"Sebaiknya saya periksa pakai USG saja ya untuk memastikannya." Dokter kembali berucap. Â Hati Ima seolah tidak sabar, ingin sekali segera mengetahui kebenaran perkiraan dokter itu. Â Ima kemudian segera disuruh masuk ke ruang USG. Â Setelah tindakan pemeriksaan dilakukan, Ima disuruh dokter untuk keluar menunggu beberapa saat hasilnya.
Selang beberapa jam kemudian Ima dan Adi dipanggil dokter.  Dokter menyodorkan gambar seperti sebuah toples yang di dalamnya ada isi bentuk  kecil.
"Selamat bu Ima, kandungan ibu ada bakal janin, semoga dapat dirawat dengan baik, sehingga sehat pertumbuhannya," demikian kata dokter.
Ima tidak bisa melepas keharuannya. Â Sambil matanya berkaca-kaca, dipeluknya suaminya. Â "Aku akan merawatnya dengan sebaik-baiknya." Demikian ucap Ima lirih di dada Adi.Â
Ima kemudian teringat dengan kolam anak-anak yang penuh dengan senda gurau anak-anak yang berada di pinggir dan di dalam air kolam. Â Aku akan segera ke kolam renang anak-anak itu, janin yang ada di dalam kandunganku ini akan mendengar suara anak-anak di kolam yang kelak menjadi teman sepermainannya.
Saat pulang ke rumah, dalam mobil Ima banyak terdiam, hingga Adi menegurnya, "Kenapa kamu tiba-tiba banyak berdiam diri? Â Apakah ada yang salah?"
Ima tidak menjawab pertanyaan Adi, ia hanya tersenyum. Â "Aku terharu," kata Ima. Â Ima menjadi tersadar, pantas dua bulan ini tidak mensturasi. Â Adi tiba-tiba saja menggenggam tangan Ima. Â Dalam hati, keduanya menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan yang telah menjawab doa-doa mereka. Â Mereka bersepakat akan menjaga benih dalam kandungan Ima, sehingga berkembang dan akhirnya lahir menjadi seorang anak yang menjadi dambaan mereka.
*Spesial buat anakku: Hawa dan suaminya: Riswan