Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

GITJ Kedungpenjalin Jepara: Cikal Bakal Bertumbuhnya Gereja di Sekitarnya

20 Mei 2022   12:09 Diperbarui: 20 Mei 2022   12:24 2068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan gedung gereja masa kini (dokpri)

 Zendeling Otto Stauffer sering disebut oleh orang Kedungpenjalin dengan sebutan 'Tuwan Stopper'.

Pendewasaan Jemaat

Berdasarkan hasil pertemuan jemaat: Pati, Kudus, Kudus, Kayuapu, Jepara, Kedungpenjalin, Bondo, Margokerto, Kelet, Bandungharjo, Banyutowo, dan Tayu; tanggal 29-30 Mei di Kelet, bersepakat mendirikan  sinode GITJ yang diberi nama: "Patoenggilanipun Para Pasamoewan  Kristen Tata Injil ing Wewengkon Kabupaten Kudus, Pati, lan Jepara." 

Berkenaan dengan Kedungpenjalin, maka S.H. Soekotjo menyarankan supaya  tanggal 30 Mei 1940 dianggap sebagai dewasa dan lahirnya GITD (Gereja Injili di Tanah Djawa) Kedungpenjalin.  Sebutan GITD berubah menjadi GITJ karena perubahan ejaan bahasa Indonesia.

Di dalam pertemuan sinode bulan Agustus tahun 1940, diputuskan akan ditahbiskannya Guru Injil Sukar Yogapranoto (Kedungpenjalin) dan Guru Injil Radiyo Nitiharjo (Margokerto) menjadi pendeta.  Akhirnya penahbisan keduanya menjadi pendeta dilakukan di Gereja Margokerto tanggal 24 November 1940.  Selanjutnya dalam sidang sinode tanggal 8 April 1943, Pdt. Sukar Yogapranoto dan Pdt. Radiyo Nitiharjo ditetapkan menjadi anggota pengurus sinode.

Bangunan gedung gereja masa kini (dokpri)
Bangunan gedung gereja masa kini (dokpri)
Beranak Pinak

Dalam pelayanan selanjutnya, GITJ Kedungpenjalin yang terletak di desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo kabupaten Jepara, Jawa Tengah ini memiliki berananak pinak dengan mendirikan pepanthan-pepanthan (cabang-cabang) di wilayah desa Karanggondang dan sekitarnya, yang menjadi binaan pelayanan.  

Pepanthan tersebut adalah: Pakis Suwawal, Srobyong, Kancilan, Balongbeji, Balongkodhok (Balongarto), Kedungtunggak (Kedung Mulyo), Ploso Ngipik, Ploso Barat, serta Pailus.  Semua pepanthan tersebut sekarang sudah didewasakan dengan jumlah rata-rata anggota jemaat 100-500 warga.  Adapun pepanthan yang saat ini belum didewasakan adalah pepanthan Bucu, Cepogo, dan Ngemplik.  

Hamba Tuhan yang melayani setelah zendeling Otto Stauffer yakni: Pdt. Em. Sukar Yogapranoto (almarhum), Pdt. Em.  Filemon Mintardja (almarhum), Pdt. Em. R. Prabawa HW, B.Th., Guru Injil Em. Wasiyanto, Pdt. Drs. Suyito Basuki, M.Div.Th.M., dan Pdt. Zudi Riyono, S.Si (Teol).  

Hidup Saling Tolong Menolong

Pelayanan jemaat GITJ Kedungpenjalin yang saat ini jumlah warganya 463 kk ini dilakukan untuk mencapai: "jemaat yang hidup di tengah masyarakat, yang mengutamakan peribadatan serta setia kepada Tuhan; 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun