Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kegandrungan Masyarakat pada Kiamat Ajaran Eskatologi

29 Maret 2022   10:55 Diperbarui: 29 Maret 2022   10:59 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegandrungan Masyarakat pada Kiamat Ajaran Eskatologi

Oleh: Suyito Basuki

Kepada anakku yang bekerja di sebuah klinik kesehatan di kota Ponorogo Jawa Timur aku menelpon,"Mas kamu tahu ada masyarakat di daerah Watubonang Ponorogo menjual rumah, tanah, ternah dengan kandangnya dengan harga murah?"

Yuniorku yang baru Februari kemarin mulai bekerja menjawab,"Tidak tahu pah." Mungkin karena sibuk bekerja atau tempat pekerjaan dan kosnya berada di tengah kota, sedangkan daerah Watubonang yang terletak di Kecamatan Badegan itu berada agak jauh dari pusat kota Ponorogo.  Sebelum sampai di Badegan harus melewati Kecamatan Kauman lebih dahulu.  Kecamatan Badegan bersanding dengan Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah "Papa tahu dari mana?" dia malah balik bertanya. 

"Dari you tube kompastv," kataku.  "Katanya rumah yang seharga 150 juta dijual cuma 30 juta.  Sapi beserta kandangnya dijual hanya 8 juta.  Mereka yang menjual harta bendanya kemudian pergi ke sebuah pondok pesantren di kota Malang," lanjutku memberikan penjelasan.

Aku kemudian memulung berita dari beberapa penerbitan yang memuat dan terkait dengan peristiwa itu, kubagi berita itu dalam empat bagian bahsan: 1. Warga yang menjual rumah tanah miliknya; 2. Menyongsong meteor Jatuh; 3. Peristiwa semacam ini pernah terjadi; 4. Plus minusnya ajaran eskatologi.

Warga Menjual Rumah Tanah Miliknya

Selain you tube kompastv yang ternyata sudah tayang 14 dan 25 Maret 2019 memberitakan adanya warga Watubonang yang menjual harta miliknya, solopos.com (14 Maret 2022)  juga memberitakan hal yang sama.  Menurut solopos.com, kabar warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo itu bukan isapan jempol, tetapi memang nyata.  Seorang yang menjual rumahnya menurut catatan solopos.com adalah Marimun, warga RT 004/ RW 001 Dusun Krajan, Desa Watubonang ini menjual rumah berukuran 5 meter x 10 meter yang terbuat dari kayu dan triplek ini.  Menurut informasi, rumah dengan tipe seperti itu harganya berkisar 30 juta.  Tetapi oleh Marimun dijual hanya 20 juta.  Menurut sumber, uang tersebut digunakan untuk biaya hidup selama berada di pondok pesantren Malang.

Selain Marimun, menurut investigasi solopos.com, ada lagi yang menjual harta milik rumah tanahnya untuk biaya hidup di pondok pesantren.  Sehingga total ada 4 warga yang menjual harta milik rumah tanahnya, selain itu juga ada yang menjual kendaraan, ternak dan barang berharga lainnya.  Adapun warga yang disebut bedol desa meninggalkan desa Watubonang itu ada 16 keluarga yang terdiri dari 52 jiwa.

Menurut Ipong Muchlissoni Bupati Ponorogo, sebagaimana dikutip dari bbc.com (14 Maret 2022) ke- 52 warga tersebut mayoritas bekerja sebagai petani serta merupakan jemaah Thoriqoh Musa yang di desanya dipimpin oleh seorang warga yang bernama Khotimun.  Mereka, kata bupati, pergi ke Malang dalam rangka menyelamatkan diri dari apa yang mereka percayai sebagai hari kiamat.  Mereka hendak hidup di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahil Mubtadin di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, mengikuti Khotimun, guru mereka yang sudah berada di pondok tersebut.  Menurut Ipong Muchlissoni lebih lanjut, warga pergi ke Malang pada saat subuh dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Ada warga yang sebelumnya menjual rumahnya dengan harga 110 juta rupiah.

Menyongsong Meteor Jatuh

Berdasarkan informasi seorang warga yang pernah mengikuti ajaran Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin tersebut, keterangan Bupati Ponorogo yang dikutip bbc.com lebih lanjut mengatakan bahwa warga Dusun Watubonang berbondong-bondong pergi ke Ponpes terbut dilatarbelakangi kiamat sudah dekat.  Kata warga tersebut, menurut Bupati Ponorogo, kalau selamat dari kiamat harus ke Ponpes tersebut.  Di bulan Ramadhan lanjut Bupati Ipong Muchlissoni menirukan ucapan warga itu, akan ada perang besar dan setiap orang diminta membeli pedang dari pengasuh ponpes dan membeli foto ketua Ponpes seharga 1 juta untuk meredam gempa bumi di rumah mereka.

KH Mohammad Romli Soleh atau sering disebut Gus Romli membantah isu bahwa warga Dusun Watubonang pergi ke pondoknya karena ajaran kiamat yang diberikannya.  Sebagaimana dikutip dari oleh jawapos.com (15 Maret 2022) Gus Romli membantah hal itu. Yang benar menurutnya adalah itu karena program triwulan yang dijalankannya sudah beberapa tahun dalam menyongsong meteor.  

Program itu biasanya dijalankan pada bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan dalam kalender Islam.  Tarekat yang diikuti Gus Romli, sebagaimana penjelasannya kepada jawapos.com adalah Ahmaliyah Sholikin.  

Dalam tarekat tersebut dijelaskan bahwa jatuhnya meteor merupakan salah satu penanda datangnya kiamat.  Tanda-tanda kiamat yang lain yang menurut Gus Romli berdasar hadis-hadis disebutkan antara lain mengeringnya Danau Tiberias yang kemudian diikuti dengan munculnya dajjal.  

Sebelum dajjal muncul akan terjadi 3 tahun kemarau, tidak ada makanan dan tidak ada minuman. Lebih rinci dipaparkan oleh Gus Romli, dikutip oleh jawapos.com, bahwa dalam masa kekeringan itu, tahun pertama Allah menahan sepertiga hujan sepertiga tanaman; tahun kedua menahan dua pertiga hujan dan dua pertiga tanaman; sedang tahun ketiga 100 persen hujan tidak turun dan 100 persen tanaman tidak tumbuh.

Dalam masa persiapan kekeringan itu, Gus Romli menghitung bahwa setiap orang membutuhkan 5 kuintal gabah padi atau 3 kuintal beras. Oleh karena itu santri-santri yang mengikuti program tri wulannya itu membawa bekal masing-masing untuk mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri jika meteor itu benar-benar jatuh, sehingga meski di luar sana orang-orang menderita kesulitan pangan, mereka yang berada di ponpes sudah siaga dengan persiapan makanan mereka.

Dalam tayangan kompastv memang terdapat tumpukan gabah atau beras yang menggunung di area pondok demikian juga dengan ikan asin dalam karung.  Bahkan saat pintu sebuah rumah di lingkungan ponpes tersebut dibuka, tidak bisa dibuka dengan lebar karena di belakang pintu itu terdapat tumpukan gabah atau beras berkarung-karung.  Selain beras, sebagaimana yang ditayangkan oleh kompastv, juga ada tumpukan mie instan yang masih berada di dalam dos.

Pengasuh Ponpes KH Muhammad Romli atau yang disapa Gus Romli sebagaimana yang ditulis oleh jawapos.com adalah santri lulusan Lirboyo.  Gus Romli meneruskan memimpin Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin yang didirikan oleh ayahnya.  Tentang berita ajaran yang terkait dengan hari kiamat sebenarnya juga sudah disoal pada tahun 2019.  Menurut catatan liputan6.com (16 Maret 2019) saat itu pihak kepolisian dan tokoh-tokoh agama mendatangi kediaman Gus Romli di Kasembon Malang, setelah mereka melakukan pendalaman tentang ajaran terkait dengan kiamat maka pihak kepolisian menepis anggapan bahwa ajaran yang dikembangkan oleh Ponpes yang dianggap sesat adalah bohong. 

Peristiwa Semacam yang Pernah Terjadi

"Peristiwa semacam ini pernah terjadi lho mas sebelumnya," dalam telpon aku berkata pada anakku yang di atas aku sebutkan bekerja di Ponorogo.  Lalu aku jelaskan bahwa tetangga desa kami pada waktu tahun 2003 menjual rumah dan kendaraannya untuk pergi ke Bandung.  Saat itu di Bandung ada sebuah ajaran yang mengajarkan bahwa hari Tuhan dimana Tuhan Yesus akan datang menjemput jemaat-Nya, sehingga orang-orang yang percaya dikumpulkan dalam sebuah tempat.  Tetangga desa kami itu juga termasuk yang mempercayai ajaran tersebut sehingga ia menjual harta miliknya untuk bekal pergi ke Bandung.

Berdasarkan catatan liputan6.com (12 November 2003) pada tanggal 10 November 2003 jam 15.00 menurut pemimpin sekte Pondok Nabi Mangapin Sibuea, akan datang Tuhan Yesus menjemput umat-Nya.  Saat itulah Nabi Musa dan Elia akan bertugas hingga 11 Mei 2007.  Mangapin yakin mendengar suara Allah yang meminta kepadanya untuk mengabarkan datangnya hari kiamat.  

Pada 28 Februari 1999, berdasarkan catatan liputan6.com, Mangapin mendengar suara Allah tersebut bersama pengikutnya, sehingga mereka bersepakat untuk berkumpul di Bandung.  Menurut pengakuan Mangapin lebih lanjut, bahwa sebenarnya sejak tahun 1980, dia sudah melihat wujud Roh Kudus, pribadi Allah sebanyak 3 orang datang dengan matanya yang terbuka.

Namun kenyataannya pada tanggal 10 November 2003 jam 15.00 tersebut Tuhan Yesus tidak datang sebagaimana yang dijanjikan.  Menurut catatan liputan6.com (9 Desember 2003) jemaat yang berkumpul di sebuah gedung di jalan Siliwangi, Bale Endah, Bandung tersebut berteriak-teriak pilu supaya Tuhan datang segera.  

Sejumlah jemaat mengaku mendapat bisikan, kedatangan Tuhan itu akan terjadi pada jam 24.00, tetapi ternyata meleset.  Kemudian ada jemaat yang mengaku mendapat bisikan, kedatangan Tuhan jam 02.00 keesokan harinya, tetapi tetap meleset juga.  Saat itu, Mangapin Sibuea bersama dengan 12 orang wakilnya yang ditahan di Rutan Kebon Waru sejak pertengahan 2002 diperiksa.  Sementara jemaatnya dibiayai pulang ke daerah asal mereka antara lain: Sulawesi, Maluku, bahkan Timor Timur.

Plus Minusnya Ajaran Eskatologi

Telpon kepada anak saya sudah saya tutup.  Dalam hati saya merenung tentang ajaran Eskatologi.  Eskatologi berasal dari bahasa Yunani "eskaton" yang berarti masa depan dan "logos" yang berarti ilmu.  Sehingga 'eskatologi" itu sebuah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa depan yang terkait dengan akhir zaman atau kiamat.  Dalam setiap agama atau kepercayaan, memiliki pemahaman tersendiri tentang eskatologi ini.  Tetapi semua agama atau kepercayaan itu memiliki pemandangan yang sama bahwa akhir zaman atau kiamat itu ada.

Aspek plus atau positifnya ajaran eskatologi ini adalah: dapat membuat fokus kehidupan umat pada hari akhir, dimana ada keyakinan bahwa hidup di hari akhir itu hanya ada manusia dengan Tuhannya Sang Pencipta.  

Segala apa yang dimiliki manusia di dunia ini tidak akan dibawa saat mereka bersekutu atau berada di hadapan Sang Pencipta.  Mereka hidup kekal bersama Sang Pencipta di surga selama-lamanya.  Pengharapan ini membawa pemurnian jiwa dan usaha melepaskan diri mereka dari perbuatan jahat dan dosa karena hal ini akan menghambat kehidupan mereka di hari akhir bersama Sang pencipta.

Aspek minus atau negatifnya adalah jika ajaran eskatologi ini diajarkan oleh seorang pemimpin yang tidak mendasarkan ajarannya pada ajaran yang sehat, akan menimbulkan kebingungan dan pemahaman ekstrim bagi pengikutnya. (Baca: https://www.liputan6.com/global/read/2630998/10-sekte-kiamat-yang-mengegerkan-dunia-pada-abad-ke-20)  

Oleh karenanya masyarakat perlu mempertimbangkan baik-baik saat menerima informasi berupa ajaran eskatologi atau akhir zaman dari komunitas agama tertentu.  Sebelum mengikuti ajakan mereka untuk bergabung, cek dulu di internet deskripsi ajaran yang mereka tawarkan, kemudian bertanya kepada para agamawan dan orang ahli di bidangnya, berdiskusi dengan keluarga dan sangat penting mencocokkan dengan kitab suci yang diyakini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun