Mbak Setya RKJ, dosen ISI Yogyakarta Jurusan Karawitan, menyajikan garapan gendhing-gendhing juga lagu-lagu daerah nusantara dengan iringan gamelan.Â
Selain itu juga ditampilkan penari-penari yang rata-rata dari mahasiswa ISI Yogyakarta yang menggambarkan kebhinekaan dan persatuan Indonesia.
Lagu-lagu daerah nusantara yang ditampilkan antara lain, Gundul-gundul Pacul (Jawa Tengah), Ramko Yambe Ramko (Papua), Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan), Cublak-cublak Suweng (Jawa Tengah) dan lain-lain.Â
Kesemua lagu diiringi dengan gamelan berlaras pelog. Gamelan yang diusung: demung, saron, peking, gong, gender, slenthem, seruling, rebab, dan kendang, ditingkah alat musik modern seperti gitar bas dan drum, menjadikan lagu-lagu bersuasana lebih segar dan berkarakter khusus. Hal ini yang menyebabkan pengunjung menjadi terhenyak dan memberikan aplaus.
Para pengrawit, pesinden maupun penari yang berpakaian mewakili adat budaya nusantara menambah semarak pagelaran opening ceremony yang dipertontonkan.Â
Ada yang memakai baju adat Jawa, Bali, Â Kalimantan, Bali, Papua, Chinesse dan lain-lain. Kesemuanya ini menunjukkan kekayaan nusantara yang membuat decak kagum para peserta yang mewakili gereja-gereja menonit di seluruh dunia.
Sebuah asumsi umum, betapa negara Indonesia negara yang diberkati Tuhan karena keragaman budaya dan kebersatuan suku-suku, bahasa dan pulau-pulaunya.
Didapuk Menjadi Dalang
Saya didapuk menjadi dalang dalam acara tersebut. Â Saya mendapat tugas antara lain suluk atau nembang yang mendeskripsikan kesatuan budaya dan keanekaragaman nusantara serta sejarah gereja menonit hingga berada di bumi nusantara ini.Â
Tentu saja saya pun juga memiliki tugas berusaha menggerakkan wayang selaras dengan semangat tembang dan lagu-lagu yang dibawakan.Â