gusti

Kawula tansah nyuwun

nyadhong pangayom

amrih wilujeng

nir ing rubeda, kalis ing sambekala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun