Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Jesus Christ Superstar" Produk Compaqnia Della Croce Del Sud, Sebuah Penistaan?

14 April 2022   11:08 Diperbarui: 14 April 2022   11:12 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giorgio Adamo saat memerankan Jesus akan dianiya dalam JCS (dok.pri)

Kedekatan Jesus dan Magdalena yang digambarkan sebagai dua orang kekasih ini kontroversial dan jelas tidak sesuai dengan pakem yang dikisahkan oleh sumber cerita, yakni Injil sinoptik: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.  Jika ini merupakan ajaran yang disampaikan oleh pengkhotbah dalam upaya mempengaruhi sebuah umat, maka hal ini bisa disebut sebuah penistaan, atau penghinaan.  Komunitas yang kemudian mengakui kebenaran ini biasanya akan disebut sebagai sekte atau bidah (bidat).

Tetapi jika kedekatan Jesus dan Magdalena ini sebagai sebuah pertunjukan seni, maka bagi penulis pribadi, meski hal ini bisa disebut seperti merendahkan derajat Jesus, tetapi mesti dipahami, bahwa demikianlah pendekatan sebuah seni.  Seni selalu berbicara bagaimana kisah bisa lebih menarik dan diminati oleh penonton atau pembaca.  Apa yang tersaji dalam drama atau film Jesus Christ Superstar produk Compagnia Della Croce Del Sud  tersebut harus dilihat bukan sebagai kebenaran, melainkan hanya tafsir manusiawi dalam rangka pertunjukan. Mengenai penjelasan yang sesuai pakem atau kitab suci, itulah yang menjadi tugas para pemuka agama kepada umatnya.

Sehingga apa yang dikisahkan dalam film Jesus Christ Superstar Produk Compagnia Della Croce Del Sud menurut hemat penulis tidak boleh buru-buru disebut sebagai penistaan ataupun penghinaan.  Dengan demikian tidak perlu adanya demo untuk penghentian tayangan film ini yang bisa dilihat dengan leluasa di You Tube saat ini.  Demikian pula, tidak perlu membawa sutradara ataupun pemain film Jesus Christ Superstar besutan Compagnia Della Croce Del Sud ke ranah pengadilan.  Pendekatannya harus humanis atau manusiawi.  Setiap orang memiliki kemerdekaan dalam menafsirkan  dan itu perlu dihargai.  Terhadap produksi apa pun, entah itu film, drama, novel dan karya seni yang lain yang berangkat dari penafsiran yang aneh-aneh, jika konsumen tidak memberikan minat yang tinggi, lama kelamaan produk tersebut akan berhenti dengan sendirinya.  Buktinya, heboh novel Da Vinci Code karya Dan Brown yang kebablasan karena menceritakan Jesus menikahi Magdalena, akhirnya tidak lagi mengemuka di peredaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun