Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Batu Akik, Pamornya Memudar dan Terus Menukik?

16 Mei 2022   09:48 Diperbarui: 16 Mei 2022   10:04 2024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu Akik, Pamornya Memudar dan Terus Menukik?

Oleh: Suyito Basuki

Sekitar tahun 2015-2016 terjadi booming batu akik.  Menurut Eko Budiyono, 46 tahun, pengrajin batu akik yang bertempat tinggal di Desa Karanggondang Kecamatan Mlonggo Jepara ini, mungkin berawal dari cerita-cerita.  

"Presiden SBY (Susilo Bambang Yudoyono) kan pernah mendapat cindera mata batu akik jenis 'Bacan' yang mahal itu, " demikian Eko.  

" Orang yang penasaran kemudian ikut mencari dan mengkoleksi jenis batu akik bacan ini," begitu lanjut Eko yang memiliki 3 orang anak ini.  Untuk mengetahui bacan asli atau tidak, Eko dapat mengetahuinya dari tekstur batunya dan seratnya. 

"Saya terbiasa memotong-motong batu, sehingga hafal akan hal itu. Jenis batunya pun bermacam-macam.  Kalau yang sudah mengkristal, bening berkilau, itu mahal.  Kalau yang batunya murah-murah ya masih ada kapurnya," demikian Eko saat ini alih profesi dengan bekerja sebagai tukang batu khususnya pengerjaan plafon rumah.

Proses Pengerjaan

Untuk menghasilkan sebuah batu akik, Eko memotong-motong dari bahan yang berupa batu bongkahan atau kepingan-kepingan.  Eko mendapat batu bongkahan atau kepingan tersebut dari Garut atau pesan on line.  Setelah dipotong-potong, kemudian dibentuklah menjadi batu akik sebagaimana ukuran dan bentuk yang dikehendaki dan kemudian diberi embanan. 

Embanan adalah tempat untuk akik yang memiliki lingkaran yang dimasukkan ke jari pemakainya.  Embanan dibawa oleh bakul-bakul yang datang ke rumahnya.  Biasanya Eko belanja embanan ke Pasar Kriyan Jepara.  Embanan tada yang erbuat dari kuningan, monel, dan lain-lain.

Selain bacan menurut Eko ada jenis batu yang lain yakni:  pancawarna.  Ciri khasnya menurut Eko memiliki warna campuran, ada kuning, merah, hijau, putih, minimal 5 warna, itu yg istimewa.  Selain itu ada jenis batu klawing yang berasal dari Purbalingga.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun