Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ujung Sebuah Penantian

13 Mei 2023   09:03 Diperbarui: 13 Mei 2023   09:06 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: tribunnews)

Oleh karena itulah, baru setelah bekerja, Kustri berani menyampaikan isi hatinya kepada Ima.  Tetapi betapa seperti disambar geledek saat Ima menyatakan bahwa ia akan menikah dengan Adi.  Kustri yang memiliki pembawaan riang sehari-harinya, tiba-tiba menjadi seperti  orang yang bersusah.  Tidak ada lagi gairah dalam hidupnya.  Namun setelah Kustri merenung diri beberapa hari di kamarnya, pada akhirnya dia berkesimpulan bahwa jodoh adalah wewenang dan kehendak Tuhan.  Mungkin Ima bukan jodoh terbaik saya.  Tuhan pasti akan memberikan jodoh yang terbaik bagi saya kelak kemudian.  Demikianpemikiran Kustri saat itu.

Dengan demikian, Kustri kemudian bangkit dari keterpurukannya.  Kustri  kemudian masuk kerja lagi.  Hari-harinya dijalaninya dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan.  Saat pernikahan Ima dan Adi, Kustri ikut menghadirinya.  Bersama rekan-rekan pemuda gerejanya, Kustri mengucapkan selamat kepada Ima dan Adi.  Kustri ikut menyanyi bersama dengan rekan pemuda di altar gereja, memberi ucapapan selamat berbahagia.  Kustri sesekali melihat Ima dan Adi yang kelihatan banyak tersenyum.  Sesekali hati Kustri merasa sakit, tetapi itu ditahannya.  Keyakinan bahwa Tuhan akan memberi jodoh yang terbaik baginya sangat menghiburnya.

**

Lima tahun setelah Ima menikah dengan Adi, Kustri belum juga bergeming untuk mencari jodoh.  Orang tua Kustri berkali-kali mendesak Kustri supaya segera memilih jodoh.  Namun entah mengapa, Kustri selalu menolak keinginan orang tuanya itu.  Orang tua Kustri sudah usia senja, sehingga wajar kalau mereka mendesak Kustri untuk segera menikah, karena mereka pun ingin memiliki cucu yang dilahirkan dari Kustri dan istrinya nanti.  Kustri punya kakak Kusdwi yang sudah menikah dan memiliki seorang anak dari pernikahan mereka.  Kustri sebenarnya juga punya kakak perempuan, Kuswanti, tetapi meninggal saat usia remaja.

Ima tersenyum jika mengingat saat dia menentukan pilihan siapa yang ia terima pinangannya saat itu.  Dan Ima merasa tidak salah pilih.  Ima merasa Adi adalah laki-laki yang sangat mencintainya.  Perhatian Adi kepada Ima begitu besar.  Kemana pun Adi pergi mengantar tamu-tamunya, Adi selalu membelikan oleh-oleh kepada Ima.  Dari tempat Adi mengantar tamunya, Adi selalu kirim WA bertanya Ima mau dibelikan oleh-oleh apa.  Adi juga mengirim gambar-gambar barang atau makanan yang menjadi ikon khas daerah yang dikunjunginya.  Setiap kali sampai di lokasi wisata tempat Adi mengantar tamunya, Adi selalu menelpon Ima melalui video call, bercakap-cakap dengan Ima tentang banyak hal. 

Hanya saja Ima merasa kecut kalau melihat bahwa sampai lima tahun usia pernikahan mereka, Ima belum dapat memberikan keturunan kepada Adi.  Sebetulnya usai menikah, selang sebulan, dokter menyatakan bahwa dalam rahim Ima sudah mulai tumbuh benih hasil cinta kasih Ima dan Adi.  Betapa bahagianya Ima dan Adi.  Tidak selang lama setelah dokter kandungan mengatakan hal itu, Ima dan Adi pulang ke rumah orang tua Ima dan mengatakan bahwa mereka akan memiliki seorang putra.  Betapa senangnya hati kedua orang tua Ima.  Orang tua Ima dan tentu orang tua Adi juga berpendapat bahwa tidak lama lagi mereka akan memiliki seorang cucu.  Betapa bahagianya.

Namun sesuatu terjadi.  Ima yang harus naik motor dari rumahnya ke kantor tempat ia bekerja yang berjarak sekitar 10 kilometer itu menjadi sebabnya.  Memang jalan antara rumah Ima dan kantornya sedang dalam perbaikan.  Banyak lobang-lobang di jalan akibat air hujan yang mengguyur hampir setiap hari.  Kadang-kadang Ima diantar Adi pakai mobil jika Adi tidak keluar kota.  Tetapi karena Adi juga bekerja mengantar tamu ke luar kota, Ima kemudian berangkat sendiri ke kantornya.  Kondisi jalan yang seperti itu membuat kandungan Ima menjadi lemah.  Saat kontrol ke dokter kandungan, Ima disarankan untuk beristirahat total selama beberapa hari dan meminum obat dari dokter.  Dokter berkata, flek-flek pada Ima memungkinkan bahwa kandungan Ima dalam kondisi lemah.  Semoga benih janin dapat dipertahankan, demikian kata dokter.

Karena flek-flek yang tidak juga berhenti, tetapi terus bertambah intensitasnya, maka Ima kemudian dibawa ke rumah sakit.  Dokter kandungan rumah sakit itu, saat melihat perkembangan kandungan Ima kemudian memutuskan untuk melakukan operasi kiret.  Dengan berat hati akhirnya Ima melakukan perintah dokter tersebut karena jika dipertahankan pun bakal janin tidak akan berkembang malah membahayakan bagi sang ibu.  Akhirnya Ima menjalani operasi kiret.  Adi dan adik-adik Ima menuggui Ima selama di rumah sakit bergantian.  Operasi kiret pun berjalan dengan baik.  Sehari setelah operasi itu, Ima sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Ima sekarang sudah bekerja seperti semula.  Seperti biasa, Ima bekerja penuh dengan semangat.  Teman-teman kantornya kadang mengingatkan supaya bekerja tidak terlalu keras, maksudnya supaya Ima juga mengingat kesehatannya.  Mendengar nasihat teman-temannya ini Ima hanya tertawa.  Ima memang suka bekerja.  Jika di kantor tidak ada pekerjaan, Ima malah kebingungan.

Mengunjungi kolam renang anak-anak di kotanya, sering sekali dilakukan oleh Ima.  Dengan ke kolam renang anak-anak, maka dia akan terasa lebih dekat dengan dunia anak-anak.  Sejak operasi kiret yang dilakukannya lima tahun yang lalu, Ima belum ada tanda-tanda mengalami kehamilan.  Oleh karenyalah, doanya tiap hari kepada Tuhan adalah supaya ia dan Adi segera diberi keturunan oleh Tuhan.  Seringkali Ima berdoa kepada Tuhan,"Tolonglah hamba  diberi anak ya Tuhan,  entah laki-laki atau perempuan.  Hamba ingin, anak hamba nanti dapat memuliakan Tuhan melalui hidupnya."  Dalam doanya, Ima teringat dengan kotbah Pak Pendeta tentang ibu Hana yang mandul, akhirnya diberi anak yang dinamakan Samuel.  Samuel tersebut menurut kotbah Pak Pendeta akhirnya menjadi seorang nabi yang mengurapi Saul dan kemudian Daud menjadi raja Israel.

"Kita harus sabar sayang, saatnya nanti Tuhan akan memberi anak pada kita." Demikian Adi suaminya memberikan penghiburan kepadanya.  Tetapi Adi tahu bahwa Ima memasuki tahun kelima pernikahan mereka, seringkali terlihat sedih dan kadang marah karena hal-hal remeh yang terjadi dalam keluarga.  Misal saja Adi pulang terlambat dari pekerjaannya, Ima akan menjadi marah.  Adi seperti tahu keadaan, sehingga Adi lebih banyak diam.  Adi dalam hal ini memang bijaksana.  Adi pun kemudian berusaha untuk menolak pekerjaan mengantar tamu ke luar pulau.  Jika itu ke kota yang berdekatan dengan kotanya, Adi lakukan, jika jauh apalagi luar pulau, maka kesempatan itu akan ia berikan kepada rekan kerjanya yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun