Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ikaisyo Adakan Pameran Lukisan Sambut Natal dan Tahun Baru

19 Desember 2022   11:08 Diperbarui: 19 Desember 2022   11:16 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut pengamatan Mahmoud Elqadrie, saat menikmati karya lukisan landscape Godod Sutedjo, sepertinya  orang menyerahkan diri pada keagungan alam semesta.  "Disinilah getar auratik yang menyentuh rasa kita tersalurkan," demikian Mahmoud Elqadrie.

Rakhmat Supriyono kemudian menyebut Tulus Warsito.  Tulus Warsito ini adalah  pelukis yang pernah beberapa tahun tinggal di Amerika untuk mengajar batik dan kegiatan seni rupa. 

Tulus pernah belajar di STSRI ASRI (ISI Yogyakarta) jurusan Seni Patung. Menurut Rakhmat Supriyono Tulus Warsito memiliki kepekaan terhadap ruang tiga dimensional terlihat pada karya-karya lukisnya. Tulus Warsito sangat piawai mengelola elemen-elemen visual, terutama permainan bidang, garis, warna, titik, dan tekstur. Salah satu ciri khas dan keunikan karya Tulus adalah cara dia bermain shadow atau efek bayangan. 

Sesekali ia membuat tipuan optik melalui gradasi warna untuk membentuk kesan lekukan kain atau drapery. Rakhmat Supriyono menlai, bahwa menikmati karya-karya Tulus selalu menyenangkan, karena menawarkan komposisi visual yang dinamis, ritmik yang variatif, dan imajinasi yang tak terduga.  Sementara itu Mahmoud Elqadrie menambahkan bahwa lukisan  Tulus Warsito dangan gaya abstraknya, menawarkan daya magis komposisi warna yang mempesona dengan  auratik yang mendalam juga.

Tulus Warsito dengan latar belakang lukisannya (Sumber Foto: You Tube)
Tulus Warsito dengan latar belakang lukisannya (Sumber Foto: You Tube)

Rakhmat Supriyono mendeskripsikan pelukis Herjaka HS.  Nama pelukis ini sudah tidak asing dan cukup dikenal publik. Bergelut dengan kanvas sejak 1975 saat ia mulai belajar melukis secara akademis di SMSR Yogyakarta. Selain sekolah, Herjaka bekerja sebagai ilustrator majalah berbahasa Jawa. 

Tak jarang ia harus menggambar wayang purwa sebagai ilustrasi majalah. Bentuk-bentuk visual wayang purwa ia pelajari langsung dari beberapa dalang dan pengrajin wayang kulit.

Setelah berproses lebih dari satu dasawarsa, Herjaka melanjutkan studi ke jurusan Seni Rupa IKIP Yogyakarta, 1985 hingga selesai. Ketertarikannya pada wayang tidak surut, bahkan diperkaya lagi dengan narasi tembang macapat yang sarat makna. 

Menurut Rakhmat Supriyono Herjaka HS pelukis kelahiran 1957 ini mulai tak puas dengan desain wayang purwa yang pipih (unprofil). Muncullah gagasan "liar" untuk mendeformasi wujud visual wayang yang pipih ke gambaran manusia yang volumetris. 

Tanpa menghilangkan karakter visual wayang. Herjaka melukis obyek wayang tidak dalam setting kelir wayang, melainkan adegan keseharian di taman, hutan, perbukitan, dan di ruang-ruang interior rumah Jawa. Tak jarang Herjaka menyisipkan pesan-pesan tekstual dalam lukisan, berupa pitutur Jawa yang sangat "jero" maknanya. 

Mahmoud Elqadrie melihat Herjaka HS dalam hal ini bergaya karikatural wayang dengan membidik kehidupan lingkungan sosial, ada pesan metafora yang disimbolkan dramaturgi punakawan. "Tentu semua memberi gambaran makna filosofi yang tertentu," demikian Mahmoud Elqadrie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun