Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cinta Tanah Air bagi Remaja

18 April 2022   08:54 Diperbarui: 18 April 2022   15:08 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cinta tanmah air (Sumber Foto: hipwee.com)

Cinta Tanah Air bagi Remaja

Oleh: Suyito Basuki

Baju seragam anak SMP dan SMA di kota kami di atas saku baju diberi badge merah putih, tentu di kota-kota lain juga demikian.  Badge nama sekolah tetap di saku, sementara badge kabupaten ada di di lengan sebelah kanan.  Sementara seragam sebelumnya, dengan seragam lama, ada badge nama sekolah dan kabupaten, tanpa badge merah putih di atas saku.

Barangkali pemakaian badge merah putih itu terkait dengan pemberlakuan kurikulum 2013 yang lalu yang menuntut kecintaan siswa kepada tanah air.  Namun yang jelas, dengan dipasangkannya badge pada baju seragam, secara tidak langsung anak diajar untuk mencintai bangsa negara Indonesia karena badge merah putih adalah sebuah ikon yang menunjukkan negara Indonesia yang harus dijunjung dalam keadaan dan situasi apa pun.

Situasi politik pada masa kini memang memprihatinkan, lebih-lebih menjelang pemilu 2024 nanti.  Kita tahu peristiwa yang baru saja terjadi, tarik ulur antara para pengusung penundaan pemilu dengan   mereka yang mempertahankan adanya pemilu 2024.  

Kita tahu juga demo mahasiswa BEM UI tanggal 11 April 2022 yang baru lalu yang menyisakan pilu karena ada pengeroyokan terhadap Ade Armando, seorang pegiat media sosial dengan berujung ditangkapnya 7 orang tersangka pengeroyokan dan penganiayaan tersebut.   

Untunglah tuntutan demo supaya masa pemerintahan presiden tidak sampai 3 periode, dijawab Presiden Jokowi, bahwa beliaupun berpendapat bahwa pemilu harus tetap dilaksanakan pada rencana semula, yakni 14 Februari 2024.  Dengan demikian, suasana yang bisa kita katakana sebagai "kegaduhan politik" sementara mereda.

Namun kita masih was-was, menunggu "kegaduhan politik" episode berikutnya.  Biasanya menjelang pemilu, eskalasi politik akan menjadi naik garis kurvanya.  Pemilihan Lurah tingkat desa saja, menjelang pemilihan pasti ada eskalasi politik yang terasa, apalagi ini adalah pemilihan presiden, sekaligus pemilihan legislatif level nasional.  

Jika pertarungan para elit politik dalam usaha memenangkan hasil pemilu sesuai dengan harapan masing-masing dilakukan dengan cara elegan, barangkali masih tidak terlalu mengkhawatirkan.  Tetapi manakala pertarungan mereka lakukan dengan menonjolkan politik identitas yang mengusung unsur kedaerahan dan menggunakan ayat-ayat agama, maka akan banyak terjadi kerepotan skala daerah maupun nasional.  

Bagi warga negara yang memiliki pikiran netral belum  atau tidak memihak siapa pun, terutama remaja, situasi ini akan sangat membingungkan mereka.   Remaja yang "culun" soal nasionalisme akan dapat terdistorsi kecintaan kepada negara Indonesia karena ulah para politisi tersebut.

Selain masalah politik dalam negeri yang gambarannya seperti tersebut di atas, anak-anak remaja dalam membangun rasa nasionalisme mereka, harus diakui sekarang ini banyak tantangan.  

Dengan berkembang pesatnya sarana teknologi, menyebabkan mereka dapat mengakses berbagai informasi melalui internet dan media-media sosial lainnya. Bisa jadi, mereka malah lebih banyak mendapatkan informasi tentang negara lain, dibanding dengan negaranya sendiri.   

Mereka bisa jadi akan lebih familiar dengan tokoh-tokoh negara lain dari pada tokoh nasional seperti Soekarno, Hatta dan lain-lain yang berperan sebagai pendiri bangsa ini.  

Bisa jadi juga, mereka akan lebih paham dasar-dasar dan lambang negara lain dari pada dasar dan lambang negara mereka sendiri.  Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa, sekarang ini ada negara atau kelompok gerakan politik tertentu yang secara persuasif berusaha mempengaruhi para remaja dan pemuda untuk mendukung gerakan-gerakan radikal mereka, demi mengusung ideologi mereka untuk ditanamkan di bumi pertiwi tercinta ini. 

Meski kurikulum 2013 telah diganti dengan yang sekarang ini dinamakan "Kurikulum Merdeka", namun kita bersyukur karena melalui kurikulum 2013 tersebut dilakukan realisasi pendidikan kewarganegaraan kepada anak remaja diberi porsi yang lebih.  Semoga dengan pemberian badge merah putih pada baju anak remaja kita, juga semakin menambah kecintaan anak pada tanah airnya; NKRI: Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun