Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

GITJ Kedungpenjalin Jepara: Cikal Bakal Bertumbuhnya Gereja di Sekitarnya

20 Mei 2022   12:09 Diperbarui: 20 Mei 2022   12:24 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GITJ Kedungpenjalin Jepara: Cikal Bakal Bertumbuhnya Gereja di Sekitarnya

Oleh: Suyito Basuki

Menurut buku Babad Zending di Pulau Jawa , karya J.D. Wolterbeek, pelayanan di desa Kedungpenjalin dimulai dari pembaptisan yang dilakukan oleh Pieter Jansz kepada orang Jawa yang bernama Pasrah Karso.  Pasrah Karso kemudian boyongan dari desa Pulojati ke wilayah Karanggondang, sebuah tempat yang tidak jauh dari desa Bondo, desa yang dibuka oleh Kiai Tunggul Wulung.  

Disertai dengan beberapa keluarga, Pasrah Karso kemudian membabat hutan, mendirikan desa yang kemudian diberi nama: Kedungpenjalin.  Menurut tradisi lisan, nama "Kedungpenjalin" disebabkan di daerah itu ada sebuah kedhung  (telaga) dan tanaman-tanaman penjalin tumbuh subur di sekitarnya.

Berdasarkan buku Tata Injil di Bumi Muria yang disusun oleh S.H. Sukoco dan Lawrence M. Yoder, pelayanan di Kedungpenjalin dimulai tahun 1869.  Dan itu terjadi setelah Pasrah Karso gagal membuka pelayanan di desa Geneng dan Bondo.

  Selanjutnya menurut buku  Tata Injil di Bumi Muria tersebut, tahun 1890 tercatat warga pasamuwan menjadi 149 warga .  

Sedangkan yang  aktif beribadah sejumlah 62 orang dan pelayanan dilakukan oleh Pasrah Karso.  Pembangunan gedung gereja dirintis tahun 1881.  Dengan bantuan jemaat menonit luar negeri, khususnya Rusia, pada tahun 1895 gedung gereja berhasil dibangun.

Julukan Kristen Landa

Selanjutnya Pasrah Karso menjadi guru Injil yang membantu pekerjaan Pieter Jansz tenaga misi dari Doopgezinde Vereneging (DZV) (Missi Menonite Belanda) memberitakan Injil di Jepara dan sekitarnya bersama dengan Guru Injil Tresna Wirodiwongso serta Guru Injil Petrus.  Dalam pelayanannya, Pasrah Karso dibantu oleh para menantunya, yakni: Yahuda Limbun dan Yokanan Semadin.  

Semuanya melayani dengan tekun.  Pada zaman dahulu, orang Kristen Kedungpenjalin disebut  "Wong Kristen Landa/ Orang Kristen Belanda", menjelaskan orang-orang Kristen hasil didikan orang-orang Belanda.  Hal ini untuk membedakan dengan jemaat Bondo yang disebut "Wong Kristen Jawa/ Orang Kristen Jawa" karena diasuh oleh Kiai Tunggul Wulung.

Pada tahun 1877 di desa Kedungpenjalin didirikan Sekolah Desa Angka Loro (Volkschool) yang diadakan oleh missi DZV, Zendeling Nicolas Dirk Schuurman (orang Kedungpenjalin menyebutnya 'Tuwan Kirman').  Menurut S.H. Soekotjo, statistik zending tahun 1890, jemaat Kedungpenjalin memiliki anggota 66 orang dewasa dan 83 anak-anak sekolah.  

Wolterbeek menulis di buku Babad Zending di Pulau Jawa yang semula ditulis dalam bahasa Jawa di tahun 1939, bahwa jemaat Kedungpenjalin pada saat itu memiliki warga 699, selain itu jemaat Pati 171, Kudus 143, Banyutowo-Tayu 211, Margorejo 1401, Kelet 267, Dono Rojo 182, Bumiarjo (Bandungarjo) 140, Margokerto 447, Bondo 212, Kayuapu 224, pepanthan-pepanthan kecil 187.

Pelayanan dari Waktu ke Waktu

Selanjutnya pelayanan di daerah Kedungpenjalin (Istilah Kedungpenjalin sering disingkat 'Dhungnjalin') dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahun 1892 Kedungpenjalin mendapatkan poliklinik, 2 tahun lebih dulu dibanding dengan Margorejo yang saat itu menjadi pusat zending.

2. Tahun 1893 zendeling Johann Hubert (orang Kedungpenjalin menyebutnya 'Tuwan Iber') melayani jemaat.  Pelayananannya meliputi Kedungpenjalin, Bondo, Srobyong dan Pulojati.  Pelayanannya dibantu oleh Guru Injil Pasrah Karso, Guru Injil Yokanan Semadin, Tresna Totruno, Partakariyo, serta Guru Injil Martin.  

Pasrah Karso hanya sebentar membantu Johann Hubert  karena usia yang sudah tua.  Pasrah Karso meninggal dunia pada saat Johann Hubert melayani jemaat Kedungpenjalin rintisannya.

3. Tahun 1913 di Kedungpenjalin diadakan Vervolkschool, yang kemudian berkembang menjadi Standardschool.

4. Tahun 1909, poliklinik Kedungpenjalin mendapat bantuan tenaga medis.  Tenaga medis yang pertama adalah Zuster Suzanna Rickert.

5. Dimulai tahun 1917, di Kedungpenjalin dibentuklah Kerkraad (majelis gereja) untuk persiapan jemaat didewasakan.  Tahun 1928 diusulkan menjadi dewasa, tetapi karena dinilai belum memenuhi persyaratan, maka belum diijinkan.  Tahun 1930 ditetapkanlah Sukar Yogapranoto dan Radiyo Nitiharjo menjadi Guru Injil di Kedungpenjalin dan Margokerto.

6. Saat Zendeling Johann Hubert pensiun, zendeling Otto Stauffer ditugaskan melayanni di Kedungpenjalin.  Baik Hubert maupun Stauffer tidak hanya melayani di Kedungpenjalin saja tetapi juga melayani di daerah Bondo dan Margokerto.

 Zendeling Otto Stauffer sering disebut oleh orang Kedungpenjalin dengan sebutan 'Tuwan Stopper'.

Pendewasaan Jemaat

Berdasarkan hasil pertemuan jemaat: Pati, Kudus, Kudus, Kayuapu, Jepara, Kedungpenjalin, Bondo, Margokerto, Kelet, Bandungharjo, Banyutowo, dan Tayu; tanggal 29-30 Mei di Kelet, bersepakat mendirikan  sinode GITJ yang diberi nama: "Patoenggilanipun Para Pasamoewan  Kristen Tata Injil ing Wewengkon Kabupaten Kudus, Pati, lan Jepara." 

Berkenaan dengan Kedungpenjalin, maka S.H. Soekotjo menyarankan supaya  tanggal 30 Mei 1940 dianggap sebagai dewasa dan lahirnya GITD (Gereja Injili di Tanah Djawa) Kedungpenjalin.  Sebutan GITD berubah menjadi GITJ karena perubahan ejaan bahasa Indonesia.

Di dalam pertemuan sinode bulan Agustus tahun 1940, diputuskan akan ditahbiskannya Guru Injil Sukar Yogapranoto (Kedungpenjalin) dan Guru Injil Radiyo Nitiharjo (Margokerto) menjadi pendeta.  Akhirnya penahbisan keduanya menjadi pendeta dilakukan di Gereja Margokerto tanggal 24 November 1940.  Selanjutnya dalam sidang sinode tanggal 8 April 1943, Pdt. Sukar Yogapranoto dan Pdt. Radiyo Nitiharjo ditetapkan menjadi anggota pengurus sinode.

Bangunan gedung gereja masa kini (dokpri)
Bangunan gedung gereja masa kini (dokpri)
Beranak Pinak

Dalam pelayanan selanjutnya, GITJ Kedungpenjalin yang terletak di desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini memiliki berananak pinak dengan mendirikan pepanthan-pepanthan (cabang-cabang) di wilayah desa Karanggondang dan sekitarnya, yang menjadi binaan pelayanan.  

Pepanthan tersebut adalah: Pakis Suwawal, Srobyong, Kancilan, Balongbeji, Balongkodhok (Balongarto), Kedungtunggak (Kedung Mulyo), Ploso Ngipik, Ploso Barat, serta Pailus.  Semua pepanthan tersebut sekarang sudah didewasakan dengan jumlah rata-rata anggota jemaat 100-500 warga.  Adapun pepanthan yang saat ini belum didewasakan adalah pepanthan Bucu, Cepogo, dan Ngemplik.  

Hamba Tuhan yang melayani setelah zendeling Otto Stauffer yakni: Pdt. Em. Sukar Yogapranoto (almarhum), Pdt. Em.  Filemon Mintardja (almarhum), Pdt. Em. R. Prabawa HW, B.Th., Guru Injil Em. Wasiyanto, Pdt. Drs. Suyito Basuki, M.Div.Th.M., dan Pdt. Zudi Riyono, S.Si (Teol).  

Hidup Saling Tolong Menolong

Pelayanan jemaat GITJ Kedungpenjalin yang saat ini jumlah warganya 463 kk ini dilakukan untuk mencapai: "jemaat yang hidup di tengah masyarakat, yang mengutamakan peribadatan serta setia kepada Tuhan; 

jemaat yang hidupnya senantiasa tolong menolong serta mengutamakan kepentingan orang lain; jemaat yang bergembira menyampaikan dan mengajarkan kabar baik kepada orang lain; jemaat yang menyelenggarakan pembaptisan kepada orang-orang yang telah percaya Tuhan Yesus; serta jemaat yang bergairah dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus menjemput umat kepunyaan-Nya."

Akhir kata, mohon dukungan doa supaya jemaat GITJ Kedungpenjalin dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai umat kepunyaan Kristus, dengan penuh tanggung jawab.  

Pekerjaan para pendahulu yang sudah pasti  disertai dengan peluh dan tetesan air mata, akan senantiasa menjadi dasar untuk langkah pengembangan menjadi gereja masa kini yang bertumbuh, berkembang, dan menghasilkan buah-buah yang sejati.  Semoga GITJ Kedungpenjalin akan menjadi gereja dengan langkah progresif-modern tanpa melupakan unsur-unsur tradisional yang telah mendasarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun