"Saya pernah dihina bekas wakil bupati. Â Dia bilang ' memalukan Blora, sarjana jadi pemulung.' Â Saya ngga perduli, dia ngga ngasih makan saya kok." Â Susilo Toer melanjutkan kalimatnya, "Kalau menurut saya, kalau mau hidup harus kerja, tiap orang harus punya fungsi. Â Belum manusia Anda, jika belum mengerti hakekat Anda sendiri," demikian Susilo Toer mengutip kata seorang filsuf tua Yunani.
Kenikmatan Abadi
Susilo Toer kemudian berbicara perihal filsuf Yunani Socrates saat akan dibunuh.  Ketika itu  ditunggui oleh Plato dan keluarganya, mereka menangis.  Socrates berkata,"Jangan tangisi saya, kematian adalah kenikmatan abadi."  Terinspirasi dengan hal itu Susilo Toer mengatakan bahwa pekerjaan memulung itu memberi  kenikmatan abadi.  Membandingkan dengan seks yang di bagian tulisan sebelumnya disebutnya sebagai kenikmatan tertinggi, Susilo Toer berkata,"Wanita paling memberi kepuasan 10 menit, tetapi pemulung memberi kenikmatan seumur hidup, un limited." Demikian terangnya.Â
Oleh karena itulah, ia sangat bersemangat dengan pekerjaan memulung sampah ini. Â "Kalau saat hujan atau gerimis, pemulung-pemulung tidak keluar, tetapi saya malah keluar. Â Karena sepi, maka dapatnya banyak," Â kisah Susilo Toer tentang pekerjaannya. Â Dibanding pekerjaan-pekerjaan yang lain, pemulung sampah menurutnya memiliki nilai absolut yang tinggi. Â Katanya,"Saya pencipta nilai lebih absolut. Â Buruh dan tani mencipta nilai lebih relatif. Â Buruh tergantung majikan, petani tergantung bibit, musim, hama dan sebagainya. Itu yang dinamakan relatif. Â Kalau pemulung, makin banyak kerja, mesti makin banyak hasil, jadi absolut. Â Terserah orang lain, tinggal mengartikannya beda-beda," demikian terang Susilo Toer.
Menulis dan Menjual Buku
Selain pekerjaan memulung sampah, hidup Susilo Toer dicurahkannya dengan menulis dan menjual buku, yang diterbitkan oleh anaknya semata wayang. Â Dengan bergurau, menyebut anaknya bergelar SE. Â Namun gelar SE itu bukan Sarjaan Ekonomi tetapi menurutnya singkatan dari Second Edition atau generasi kedua.Â
Bersemangat sekali Susilo Toer bercerita tentang anaknya yang di usia 32 tahun tetapi belum menikah ini. Â "Dia Tinggal di Jogja, tetapi bulan lalu pulang ke Blora dan menginap di rumah sendiri di daerah Purwosari Medang Blora. Â Dia Bilang, kamar belakang ada kepundungnya, rumah rayap. Â Kemudian cuma saya pelur, mau saya keramik belum bisa karena kepercayaan masyarakat di situ, kalau mau bikin keramik, harus kawin dulu." Demikian kata Susilo Toer sambil tertawa.
Kemudian dia bercerita pekerjaan anaknya sebelumnya,"Tadinya kerja di Astra, gajinya 20 juta, ngga suka. Â Kata anak saya 'Saya ngga mau jadi budak, apalagi budaknya Jepang. Â Saya mau jadi budak diri saya sendiri'. Â Terus dia keluar dari Astra. Â Tapi ya nggak kurang pendapatannya saat ini. Â Tanahnya di Blora, lebih dari 5000 meter persegi. Â Bikin rumah di Jogja." Â Demikian Susilo Toer, betapa bangga ia terhadap anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H