Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berkunjung ke Masjid Agung Demak = Naik Haji ke Mekah?

7 April 2022   09:45 Diperbarui: 7 April 2022   12:10 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Subandi Pamungkas, Naomi dan Kristiyanto (Dok.Pri)

Berkunjung ke Masjid Agung Demak = Naik Haji ke Mekah?

Oleh: Suyito Basuki

Minggu, 3 April yang baru lalu, jam 01.00 kami melintas di alun-alun Demak.  Alun-alun Demak ini berada tepat di Masjid Agung Demak.  Banyak kerumunan orang di tepi alun-alun, kebanyakan anak muda remaja, namun ada orang tua dan anak kecil juga.  

Di tengah lapangan alun-alun nampak botol bekas minuman mineral berserakan.  Nampaknya Sabtu malam 2 April ada sebuah perhelatan acara akbar menyambut bulan Ramadhan.  

Meski bagi kalangan Muhammadiyah puasa pertama jatuh pada Sabtu 2 April 2022, namun bagi rekan-rekan Islam kalangan NU, puasa hari pertama tahun 2022 ini memang jatuh pada Minggu Wage 1 Pasa 1955 dengan wuku landhep dalam kalender Jawa atau 3 April  menurut kalender Masehi.

Lokasi Masjid Agung Demak

Pernah ke Masjid Agung Demak?  Jika Anda dari arah Semarang, maka saat menemui lampu traffic ligt, lurus saja masuk ke kota. Jangan belok ke arah kanan, itu akan mengarahkan kita untuk melalui jalan lingkar Demak ke arah Kudus.  

Dari traffic light tersebut sekitar kurang dari 1 km akan menjumpai alun-alun Simpang Enam Demak.  Alun-alun itu berada di depan Masjid Agung Demak.

Jika Anda dari arah Kudus atau Pati, maka saat sampai daerah Trengguli akan ada traffic light.  Maka jalan lurus saja, sekitar 2 km akan sampai di alun-alun Simpang Enam Demak.  Jika ke arah kiri, maka akan masuk ke jalan lingkar yang mengarah ke kota Semarang.

Lokasi Masjid Agung Demak mudah ditemui karena berada di pusat kota Demak.  Dulu, kendaraan bisa melewati tepat di depan Masjid Agung Demak.  

Tetapi sekarang ini kendaraan hanya diperbolehkan melintasi jalan sebelah selatan Masjid Agung Demak yang mengitari separoh alun-alun Simpang Enam Demak.  

Tidak diperbolehkannya kendaraan saat ini melewati depan Masjid Agung Demak mungkin karena membahayakan pengunjung yang memang ramai dari saat ke saat, terlebih menjelang dan saat bulan Ramadhan ini.  

Selain itu memang sangat membahayakan bangunan masjid itu sendiri jika setiap hari jalan tepat di depan masjid dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar, dapat menimbulkan getaran-getaran tanah yang membahayakan bangunan masjid itu selain suara bising mesin kendaraan dan suara klakson yang dapat mempengaruhi khidmatnya orang yang melakukan ibadah di masjid itu.

Masjid yang Legendaris

Masjid Agung Demak merupakan peninggalan Raden Patah Raja Demak dan para wali yang disebut Wali Sanga pada abad 15 Masehi.  

Masjid yang terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak, Kabupaten Demak ini dipercaya pernah menjadi pusat pertemuan Wali Sanga dalam melakukan syiar Islam pada saat Raden Patah menjadi raja di Kasultanan Demak pertama kali.  Raden Patah adalah putra Brawijaya V raja kerajaan Majapahit.  

Terjadi peperangan antara Raden Patah dengan Brawijaya V yang masih menganut agama Hindhu-Budha ini.  Itu perang yang disebut Sudarma Wisuta.  

Dalam pewayangan sering disebut perang Gojali Suta, peperangan antara Prabu Danaraja melawan ayahandanya Resi Wisrawa memperebutkan Dewi Sukesi.  Dalam perang antara Raden Patah dan Brawijaya V ini berakhir dengan kekalahan Brawijaya V.

Menurut catatan wikipedia, Masjid Agung Demak diwujudkan dalam bentuk gambar serupa bulus yang terdapat di depan kubah tempat pengimaman. Hal tersebut merupakan Surya sengkala memet, dalam kalimat: Sarira Sunyi Kiblating Gusti.  

Dalam sengkalan, Gusti dihitung angka 1, kiblat dihitung angka 4, sunyi dihitung angka 0 dan sarira dihitung angka 1.  Dengan demikian bermakna tahun 1401. 

Demikian pula dengan gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). 

Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka atau di tahun 1479 Masehi. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.

Tiang Masjid (Sumber Foto: kompas.com)
Tiang Masjid (Sumber Foto: kompas.com)

Masjid terdiri dari bangunan utama dan bangunan serambi.  Pada bangunan utama ditopang dengan empat tiang atau saka guru.  Keempat tiang tersebut menurut cerita dibuat oleh empat orang wali, yakni Sunan Bonang membuat tiang barat laut, Sunan Gunung Jati membuat tiang barat daya, Sunan Ampel membangun tiang tenggara dan Sunan Kalijaga membangun tiang di timur laut. (kompas.com, 12/1/2022) 

Cerita yang saya dengar sejak saya sekolah di SD adalah bahwa Sunan Kalijaga ini dengan kesaktiannya, membuat tiang tersebut dengan menggunakan tatal, bahasa Jawa yang artinya serpihan-serpihan kayu hasil limbah ketam tradisional pada waktu itu.  

Sunan Kalijaga yang sebelumnya bernama RM Said putra bupati Tuban Tumenggung Wilwatikta ini memang dikenal luar biasa kesaktiannya.  Cerita tentang kesaktian dan hikmat Sunan Kalijaga ini melegenda di masyarakat Jawa hingga saat ini.

Ganjaran atau Pahala Berkunjung ke Masjid Agung Demak

Dalam masyarakat Jawa pernah ada pendapat jika mengunjungi Masjid Agung Demak dan berziarah ke makam Sultan Demak dan para wali itu sudah memiliki ganjaran atau pahala yang sama dengan naik haji ke Mekah.  

Pendapat masyarakat Jawa seperti ini karena didasari pada saat perekonomian orang Jawa belum sebaik seperti saat ini, sehingga tidak mampu melaksanakan ibadah haji ke Mekah.  Namun pendapat seperti itu tidak dibenarkan karena bertentangan  dengan agama Islam. (elib.unikom.ac.id h.6)

Selasa 22 Maret 2022 saya mewawancarai seorang bapak yang sedang menjemput istrinya yang mengadakan aktivitas pengajian rutin Selasanan di Masjid Agung Demak.  Pak Ahmadi (67) yang saya wawancarai berasal dari desa Bonangrejo Demak, 5 km dari masjid Agung Demak dan memiliki anak lima orang. 

Menurutnya pada bulan Puasa, biasanya warga Jakarta banyak bermalam di Masjid Agung ini yang terkenal dengan sebutan Masjid Wali.  "Di Masjid Wali, pada malam tanggal-tanggal ganjil, melakukan sholat di tempat ini diyakini mendatangkan manfaat yang lebih utama," Demikian ujarnya.  Menurut Pak Ahmadi kebanyakan yang datang dari Jakarta tersebut adalah para pemborong bangunan. 

Terhadap pendapat bahwa jika umat Islam mengunjungi Masjid Demak dan berziarah ke makam Sultan Demak serta para wali sama dengan naik haji ke Mekah, Pak Ahmadi menolak keras." Tidak bisa disamakan dengan pergi haji, hanya saja pahalanya sama saja dengan ke Mekah.  Pahala itu tidak kelihatan, tetapi bisa dirasakan, misal setelah dari ziarah di tempat ini ekonominya menjadi lebih maju, tentram," demikian ujarnya. 

Kesan Rekan di Face Book

Subandi Pamungkas, Naomi dan Kristiyanto (Dok.Pri)
Subandi Pamungkas, Naomi dan Kristiyanto (Dok.Pri)

Berikut kesan rekan-rekan yang tercatat di akun FB saya tentang Masjid Demak yang legendaris yang pernah mereka kunjungi. Subandi Pamungkas (58) seorang guru SD di Ambarawa Kabupaten Semarang yang juga pencipta lagu "Srabi Ngampin" ini memberi kesan bahwa bangunan masjid bagus sampai hari ini sehingga dapat disaksikan generasi sekarang ini.  

Naomi Mee (54) seorang guru PAK yang tinggal di Berbah Sleman Yogyakarta terkesan dengan Masjid Agung Demak, katanya, "Megah, besar, luas, bersih, dan bisa untuk wisata juga, ada banyak yang jualan di sekitar masjid."  

Kristiyanto Solo (53), guru mapel kimia yang menjabat Wakasek Urusan Penjaminan Mutu SMA Negeri Ngemplak Boyolali yang belum lama mengunjungi Masjid Agung Demak bersama rekan-rekan guru MGMP Kimia ini menyatakan berkesan dengan Masjid Agung Demak.  "Di belakang masjid Demak ada makam orang-orang penting di Kesultanan Demak dulu. Anehnya bentuk panjang makam berbeda-beda.  

Di sebelah kiri masjid ada museum, koleksi yang menarik ada "saka" / tiang mula-mula.  Konon saka ini ditebang Sunan Kalijaga dari hutan jati di Kedungjati (sebelah utara Salatiga) dihanyutkan di sungai Tuntang sampai Demak," demikian ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun