Yang ketiga Boby. Â Boby setelah lulus dari sekolah lanjutan, kerja di sebuah proyek perkebunan di luar pulau. Â Berbagai pekerjaan di perkebunan pernah ia lakukan seperti mengoperasikan kendaraan traktor, truk dump, pekerjaan administrasi di kantor dan lain-lain. Â Setelah itu Boby pindah kerja di kantor ekspedisi di kotanya. Â
Boby pernah selingkuh dengan seorang wanita teman kantornya. Â Istrinya tahu dan sejak saat itu, Boby tidak pernah membawa HP android, istrinyalah yang memegang HP itu. Â Semula aku heran, balasan terhadap WA-ku kok lama sekali, mengirim pagi, sore harinya baru dibalas. Â Dulu Boby ini bertubuh gemuk. Â
Reuni kemarin aku amati tubuhnya kurus. Â Kesanku terhadap Boby, meski sekarang ini Boby seperti tertekan hidupnya karena permasalahan keluarga, namun kebaikan hatinya masih seperti dulu. Contoh saja, setelah usai kami meminum ronde bersama-sama, Bobylah yang melarang siapa pun untuk membayar; Boby sendirilah yang membayar seberapa pun banyak harga ronde itu. Â Tak kusangka, berita bulan lalu, Boby meninggal dunia karena sakit jantung yang dideritanya kambuh dan tak tertolong lagi. Â Aku tidak bisa menghadiri pemakamannya.
Yang keempat Tono. Â Tono suka menggambar kartun sejak di sekolah lanjutan. Â Saat kami ketemu, dia bekerja di sebuah penerbitan koran sebagai wartawan di luar pulau. Â Dia bercerita bahwa menjadi wartawan di tempatnya gampang cari duit. Â Jika ada proyek bangunan sekolah atau apa saja, dia datang dengan alasan wawancara, pasti pulangnya mendapat amplop yang lumayan. Â Besarannya tergantung besar kecilnya proyek bangunan tersebut.
 Yang kelima Suro, aku sendiri.  Setelah sekolah lanjutan selesai, aku seperti rekan yang lain, melanjutkan kuliah.  Tetapi belum selesai, ayah meninggal, sehingga sebagai anak tertua aku kemudian pulang ke rumah, meneruskan pekerjaan ayah sebagai seorang nelayan di kota kami. Â
Makanya waktu reuni kemarin, rekan-rekan bertanya,"Kok kulitmu menjadi semakin hitam Sur?" Aku diam saja terhadap pertanyaan mereka, pura-pura tidak mendengar saja. Â Meski kulitku hitam toh istriku berkulit putih, keturunan orang kota yang entah mengapa kecantol orang desa seperti aku.Â
"Ayo kita ngronde lagi," suara Budi di telpon membuyarkan lamunanku.  "Menjelang Lebaran ini kalau bisa kita berempat ketemuan di tempat warung ronde biasanya ya." Budi berkata seperti memaksa.  "Setelah itu kita ke rumah Boby, kita ucapkan bela sungkawa kepada istri Boby." Rekan-rekan yang lain: Agus dan  Tono mengirimi pesan WA.  Ayo Sur kita ketemu tanggal sekian, kita ngronde lagi, sambil ngobrol-ngobrol.  Aduh, ngronde lagi, meski tanpa Boby?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H