Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kegandrungan Masyarakat pada Kiamat Ajaran Eskatologi

29 Maret 2022   10:55 Diperbarui: 29 Maret 2022   10:59 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyongsong Meteor Jatuh

Berdasarkan informasi seorang warga yang pernah mengikuti ajaran Ponpes Miftahul Falahil Mubtadin tersebut, keterangan Bupati Ponorogo yang dikutip bbc.com lebih lanjut mengatakan bahwa warga Dusun Watubonang berbondong-bondong pergi ke Ponpes terbut dilatarbelakangi kiamat sudah dekat.  Kata warga tersebut, menurut Bupati Ponorogo, kalau selamat dari kiamat harus ke Ponpes tersebut.  Di bulan Ramadhan lanjut Bupati Ipong Muchlissoni menirukan ucapan warga itu, akan ada perang besar dan setiap orang diminta membeli pedang dari pengasuh ponpes dan membeli foto ketua Ponpes seharga 1 juta untuk meredam gempa bumi di rumah mereka.

KH Mohammad Romli Soleh atau sering disebut Gus Romli membantah isu bahwa warga Dusun Watubonang pergi ke pondoknya karena ajaran kiamat yang diberikannya.  Sebagaimana dikutip dari oleh jawapos.com (15 Maret 2022) Gus Romli membantah hal itu. Yang benar menurutnya adalah itu karena program triwulan yang dijalankannya sudah beberapa tahun dalam menyongsong meteor.  

Program itu biasanya dijalankan pada bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan dalam kalender Islam.  Tarekat yang diikuti Gus Romli, sebagaimana penjelasannya kepada jawapos.com adalah Ahmaliyah Sholikin.  

Dalam tarekat tersebut dijelaskan bahwa jatuhnya meteor merupakan salah satu penanda datangnya kiamat.  Tanda-tanda kiamat yang lain yang menurut Gus Romli berdasar hadis-hadis disebutkan antara lain mengeringnya Danau Tiberias yang kemudian diikuti dengan munculnya dajjal.  

Sebelum dajjal muncul akan terjadi 3 tahun kemarau, tidak ada makanan dan tidak ada minuman. Lebih rinci dipaparkan oleh Gus Romli, dikutip oleh jawapos.com, bahwa dalam masa kekeringan itu, tahun pertama Allah menahan sepertiga hujan sepertiga tanaman; tahun kedua menahan dua pertiga hujan dan dua pertiga tanaman; sedang tahun ketiga 100 persen hujan tidak turun dan 100 persen tanaman tidak tumbuh.

Dalam masa persiapan kekeringan itu, Gus Romli menghitung bahwa setiap orang membutuhkan 5 kuintal gabah padi atau 3 kuintal beras. Oleh karena itu santri-santri yang mengikuti program tri wulannya itu membawa bekal masing-masing untuk mencukupi kebutuhan diri mereka sendiri jika meteor itu benar-benar jatuh, sehingga meski di luar sana orang-orang menderita kesulitan pangan, mereka yang berada di ponpes sudah siaga dengan persiapan makanan mereka.

Dalam tayangan kompastv memang terdapat tumpukan gabah atau beras yang menggunung di area pondok demikian juga dengan ikan asin dalam karung.  Bahkan saat pintu sebuah rumah di lingkungan ponpes tersebut dibuka, tidak bisa dibuka dengan lebar karena di belakang pintu itu terdapat tumpukan gabah atau beras berkarung-karung.  Selain beras, sebagaimana yang ditayangkan oleh kompastv, juga ada tumpukan mie instan yang masih berada di dalam dos.

Pengasuh Ponpes KH Muhammad Romli atau yang disapa Gus Romli sebagaimana yang ditulis oleh jawapos.com adalah santri lulusan Lirboyo.  Gus Romli meneruskan memimpin Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadin yang didirikan oleh ayahnya.  Tentang berita ajaran yang terkait dengan hari kiamat sebenarnya juga sudah disoal pada tahun 2019.  Menurut catatan liputan6.com (16 Maret 2019) saat itu pihak kepolisian dan tokoh-tokoh agama mendatangi kediaman Gus Romli di Kasembon Malang, setelah mereka melakukan pendalaman tentang ajaran terkait dengan kiamat maka pihak kepolisian menepis anggapan bahwa ajaran yang dikembangkan oleh Ponpes yang dianggap sesat adalah bohong. 

Peristiwa Semacam yang Pernah Terjadi

"Peristiwa semacam ini pernah terjadi lho mas sebelumnya," dalam telpon aku berkata pada anakku yang di atas aku sebutkan bekerja di Ponorogo.  Lalu aku jelaskan bahwa tetangga desa kami pada waktu tahun 2003 menjual rumah dan kendaraannya untuk pergi ke Bandung.  Saat itu di Bandung ada sebuah ajaran yang mengajarkan bahwa hari Tuhan dimana Tuhan Yesus akan datang menjemput jemaat-Nya, sehingga orang-orang yang percaya dikumpulkan dalam sebuah tempat.  Tetangga desa kami itu juga termasuk yang mempercayai ajaran tersebut sehingga ia menjual harta miliknya untuk bekal pergi ke Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun