Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Self Sabotage Membawa Dampak bagi Diri Sendiri

14 Mei 2022   06:29 Diperbarui: 15 Mei 2022   13:24 1410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self sabotage (Sumber: istockphoto)

Pagi-pagi saya dapat kiriman sebuah potongan video melalui pesan WA dari seorang teman. Ternyata itu potongan rekaman video saat saya, karena diminta oleh seorang sahabat yang punya kerja, menyanyi bersama sebuah group band lokal yang memeriahkan pernikahan anak seorang sahabat tersebut. 

Iseng-iseng saja potongan rekaman video nyanyi lagunya Anji yang berjudul "Dia", atas seizin teman yang mengirim potongan video tersebut saya upload di akun Facebook (FB) saya.

Eh ngga nyangka, banyak rekan FB yang kemudian memberi comment. Akhirnya hampir menjelang tengah siang, kesibukanku hanya berkutat membalas comment-comment yang lumayan banyak rekan FB sambil tersenyum mengingat-ingat wajah maupun pertemanan selama ini.

Saya sadar bahwa hari itu sebenarnya saya akan mengerjakan sebuah pekerjaan yang sudah lama tertunda dan ditunggu serta minggu depan ini akan digunakan sebagai bahan diskusi sebuah pertemuan zoom meeting dengan beberapa rekan. 

Saya merasa ada perasaan bersalah karena menggunakan prime time untuk bersenang-senang dengan kegiatan lain yang sebenarnya bisa dikerjakan di waktu luang saja.

Arti Self Sabotage

Sabotage, bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesianya "sabotase". Wikipedia memberi pengertian kata sabotase adalah tindakan perusakan yang dilakukan secara terencana, disengaja dan tersembunyi terhadap peralatan, personel dan aktivitas dari bidang sasaran yang ingin dihancurkan yang berada di tengah-tengah masyarakat, kehancuran harus menimbulkan efek psikologis yang besar. Sedang KBBI memberi penjelasan perihal kata sabotase ini antara lain adalah n 1 perusakan milik pemerintah dan sebagainya (oleh pemberontak).

Kata "sabotase" ini nampaknya memiliki pengertian yang negatif karena memiliki penjelasan perbuatan yang merusak, merugikan pihak lain dalam hal ini mungkin pemerintah atau pihak lain. Bahkan pekerjaan sabotase ini digolongkan oleh kamus sebagai pekerjaan seorang pemberontak. Lebih ngeri lagi, tujuan akhir dari sabotase ini adalah sebuah kehancuran serta kegagalan.

Dengan demikian, arti dari kata "self sabotage" adalah sebuah perbuatan yang dilakukan oleh diri sendiri yang pada akhirnya menghambat, merusak, bahkan menghancurkan reputasi, karier diri sendiri. 

Self sabotage biasanya menunjuk pada tindakan yang berusaha menyenangkan diri sendiri di waktu-waktu produktif, sehingga pekerjaan yang harusnya diselesaikan tidak tercapai. 

Kemungkinan lagi Self Sabotage (Sumber Foto: diadona.id)
Kemungkinan lagi Self Sabotage (Sumber Foto: diadona.id)

Jika itu dilakukan terus menerus, maka bisa ditebak, pekerjaan itu tidak akan pernah selesai. Jika pekerjaan itu berkaitan dengan orang lain, maka kepercayaan orang lain akan menjadi berkurang. Jika itu terjadi pada sebuah bisnis, ketiadaan kepercayaan dalam sebuah relasi, itu adalah sebuah petaka!

Gara-gara Gadget Pintar?

Semuanya pasti maklum bahwa dalam zaman sekarang ini, orang tidak bisa terlepas dengan gadget atau gawai. Ke mana pun orang pergi, tidak bisa melepaskan diri dari benda ini. 

Dulu sebelum pandemi Covid-19, orang tua selalu menasihati kepada anak mereka supaya tidak terus menerus asyik dengan gawai mereka. Hal itu tidak baik menurut orang tua, gawai bisa menimbulkan kecanduan pada anak, serta konten gawai tidak seluruhnya positif, sehingga orang tua harus cerewet dalam menasihati anak soal gawai ini.

Tetapi saat ini, bukan anak-anak yang selalu memegang gawai, tetapi orang tualah yang juga tidak bisa lepas dari kebiasaan menggenggam gawai. Memang tidak bisa dipungkiri lagi dengan gawai, sekali sentuh, komunikasi dan bisnis bisa lancar. 

Pengetahuan apa pun dapat diperoleh dari gawai ini. Gawai dengan perkembangannya menyediakan fitur dan aplikasi-aplikasi yang membuat orang betah memelototi gawai bahkan bisa seharian.

Hal inilah yang membuat pekerjaan utama menjadi terganggu, terhambat, bahkan dihancurkan oleh kebiasaan baru ini. 

Ingat ya pernah ada peristiwa seorang artis penyanyi yang menjadi anggota DPR. Saat sidang DPR dia malah membuka konten video porno. Akhirnya setelah diketahui, menjadi viral kan? Itu adalah salah satu bentuk self sabotage.

Saat saya sibuk membalas comment-comment di FB seperti yang saya ceritakan di atas, saya secara tidak sadar melakukan apa yang disebut self sabotage juga, telah menyabotase diri sendiri. 

Saya bekerja di laptop, sementara laptop terhubung dengan FB, WA, Instagram, YouTube dan lain-lain. Maunya sih mengerjakan pekerjaan utama, tetapi suara notifikasi yang terdengar, menggoda untuk kemudian melihat dan membukanya dan berlanjut berselancar ke aplikasi FB dan yang lainnya.

Perlunya Prioritas dan Hasil

Menetapkan prioritas dan hasil yang akan dicapai atas apa yang akan dikerjakan adalah hal yang perlu ditetapkan. Jika sadar akan prioritas dan hasil yang akan dicapai, maka akan membantu untuk tidak tergoda melakukan hal-hal yang bisa menyabotase terhadap usaha untuk mencapai hal itu.

Dengan demikian sesuatu yang tidak prioritas diusahakan tidak mengganggu usaha pencapaian perkara yang prioritas tersebut. Stephen Covey pernah memiliki ungkapan yang unik dalam bukunya The Seven Habits of Highly People yang sering dikutip oleh dosen saya, the main thing is to keep the main thing is the main thing. Artinya kira-kira, "hal yang utama adalah menjaga hal-hal yang utama, itulah yang utama atau terpenting". 

Dalam bukunya Stephen Covey tersebut, hal yang penting itu digolongkan sebagai hal yang urgent, hal yang sangat-sangat penting.

Apakah bisa menjauhkan dari gawai dan peralatan lain yang mengganggu saat bekerja? Jujur saja mungkin tidak bisa menjauhkan diri secara ekstrim dari gawai.

Tapi setidaknya hanya di waktu-waktu tertentu saja aplikasi-aplikasi yang terdapat di gawai yang berpotensi menyabotase sebuah pekerjaan dibuka atau dinyalakan. 

Tidak mudah memang, misal kita bekerja dengan sebuah laptop yang terkoneksi dengan internet dan kita bisa membuka apa saja dan notifikasi WA, FB, Instagram, Twitter dan lain-lain masuk dengan dering khasnya.

Jika tidak kita batasi hal itu, pekerjaan utama kita hari itu akan tersabotase, menjadi korban dan tidak ada hasilnya sama sekali. Siapa yang menyabotase? Diri kita sendiri, self sabotage!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun