Oh Mariupol yang Luluh Lantak nan Malang
(bagi kamu yang selalu bertempik: Uraaa)
Oleh: Suyito Basuki
Oh Mariupol  yang luluh lantak nan malang
Segala bangunanmu berserak bagai ilalang padang
Serombongan anak kecil manis dengan dada berdetak saling tanya bersijingkat
Bagaimana gedung bertingkat bisa hancur berkeping rata tanah bagai dimakan ngengat
Gegara bunyi gelegar roket semalam, bisa sedetik sekejap mengubah kodrat?
Sejarah telah berputar ke titik nadir,
Mengayun gelisah karena ulah para pemikir pandir
Segala kenangan dan peradaban menggelepar di bawah pohon oak tua
Tak lagi makhluk dapat beranjak
Karena kaki tiba-tiba menjadi kaku, tubuh ngilu, tak lagi bisa bergerak
Oh Mariupol yang luluh lantak nan malang
Meski wajahmu tak lagi menawan
Kerna di sudut-sudut kotamu bertumpuk reruntuhan
Ada juga wajah manusia terbelalak tak bisa lepas dari himpitan
Serta di tengah malam terdengar galau suara jeritan kadang halus desahan
Dibawa angin senja yang tak lagi punya tujuan
Namun kau diincar, jadi rebutan para pria jalang yang menyandang revolver dan pedang
Meski tubuhmu semakin jelaga bagai arang
Tetapi kau perawan bertubuh telanjang dengan susu menantang
Senyummu di masa lalu, saat pualam kulitmu tak bisa mereka lupakan, selalu membayang
Desahmu yang kesakitan malah bangkitkan libido liar, sebabkan mereka semakin kesetanan
Wahai Mariupol  yang dulunya jelita,
Dengan  kerdap-kerdip lampu dan tawa penduduk kota
Haruskah kau akan jatuh seperti dua saudaramu Kherson dan Nova Karkhovka
yang telah rebah terpaksa di pelukan para dursila?
Oh Mariupol yang luluh lantak nan malang
Nasibmu tak lagi menentu
Sampai kapan kau kan bisa bertahan
Menunggu perjaka tampan pujaan
Tak jua hadir sebagai pahlawan
Padahal hati dan cintamu telah utuh kau serahkan
Di bawah pohon oak tua belum lama kalian berpagut penuh nafsu berciuman
Oh Mariupol yang luluh yang lantak nan malang
Serombongan anak kecil manis masih bersijingkatÂ
Sambil mengeja papan nama gedung di depanÂ
Kaki mereka melangkah penuh keraguan
Sesaat suara roket menggelegar di samping anak-anak itu bersebelahan
Tiba-tiba sebuah lobang jurang mengangaÂ
Dan serombongan anak kecil manis itu tak tahu lagi, entah berada di mana
Jepara Bumi Kartini, 24 Maret 2022