d. Lukisannya memiliki metafora kuat. Sehingga bagi pengamat yang kurang jeli, tidak melihat hal tersirat di balik bentuk visualnya.
e. Visualisasinya khas. Lukisannya banyak didominasi warna coklat kemerahan dan hitam. Itu ditampilkan dengan teknik sapuan kuasnya yang kasar, sehingga memunculkan nilai tekstural yang khas.
f. Judul-judul lukisannya selalu menarik, mudah diingat, dan juga khas; menambah kekuatan pesan yang dibawakan.
Empat lukisan yang mengesankan Subroto adalah: 1. Keretaku Tak Berhenti Lama, 2. Gonjang-ganjing Kawula Jogja, 3. Berburu Celeng, dan 4. Go to Hell Crocodile
Kesalahan Struktur Anatomis?
Meski Subroto Sm mengakui bahwa lukisan Djoko Pekik yang berjudul “Berburu Celeng” sangat fenomenal, tetapi ada beberapa hal yang dikritisinya. Menurutnya di balik fenomena popularitasnya lukisan ini, ada satu catatan menarik perhatian Subroto Sm, yaitu: letak kedua kaki dua orang yang memanggul celeng!
“Mengherankan, tubuh celeng yang berat itu tidak jatuh, walaupun tubuh celeng itu ternyata terletak di sebelah kanan kedua pemanggul. Ini sebuah kesalahan struktur anatomis si celeng dengan kaki kedua pemanggul! Inilah kekurangan sekaligus kelebihan sebuah lukisan yang bersifat 2D, karena dalam hal ini tidak berlaku hukum gravitasi sebagaimana dalam seni patung atau arsitektur,” demikian Subroto Sm.
Suatu saat hal ini pernah dikonfirmasi ke Djoko Pekik, menurut Subroto Sm, Djoko Pekik mengatakan bahwa dia sendiri baru menyadari kesalahan tersebut, dengan mengatakan "Iya, ya? Ya wis ben, sing nonton ora ngematke kok!" ("Iya, ya? Ya biarin, yang melihat tidak memperhatikan kok!")
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H