Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik Saatnya Bikin Silsilah Keluarga

4 Mei 2022   09:38 Diperbarui: 4 Mei 2022   10:12 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudik Saatnya Bikin Silsilah Keluarga
Oleh:Suyito Basuki

Mudik yang telah diijinkan pemerintah saat lebaran tahun ini memungkinkan anggota keluarga yang berjauhan tempat tinggalnya bisa berkumpul, sekedar kangen-kangenan atau berbagi informasi tentang kesempatan kerja dan lain-lain.  

Yang jelas, saat keluarga besar kumpul ada saja kisah yang dibicarakan. Bukan esensi kisahnya tetapi keakraban dalam obrolan yang mempererat tali persaudaraan itulah yang diutamakan.

Silsilah Keluarga

Kesempatan berkumpul bersama keluarga, bisa juga dimanfaatkan untuk membuat silsilah keluarga.  Seberapa pentingkah silsilah keluarga dan bagaimana membuatnya?

Silsilah keluarga bermanfaat untuk mengenalkan anak pada kakek nenek atau leluhurnya.  Bukan untuk gagah-gagahan atau berbau keningrat-ningratan, karena biasanya yang membuat silsilah ini dilakukan oleh kaum ningrat atau priyayi, namun pembuatan silsilah ini dapat memacu semangat juang dalam belajar atau bekerja generasi sekarang.  Dalam membuat silsilah, pasti akan terdapat kisah perjuangan kakek nenek dalam mempertahankan keluarga dan memelihara anak cucu.

Kisah heroik kakek nenek kami adalah saat mereka berdagang ke daerah Karanggede Kabupaten Boyolali, dengan berjalan kaki. Padahal jarak antara daerah Suruh tempat tinggal keluarga kami dengan Karanggede berjarak berkisar 25 kilometer.  

Jika hitungannya pergi-pulang, maka perjalanan yang mereka tempuh ditotal menjadi 50 kilometer. Mereka butuh waktu sehari untuk berjalan dan menjual dagangannya.  Itu belum seberapa.  Mereka juga berdagang ke Semarang, kadang dengan jalan kaki juga.  

Padahal jarak Suruh, meski secara administrasi tata kota merupakan bagian dari Kabupaten Semarang, namun sering disebut sebagai daerah Salatiga, dengan Semarang berjarak berkisar 60 kilometer.  

Jika dihitung jarak pergi-pulang, maka total 120 kilometer. Mereka berdagang ayam dan hasil kebun atau sawah. Berhari-hari mereka melakukan perjalanan, hebat!

Luar biasa perjuangan mereka.  Akhirnya mereka bisa membeli rumah di Semarang.  Keberuntungan mereka melakukan usaha di Semarang kemudian diikuti oleh sanak famili bahkan tetangga sekitar, sehingga mereka pun mencari penghidupan dan rata-rata berhasil usahanya di kota propinsi ini.  Silsilah yang kita buat, akhirnya menyinggung aspek perjuangan kakek nenek yang heroik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun