Selain kegiatan insidental kesenian dan sosial, Ikaisyo ini punya agenda bulanan berupa arisan. Dalam acara arisan ini sering muncul gagasan-gagasan spontan yang tak terduga, satu di antaranya adalah mengadakan pameran. Bertepatan dengan tutup tahun 2022, arisan Ikaisyo diadakan di kediaman Ny. Atiek Godod Sutejo, sekaligus menyajikan karya-karya lukis dari lima pelukis senior.
Profil Para Perupa dan Karyanya
Menurut catatan Rakhmat Supriyono, penulis dan pengelola pameran, Subroto Sm, sebagai dosen senior jurusan Seni Lukis ISI Yogyakarta pada pameran kali ini masih konsisten mengeksploitasi garis-garis minimalis yang spontan dan ekspresif. Pelukis kelahiran Klaten 1946 ini telah menggeluti dunia lukis sejak 1967 dan aktif berpameran di dalam dan luar negeri. Karya-karyanya menunjukkan ketangkasan menangkap subject matter.Â
Lukisan berjudul Gambar Model (30 x 30 cm) menurut pengakuan Subroto pada Rakhmat Supriyono ini diselesaikan tak lebih dari sepuluh menit. Tak ada garis yang sia-sia. Subroto sangat efisien dalam penggunaan garis. Selebihnya, Subroto Sm gunakan warna transparan untuk memberi penekanan pada obyek sembari menyelaraskan komposisi.Â
Teknik melukis yang menuntut skill tinggi ini sudah dilakoni Subroto selama puluhan tahun. Hasilnya adalah karya-karya lukis yang punya greget, unik, dan berkarakter.  Mahmoud Elqadrie, seorang teaterawan dan penulis Yogyakarta menyebut  lukisan Subroto SM memiliki kekuatan sket yang kuat dan auratik, dengan obyek kehidupan sosial manusia, sehingga  memberi kesan artistik yang mendalam.
Rakhmat Supriyono menerangkan profil pelukis Godod Sutejo. Â Godod Sutejo disebutnya pelukis spiritual. Â Godod Sutejo yang menurut Rakhmat Supriyono seniman ternama ini pernah malang melintang di Pasar Seni Jaya Ancol Jakarta, 1975 -- 1990. Godod lahir di Giriwoyo Wonogiri, 1953.Â
Sejak bocah ia diasuh eyangnya yang sangat kental dengan ajaran-ajaran kejawen, termasuk laku prihatin sebagai upaya pendekatan diri pada Sang Khaliq.Â
Karya-karya Godod menurut Rakhmat Supriyono senantiasa merefleksikan keheningan alam semesta. Sosok-sosok manusia digambarkan sangat kecil dalam hamparan ruang kosong yang agung dan tak berbatas. Begitulah cara Godod mengagungkan Tuhan.Â
Manusia adalah makhluk kecil dibandingkan luasnya jagat raya. Godod masuk ASRI tahun 1972 -- 1977, lulus program Sarjana Muda. Tahun 1979 -- 1982 melanjutkan studi jenjang Sarjana di STSRI ASRI (sekarang ISI Yogyakarta). Karya-karyanya tak sekadar goresan kuas, melainkan semacam torehan batin yang dilandasi mantra spiritual. Ada aura magis yang bisa dirasakan getarannya sesuai kadar kepekaan rasa si pemirsa. Â