Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ikaisyo Adakan Pameran Lukisan Sambut Natal dan Tahun Baru

19 Desember 2022   11:08 Diperbarui: 19 Desember 2022   11:16 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikaisyo Adakan Pameran Lukisan Sambut Natal dan Tahun Baru

Oleh: Suyito Basuki

Bertempat di Posnya Seni Godod, Jalan Suryadiningratan Mj II/ 641 Yogyakarta, sejumlah perupa senior: Godod Sutejo, Hendro Purwoko, Herjaka HS, Subroto SM, dan Tulus Warsito adakan pameran dalam rangka menyambut natal 2022 dan tahun baru 2023.  Adapun pameran berlangsung sejak tanggal 11 Desember yang baru lalu dan akan berakhir 25 Desember 2022.  

Pameran terselenggara oleh kelompok arisan Tosca Ikaisyo. Perlu diketahui bahwa Ikaisyo yang memiliki slogan selalu berkarya untuk Indonesia ini secara rutin mengadakan arisan setiap bulan bertempat bergilir di rumah masing-masing anggota.

Pameran bertajuk Tosca ini dibuka resmi oleh budayawan Yani Saptohoedodjo. Dalam sambutan singkatnya Yani berpesan pada para pelukis agar tetap semangat berkarya, mengembangkan ide-ide kreatif, dan mencari terobosan-terobosan baru yang inovatif. Yani berharap semoga pameran yang sangat istimewa ini dapat diapresiasi masyarakat luas.  

Pameran ini diharapkan menjadi sebuah kebangkitan bagi Ikaisyo (Ikatan istri Senirupawan Yogyakarta) yang beranggotakan istri-istri pelukis/ senirupawan Yogyakarta.  Demikian juga diharapkan memotivasi karya-karya perupa Yogyakarta setelah selama dua tahun masyarakat Indonesia terkena pandemi corona.

Tulus Warsito, mewakili para perupa yang tengah berpameran dalam kata pengantar pamfletnya menyebut bahwa pameran lukisan ini berkesan sederhana.  Meski sederhana, pameran ini merupakan bagian dari kodrat mereka sebagai perupa disertai harapan yang juga sederhana, yakni  semoga di akhir tahun 2022 ini diberi barokah sehat, semangat dan bahagia dalam menyamb ut datangnya tahun baru 2023.

Kiprah Ikaisyo

Ikaisyo merupakan organisasi sosial yang beranggotakan istri-istri perupa dan wanita pelukis. Organisasi perempuan ini digagas di kediaman perupa Bathara Loebis, 14 Agustus 1982. Saat itu hadir Ny. Soed Amri Yahya, Ny. Widayat,  Ny. Wardojo, Ny. Damas, Ny. Djoko Pekik, dan beberapa istri perupa yang sering berkumpul. 

Mereka sepakat membentuk kelompok arisan istri-istri perupa agar bisa berkumpul secara rutin. Ny Bagong Kussudiardjo dan Ny. Maryati Affandi yang hadir pada pertemuan berikutnya sangat antusias dan mendukung gagasan ini. Nama Ikaisyo muncul pada arisan pertama di rumah pelukis Damas, di Mangkuyudan. Sejak itu Ikasiyo aktif berkiprah, tidak hanya mendampingi suami, tetapi secara mandiri punya kegiatan-kegiatan bermanfaat.

Selain kegiatan insidental kesenian dan sosial, Ikaisyo ini punya agenda bulanan berupa arisan. Dalam acara arisan ini sering muncul gagasan-gagasan spontan yang tak terduga, satu di antaranya adalah mengadakan pameran. Bertepatan dengan tutup tahun 2022, arisan Ikaisyo diadakan di kediaman Ny. Atiek Godod Sutejo, sekaligus menyajikan karya-karya lukis dari lima pelukis senior.

Slogan Ikasiyo: Selalu Berkarya untuk Indonesia (Sumber Foto: Godod Sutejo)
Slogan Ikasiyo: Selalu Berkarya untuk Indonesia (Sumber Foto: Godod Sutejo)

Profil Para Perupa dan Karyanya

Menurut catatan Rakhmat Supriyono, penulis dan pengelola pameran, Subroto Sm, sebagai dosen senior jurusan Seni Lukis ISI Yogyakarta pada pameran kali ini masih konsisten mengeksploitasi garis-garis minimalis yang spontan dan ekspresif. Pelukis kelahiran Klaten 1946 ini telah menggeluti dunia lukis sejak 1967 dan aktif berpameran di dalam dan luar negeri. Karya-karyanya menunjukkan ketangkasan menangkap subject matter. 

Lukisan berjudul Gambar Model (30 x 30 cm) menurut pengakuan Subroto pada Rakhmat Supriyono ini diselesaikan tak lebih dari sepuluh menit. Tak ada garis yang sia-sia. Subroto sangat efisien dalam penggunaan garis. Selebihnya, Subroto Sm gunakan warna transparan untuk memberi penekanan pada obyek sembari menyelaraskan komposisi. 

Teknik melukis yang menuntut skill tinggi ini sudah dilakoni Subroto selama puluhan tahun. Hasilnya adalah karya-karya lukis yang punya greget, unik, dan berkarakter.  Mahmoud Elqadrie, seorang teaterawan dan penulis Yogyakarta menyebut  lukisan Subroto SM memiliki kekuatan sket yang kuat dan auratik, dengan obyek kehidupan sosial manusia, sehingga  memberi kesan artistik yang mendalam.

Lukisan Subroto Sm, Gambar Model (30 x 30 cm) (Sumber Foto: Godod Sutejo)
Lukisan Subroto Sm, Gambar Model (30 x 30 cm) (Sumber Foto: Godod Sutejo)

Rakhmat Supriyono menerangkan profil pelukis Godod Sutejo.  Godod Sutejo disebutnya pelukis spiritual.   Godod Sutejo yang menurut Rakhmat Supriyono seniman ternama ini pernah malang melintang di Pasar Seni Jaya Ancol Jakarta, 1975 -- 1990. Godod lahir di Giriwoyo Wonogiri, 1953. 

Sejak bocah ia diasuh eyangnya yang sangat kental dengan ajaran-ajaran kejawen, termasuk laku prihatin sebagai upaya pendekatan diri pada Sang Khaliq. 

Karya-karya Godod menurut Rakhmat Supriyono senantiasa merefleksikan keheningan alam semesta. Sosok-sosok manusia digambarkan sangat kecil dalam hamparan ruang kosong yang agung dan tak berbatas. Begitulah cara Godod mengagungkan Tuhan. 

Manusia adalah makhluk kecil dibandingkan luasnya jagat raya. Godod masuk ASRI tahun 1972 -- 1977, lulus program Sarjana Muda. Tahun 1979 -- 1982 melanjutkan studi jenjang Sarjana di STSRI ASRI (sekarang ISI Yogyakarta). Karya-karyanya tak sekadar goresan kuas, melainkan semacam torehan batin yang dilandasi mantra spiritual. Ada aura magis yang bisa dirasakan getarannya sesuai kadar kepekaan rasa si pemirsa.  

Menurut pengamatan Mahmoud Elqadrie, saat menikmati karya lukisan landscape Godod Sutedjo, sepertinya  orang menyerahkan diri pada keagungan alam semesta.  "Disinilah getar auratik yang menyentuh rasa kita tersalurkan," demikian Mahmoud Elqadrie.

Rakhmat Supriyono kemudian menyebut Tulus Warsito.  Tulus Warsito ini adalah  pelukis yang pernah beberapa tahun tinggal di Amerika untuk mengajar batik dan kegiatan seni rupa. 

Tulus pernah belajar di STSRI ASRI (ISI Yogyakarta) jurusan Seni Patung. Menurut Rakhmat Supriyono Tulus Warsito memiliki kepekaan terhadap ruang tiga dimensional terlihat pada karya-karya lukisnya. Tulus Warsito sangat piawai mengelola elemen-elemen visual, terutama permainan bidang, garis, warna, titik, dan tekstur. Salah satu ciri khas dan keunikan karya Tulus adalah cara dia bermain shadow atau efek bayangan. 

Sesekali ia membuat tipuan optik melalui gradasi warna untuk membentuk kesan lekukan kain atau drapery. Rakhmat Supriyono menlai, bahwa menikmati karya-karya Tulus selalu menyenangkan, karena menawarkan komposisi visual yang dinamis, ritmik yang variatif, dan imajinasi yang tak terduga.  Sementara itu Mahmoud Elqadrie menambahkan bahwa lukisan  Tulus Warsito dangan gaya abstraknya, menawarkan daya magis komposisi warna yang mempesona dengan  auratik yang mendalam juga.

Tulus Warsito dengan latar belakang lukisannya (Sumber Foto: You Tube)
Tulus Warsito dengan latar belakang lukisannya (Sumber Foto: You Tube)

Rakhmat Supriyono mendeskripsikan pelukis Herjaka HS.  Nama pelukis ini sudah tidak asing dan cukup dikenal publik. Bergelut dengan kanvas sejak 1975 saat ia mulai belajar melukis secara akademis di SMSR Yogyakarta. Selain sekolah, Herjaka bekerja sebagai ilustrator majalah berbahasa Jawa. 

Tak jarang ia harus menggambar wayang purwa sebagai ilustrasi majalah. Bentuk-bentuk visual wayang purwa ia pelajari langsung dari beberapa dalang dan pengrajin wayang kulit.

Setelah berproses lebih dari satu dasawarsa, Herjaka melanjutkan studi ke jurusan Seni Rupa IKIP Yogyakarta, 1985 hingga selesai. Ketertarikannya pada wayang tidak surut, bahkan diperkaya lagi dengan narasi tembang macapat yang sarat makna. 

Menurut Rakhmat Supriyono Herjaka HS pelukis kelahiran 1957 ini mulai tak puas dengan desain wayang purwa yang pipih (unprofil). Muncullah gagasan "liar" untuk mendeformasi wujud visual wayang yang pipih ke gambaran manusia yang volumetris. 

Tanpa menghilangkan karakter visual wayang. Herjaka melukis obyek wayang tidak dalam setting kelir wayang, melainkan adegan keseharian di taman, hutan, perbukitan, dan di ruang-ruang interior rumah Jawa. Tak jarang Herjaka menyisipkan pesan-pesan tekstual dalam lukisan, berupa pitutur Jawa yang sangat "jero" maknanya. 

Mahmoud Elqadrie melihat Herjaka HS dalam hal ini bergaya karikatural wayang dengan membidik kehidupan lingkungan sosial, ada pesan metafora yang disimbolkan dramaturgi punakawan. "Tentu semua memberi gambaran makna filosofi yang tertentu," demikian Mahmoud Elqadrie.

Rakhmat Supriyono, Penulis dan Pengelola Pameran (Sumber Foto: Godod Sutejo)
Rakhmat Supriyono, Penulis dan Pengelola Pameran (Sumber Foto: Godod Sutejo)

Rakhmat Supriyono menggambarkan profil Hendro Purwoko.  Hendro Purwoko  adalah pelukis kelahiran Jawa Timur, 1954. Kepiawaian menggambar figur manusia menurut Rakhmat Supriyono membuat kagum teman-temannya di jurusan Desain Interior STSRI ASRI (ISI Yogyakarta). Obyek manusia dan arsitektur perkotaan (cityscape) banyak singgah di kanvasnya. 

Menurut Rakhmat Supriyono, Hendro sangat patuh menjaga proporsi, perspektif, dan anatomi manusia. Latar akademisi sangat melekat pada karya-karyanya. 

Tak sampai di situ, Hendro menguasai berbagai teknik melukis, dry and wet drawing. Pada pameran kali ini ia menampilkan keduanya, lukisan dengan teknik transparan menggunakan media cat air dan sebagian lagi dengan teknik kering, crayon di kertas. 

Sementara itu Mahmoud Elqadrie menilai, Hendro Purwoko dengan gaya realismenya yang membidik obyek sosial seperti membawa mengenal dan memahami kembali, makna kearifan lokal, tema sosial yang sarat dengan pesan filofofi yang mendalam seperti mengajaka  berdialog dengan simpul-simpul budaya.

Dyan Anggraini bangga dengan perupa Yogyakarta (Sumber Foto: You Tube)
Dyan Anggraini bangga dengan perupa Yogyakarta (Sumber Foto: You Tube)

Dyan Anggraini, mantan Kepala Taman Budaya Yogyakarta memberikan tanggapannya, bahwa apa yang dilakukan oleh Ikaisyo ini bersama dengan para suami mereka yang adalah para perupa, memiliki makna menunjukkan bahwa Yogyakarta terdapat para perupa yang memberikan suport bersama-sama, untuk bisa memberi inspirasi bagaimana Yogyakarta sangat diwarnai oleh karya-karya para perupa Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun