Menikmati Ketakutan Orang Lain
Saya jadi ingat novel Iwan Simatupang yang berjudul Ziarah. Â Di dalam novel itu diceritakan adanya seorang opseter pekuburan yang pernah belajar ilmu filsafat di sebuah perguruan tinggi. Â Opseter ini sengaja mempekerjakan pelukis yang istrinya meninggal di pekuburannya. Â
Opseter ini sengaja ingin melihat kesedihan pelukis ini saat bekerja di makam. Â Oleh karenanya sang opseter seringkali mengintip gerak-gerik sang pelukis yang merupakan tokoh utama dalam novel Ziarah itu. Â Ketakutan dan kengerian pelukis ini saat bersinggungan dengan makam istrinya, merupakan kesukaan bagi sang opseter.
Mungkin agak aneh jika kita menjumpai orang-orang yang memiliki gaya hidup seperti opseter pekuburan ini. Â Tetapi toh ternyata ada juga di dunia ini orang yang suka melihat penderitaan orang lain, mungkin karena dendam atau alasan-alasan yang lain. Â Termasuk orang-orang yang dengan sengaja membuang sampah, bangkai tikus, bangkai ayam dan lain-lain di tengah jalan. Â
Orang itu mungkin merasa senang jika ada pengendara motor atau mobil berteriak ngeri karena ban kendaraan mereka dengan tidak sengaja menginjak bangkai itu. Â Jika bangkai itu masih baru, kadang menimbulkan suara,"pletok!" yang menambah kengerian atau kejijikan.
Mengembalikan Fungsi Jalan
Jalan dibuat oleh pemerintah supaya berfungsi memperlancar sarana transportasi masyarakat di suatu daerah.  Dengan lancarnya transportasi ini membuat ekonomi  masyarakat tersebut menjadi berkembang. Â
Dengan adanya jalan, maka masyarakat pedesaan yang akan menjual sayur ke kota menjadi lebih mudah. Â Dengan demikian biaya transportasi akan lebih mudah, murah dan akan menggairahkan usaha pertanian dan transportasi di daerah itu.
Demikian juga dengan dunia pendidikan. Â Dengan adanya jalan yang ada, maka anak-anak akan dapat berangkat dan pulang sekolah dengan nyaman. Â
Para pelajar era 70-an, di beberapa tempat masih harus bersekolah dengan berjalan kaki atau bersepeda melalui jalan yang tidak ideal, masih berupa tumpukan batu atau tanah yang becek dan menjadi liat saat musim penghujan tiba. Â Dengan adanya jalan beraspal menjadikan niatan pemerintah untuk memajukan masyarakat melalui pendidikan akan mudah terwujud.
Dengan kesadaran jalan supaya difungsikan sebagaimana mestinya, maka jalan yang ada, entah itu jalan desa, kabupaten, kota, propinsi atau nasional hendaknya digunakan dengan baik, bukan malah sebaliknya menjadi area untuk membuang sampah. Â Pemberlakuan sanksi yang berupa teguran, denda bagi masyarakat pelanggar perlu dilakukan. Â