Menurut cendekiawan muslim Quraish Shihab dalam buku Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, kalimat Minal Aidin wal Faizin tidak memiliki makna yang pasti. Karena pemaknaannya tidak dapat merujuk pada Al-Qur'an maupun hadits.
Menurut Quraish Shihab lebih lanjut, kata Minal Aidin bermakna (semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali pada fitrah, asal kejadian, kesucian, atau agama yang benar.
Sedang kata Wa Faidzin bermakna harapan dan doa semoga termasuk orang yang beruntung dalam hal ini beroleh ampunan dan ridho Allah SWT mendapat kenikmatan surga-Nya. (detik.com 28 April 2022)
Selanjutnya orang yang sedang melakukan aktivitas ujung tadi, biasanya akan berkata yang garis besarnya seperti ini. Sakathahing kalepatan, kula nyuwun agunging sih pangapunten (Seberapa banyak kesalahan, saya mohon dimaafkan).
Dari pihak tua kepada yang melakukan ujung tadi, sambil tangan kiri memegang kepala atau bahu yang muda, sedang tangan kanan bersalaman, berada di antara kedua telapak tangan orang muda yang bertangkup akan berkata:"Ya padha-padha. Semono uga aku, mbok menawa aku luput marang sliramu, sing gedhe pangapuramu." (Ya sama-sama. Demikian juga aku, jikalau aku salah terhadap dirimu, sudilah memaafkan).
Peristiwa ujung ini, kadang disertai isak tangis karena dihayati dengan sungguh-sungguh oleh pihak muda dan tua yang melakukannya. Apalagi kalau pernah terjadi kesalahpahaman di antara mereka selama ini.Â
Peristiwa ujung ini menjadi titik tolak segalanya dimulai dari hal yang baru, karena sudah saling memaafkan dan mengampuni kesalahan satu sama lain.
Ucapan Berlebaran dan Jawabannya
Sebenarnya tidak ada kata lain yang sering digunakan dalam ucapan berlebaran di masyarakat Jawa selain kata: Ngaturaken Sugeng Riyadi seperti di atas. Kata atau lebih tepatnya klausa ini merupakan analogi dari ucapan-ucapan berbahasa Jawa dalam event-event tertentu.
Misalnya dalam event ulang tahun, akan diucapkan: Ngaturaken sugeng ambal warsa (mengucapkan selamat berulang tahun). Biasanya akan ada tambahan: Mugi tansah binerkahan dening Gusti (semoga senantiasa mendapat berkah dari Tuhan).Â
Kata "sugeng" konon sering diucapkan oleh orang Jawa yang berada di lingkungan kota Yogyakarta atau orang Jawa yang berbasiskan budaya Jogja.Â