"Malam hari di bulan Juli, 1982, Pelukis Batara Lubis, yang tinggal di Jl Pengok, Jogja, mengadakan hajatan khitanan putranya bernama Ucok. Hadir sejumlah perempuan istri perupa bersama suaminya yang notabene merupakan  perupa terkemuka Indonesia, antara lain: Ny. Sumini Widayat, Ny. Soed Amri Yahya, Ny. Sutiyah Wardoyo, Ny. Tuty Aming Prayitno, Ny. Tinuk Djokopekik, Ny. Hafsah Damas, dan Ny. Batara Lubis sebagai tuan rumah.  Dalam acara ini muncul gagasan atau usulan dari Ny. Hafsah Damas, bahwa untuk menjalin komunikasi intens antar perupa di Jogja sebaiknya diadakan arisan untuk  ibu-ibu pad setiap bulan, disertai harapan, setiap arisan ibu-ibu didampingi suaminya," demikian tutur Subroto Sm.
"Gagasan Bu Damas itu kemudian mendapat dukungan ibu-ibu yang lain, termasuk Ny. Maryati Affandi.  Beberapa waktu kemudian gagasan arisan itu menemukan muaranya di rumah pelukis Damas, yang tinggal di Mangkuyudan, Jogja.  Kemudian diadakanlah pertemuan pertama yg diadakan pada hari Jumat, 14 Agustus 1982. Yang datang cukup banyak dan kebetulan bersamaan dengan Ulang Tahun Bu Hafsah Damas. Pada pertemuan pertama yang berlangsung  santai namun meriah itu,  sekaligus disepakati sebuah nama untuk kelompok arisan ibu-ibu istri perupa ini dengan nama IKAISYO, singkatan dari Ikatan Istri Senirupawan Yogyakarta," begitu lanjut Subroto Sm.
Mengapa Istilah Senirupawan?  Menurut penjelasan Subroto Sm,  istilah "senirupawan" dipakai untuk menerangkan singkatan Ikaisyo, karena  pada waktu itu istilah "perupa" belum populer. Seingat Subroto Sm, istilah "perupa" baru muncul pada awal th 1990-an bersamaan dengan maraknya seni rupa kontemporer.
Pameran Karya Suami dan Lomba-lomba
Berdasarkan keterangan Subroto Sm, dalam perkembangannya, sejak dibentuknya Ikaisyo yang diawali dengan kegiatan arisan, kemudian ada kegiatan sosial internal di antara mereka seperti mengunjungi anggota yang sakit, melayat, pernikahan, dan sebagainya.
Kemudian aktivitas eksternal atau go publik yang mereka adakan adalah mulai diadakan kegiatan, yang paling utama ialah Pameran Seni Rupa karya para suami, juga anggota Ikaisyo, dan penerbitan buku. Â Juga kemudian pernah menyelenggarakan Lomba Lukis Anak, Lomba Sepeda Wisata, serta kegiatan bakti sosial memberi sumbangan untuk PMI hasil penggalangan dana melalui pameran-pameran yang sudah diadakan.
"Berawal dari arisan, dengan komunikasi yang relatif intensif terbangunlah rasa kekeluargaan dan sekaligus memacu para suami dan anggota dalam berkarya seni, yang dimanifestasikan dalam berbagai pameran bersama di Jogya, Jakarta, dan sekali di Bali pada tahun 1996," demikian jelas Subroto Sm.
Komunitas yang Unik
Subroto Sm lebih lanjut menjelaskan bahwa Ikaisyo, yang dalam kenyataannya  dihuni para maestro atau legenda seni rupa Indonesia adalah sebuah kelompok atau komunitas yang unik.