Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Satu Lagi AU, Beralih ke Centang Biru

2 Juli 2022   07:10 Diperbarui: 2 Juli 2022   07:13 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu Lagi AU, Beralih ke Centang Biru

Oleh: Suyito Basuki

Sekitar pertengahan Juni 2022 yang baru lalu, saya mendapat notifikasi dari admin kompasiana, supaya menambah lagi 5 artikel headline atau artikel utama (AU) untuk mendapatkan status centang biru.  Jika seorang kompasianer mendapatkan centang biru, maka menurut penjelasan admin maka akun kompasianer tersebut sudah terverifikasi.  Terverifikasi ini berdasar karya tulisan yang dibuat, bukan berdasar catatan administrasi lengkap seorang kompasianer.

Sampai sejauh ini saya memang masih status centang hijau.  Centang hijau ini menandakan akun baru tervalidasi.  Kalau ngga salah nih, akun tervalidasi ini berdasarkan catatan administrasi yang dinilai lengkap, sesuai dengan permintaan admin kompasiana.  Jika belum lengkap data-data kompanianer, maka dia belum mendapat centang hijau, masih polosan.

Kisah Menulis di Kompasiana

Saya sebenarnya sudah mengenal blog kompasiana dan membaca beberapa artikel di kompasiana sejak sebelum tahun 2010.  Saat itu ada seorang rekan, penulis produktif yang kerapkali menulis di kompasiana dan memposting itu di media sosial.  Tulisannya bagus dengan tema-tema yang menarik, karena latar belakangnya sebagai seorang redaksi di sebuah majalah rohani populer.  Tetapi entah, sekarang kenapa dia tidak menulis lagi di kompasiana.

Bulan November 2021 yang baru lalu, saya membaca kompas.com dan saat mengetahui ada semacam webinar kompasiana, saya mendaftar dan mengikutinya.  Kalau tidak salah, kompasianer senior, Kang Bugi Sumirat bekerja sama dengan pihak admin kompasiana sebagai penyelenggara acara itu.  Tertarik dengan percakapan yang ada, kemudian saya membuat akun.  Kemudian saya juga mengikuti grup WA para peserta webinar tersebut.

Mungkin hampir 3 minggu, akun itu pasif, maksudnya saya tidak menulis di kompasiana.  Mungkin saat itu belum merasa 'mood' untuk memulai penulisan.  Baru mungkin di awal minggu kedua bulan Desember 2001 saya mulai menulis di kompasiana.  Saya berketetapan menulis setiap hari.  Artikel-artikel lama saya, saya upload sebagai awal-awal tulisan, sembari saya memikirkan tulisan-tulisan yang bersifat kekinian.

Saat itu saya seperti seorang petualang yang memasuki rimba raya, hutan yang lebat seorang diri.  Pada awalnya memang grup WA para peserta webinar ini sangat membantu.  Misal, saya tidak tahu kalau tulisan bisa langsung ditayangkan, oleh karena itu saya memilih tulisan dijadwalkan untuk tayang.  Di group WA tersebut ada seorang anggota yang bertanya, kenapa tidak langsung tayang saja?  Saya harus berterima kasih dengan pertanyaan itu, karena setelah itu, saya langsung upload setiap artikel yang saya buat.

Pernah Tulisan Dicancel

Saya menulis apa saja di kompasiana.  Kebetulan saya mempunyai ketertarikan di bidang opini, traveling dan tulisan fiksi.  Jadilah saya menulis artikel humaniora, sosbud, reportase, traveling, diary, foody, resensi buku, cerpen dan puisi.  Tentang tulisan cerpen, saya menulis genre cerpen yang serius dengan halaman yang panjang.  Ternyata setelah saya amati, cerpen-cerpen yang diminati di kompasiana adalah jenis cerpen yang ringan, populer dengan halaman yang tidak terlalu panjang.  Cerpen saya yang saya kira mendapat cukup banyak atensi adalah cerpen yang berjudul "Antrean Para Sandal".

Apa saja yang terlintas di pikiran, berusaha saya wujudkan menjadi sebuah tulisan.  Saat di sebuah grup WA, ada seorang rekan yang dulu suka membuat lagu dan lagunya dinyanyikan oleh penyanyi populer Judika, saya langsung menulis hak kepemilikan sebuah lagu.  Peraturan perundangan yang terkait dengan hal itu banyak saya comot dari media sosial dengan menyertakan data sumbernya.  Ternyata tulisan itu dinilai oleh admin, kutipannya melebihi aturan yang ada.  Dengan demikian, tulisan itu dicancel.  Meski demikian, saya tidak berputus asa, dari tema tulisan yang sama, jenis tulisan saya ubah menjadi cerpen setelah ketentuan 4 jam berselang, tentu saja kutipan-kutipan saya ringkas.  Tanggapan rekan-rekan dalam grup WA kami saat itu riuh rendah terhadap tulisan saya, dari semacam featured menjadi cerpen ini.

Memang ada perasaan malu, gemas dan merasa bersalah saat tulisan dicancel.  Tapi kebetulan juga sebelumnya, istri saya yang juga tertarik  menulis di kompasiana, Erna Widyaningsih, tulisannya juga belum lama dicancel.  Mungkin dia dicap sebagai plagiat atau apa ya namanya.  Sebenarnya menurut saya, salah teknis saja.  Dia pernah menulis di sebuah koran lokal, kemudian tulisan itu diupload di kompasiana tanpa menyertakan sejarah tulisannya itu.  Setelah itu dia menulis satu puisi dan selanjutnya sampai hari ini dia belum menulis lagi, agak jengkel nampaknya hehehe...Dia sebelumnya suka menulis, satu novel  telah dihasilkan dan diterbitkan oleh penerbit lokal di kota Solo.

Centang Biru Tunjukkan Kualitas?

Berdasarkan keterangan admin yang saya baca, kompanianer yang telah diverifikasi akunnya menjadi centang biru dinilai memiliki tulisan dengan nilai tertentu.  Saya kutipkan langsung saja ya, apa yang disampaikan admin, semoga kutipan ini tidak melebihi ketentuan.

"Kompasianer yang mendapatkan label verifikasi adalah mereka yang artikel-artikelnya tidak diragukan lagi isinya. Bukan hanya karena keaktifannya dalam menulis di satu bidang atau tema, tapi juga semangatnya dalam menyuguhkan artikel berkualitas kepada para pembaca. Walhasil, setiap kali si Kompasianer menayangkan artikel baru, pembaca langsung mengingatnya sebagai Kompasianer yang memiliki perhatian pada bidang tertentu atau Kompasianer yang konsisten dalam berbagi hal-hal positif, menarik, dan bermanfaat lewat artikel dan ragam konten lainnya.

Kompasianer seperti inilah yang mendapatkan tanda verifikasi.

Harapan Kompasiana selaku pengelola, kami dapat menjaring Penulis berkualitas yang memiliki passion berbagi konten positif di Kompasiana, meningkatkan jumlah Penulis yang memiliki konten kredibel di mata pembaca, sekaligus meningkatkan jumlah Penulis yang mau menunjukkan jadi dirinya dan bertanggung jawab atas setiap tulisannya di Kompasiana.

Dengan adanya tanda tersebut, pembaca dapat dengan mudah mengasosiasikan sebuah artikel dengan penulisnya, ataupun menebak isi sebuah artikel yang sejalan dengan artikel-artikel yang pernah dia buat sebelumnya. Pembaca juga akan merasa nyaman menikmati konten dari Kompasianer Terverifikasi Biru karena sudah memaklumi kredibilitas penulisnya." (Kompasiana.com 14 Oktober 2014 diperbarui  15 Maret 2019)

Mantap kan Kompasianer dengan centang biru?  Saya tidak mengerti tentang hal ini sebelum membaca penjelasan notifikasi  harapan supaya saya menambah AU untuk mendapatkan status terverifikasi atau centang biru.

Semoga Beralih ke Centang Biru

Sejak akhir Juni 2022 yang lalu hingga hari ini, notifikasi yang saya dapatkan adalah supaya saya menambah 1 lagi artikel AU atau headline supaya status verifikasi atau centang biru saya dapatkan.  Sebagai info saja saat ini tetulis saya telah mendapatkan 19 artikel yang dinilai sebagai  AU tersebut.  Berarti untuk mendapatkan status centang biru, dibutuhkan 20 AU.

Semoga saja di antara artikel-artikel yang saya tulis hari-hari ini ada yang dinilai memenuhi syarat untuk dinaikkan menjadi AU.  Sampai hari ini, jujur saya belum bisa mengerti jenis artikel apa yang bisa menjadi AU.  Mungkin dari segi jumlah viewer sebuah artikel dipertimbangkan dijadikan AU?  Tetapi saya lihat tidak juga.  Ada tulisan saya yang memiliki viewer lumayan juga tidak kunjung menjadi AU.

Tapi ya sudahlah, toh sejak awal, dari centang polosan hingga centang hijau tetap saja menulis dengan niatan mengembangkan talenta serta menyalurkan hobi.  Harapannya semoga tulisan-tulisan dapat bermanfaat bagi orang lain.  Syukurlah kalau bisa menjadi sarana advokasi bagi sesuatu, seseorang atau sebuah komunitas  yang suaranya perlu didengar oleh pihak-pihak yang berkepentingan.  Menulis dari level Debutan, Yunior, dan Taruna saya jalani dengan suka cita.  Entah nanti sampai tataran apa, biar admin yang mengaturnya.

Yang Saya Belum Ketahui

Saya baru menulis sekitar 6 bulan di kompasiana, masih tergolong baru ya.  Beberapa hal yang saya kadang masih bertanya secara soliloqui.

1. Saya bersyukur pada  bulan April dan Mei 2022 ini mendapat K.Rewards.  Cuma saya belum tahu cara admin menghitungnya seorang kompasianer mendapat nominal K.Rewards itu.  Secara umum dikatakan, seorang penulis akan dihitung mendapat K.Rewards setelah tulisannya mencapai akumulasi 3.000 viewer tiap bulannya.  Kalau tidak salah mungkin akumulasi viewer tulisan saya di bulan Mei mencapai kurang lebih 15.000, tetapi K.Rewards yang saya terima 159.015.  Padahal dengan tulisan di bulan April dengan viewer kurang dari 10.000, saya mendapat K.Rewards sekitar 220.000.  Cuma ya sudahlah, toh tujuan utama menulis di kompasiana bukan melulu soal finansial.

2. Kadang saya mendapati rekan kompasianer mengganti rating.  Mengganti rating itu mungkin sebelumnya dia sudah menentukan rating, tapi karena belum sukses atau belum muncul ratingnya, dia memencet rating dengan rating yang berbeda dari semula, mungkin saja kompasianer itu lupa rating sebelumnya.  Sebagaimana kita tahu, rating itu mulai dari: unik, menghibur, menarik, inspiratif, bermanfaat dan aktual.  Urutan ini apakah menunjuk nilai tertentu atau tidak, saya juga belum tahu.

3. Dikehendaki oleh admin tulisan yang dibuat supaya tidak mengandung unsur SARA dan menimbulkan konflik golongan.  Tetapi kenyataannya ada satu dua tulisan yang muncul yang nada-nadanya terus menjelek-jelekkan pemerintah dan presiden sebagai kepala negara. Sebetulnya saya mau memberi comment yang gimana gitu sebagai counter attack, tetapi saya pikir ulang lagi ya ngapain sih berebut tulang tanpa isi? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun