Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Davao Butterfly House, Malagos Chocholate Museum dan Pulau Samal Filipina di Tengah Aksi Penyerangan

18 Maret 2022   02:52 Diperbarui: 18 Maret 2022   05:34 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Davao Butterfly House (Sumber Foto: expedia.ca)

Sebagaimana yang saya kisahkan di dalam tulisan sehari sebelumnya bahwa tanggal 13 Mei-3 Juni 2017 yang lalu saya berkesempatan mengikuti training perdamaian di Mindanao Peacebuliding Institute (MPI).  Kami berempat, saya (Jepara), Pdt. Herin K.Hadijaya (Kudus), Najahan Musyawak (Semarang), dan Anas Aijudin (Solo) berangkat ke Davao Filipina dengan sponsor  Mennonite Central Commite (MCC).  

Saya dan Pdt. Herin mewakili sinode gereja kami yakni Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ).  Najahan dan Anas mewakili bidang akademik. Najahan mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, sementara Anas mengajar di UIN Solo dan pengasuh sebuah pondok pesantren di Karanganyar. 

Saat pelatihan di Mindanao Peacebuliding Institute berlangsung, selain situasi kepulauan Mindanao yang masih menyisakan konflik pemerintah Filipina dengan milisi Moro;  pada 23 Mei 2017 terjadi penyerangan atas kota Marawi yang sebenarnya secara letak agak jauh dari Davao.  

Dari Davao ke Marawi memerlukan waktu sekitar 7 jam perjalanan dengan berkendara.  Kota Davao yang yang adalah tempat kelahiran presiden Filipina Rodrigo Duterte jumlah penduduk berdasarkan sensus tahun 2015 adalah sebanyak 1.632.991 orang. Mayoritas penduduknya menganut agama Khatolik (70%), sedangkan sisanya menganut agama lain seperti Protestan, Islam, Hindu dan Budha (kemlu.go.id).  

Kota Marawi yang berpenduduk lebih dari 200.000 orang ini adalah ibu kota Provinsi Lanaul de Sur. Banyak penduduknya yang muslim. Marawi ini adalah daerah otonomi Islam yang memberlakukan hukum syariah, meski tidak ada hukuman rajam dan potong tangan sebagaimana hukum syariah murni. 

Penyerangan terhadap Kota Marawi ini dilakukan oleh kelompok milisi yang dipimpin oleh Oman dan saudaranya yang bernama Abdullah. Mereka membentuk milisi yang bernama Maute yang terafiliasi dengan ISIS.  Penyerangan mereka atas kota Marawi membawa ketegangan di lokasi penginapan kami.  Pengajar dan peserta saat istirahat meluangkan waktu untuk melihat perkembangan penyerangan tersebut di televisi.  

Kemudian ada larangan selama beberapa hari untuk peserta, terutama orang asing untuk keluar lokasi pelatihan demi menjaga keamanan bersama.  Orang asing, terutama dari Eropa atau Amerika atau Kepulauan Solomon gampang dikenali, sehingga dimungkinkan akan menjadi sandera dan kepentingan politik lainnya oleh pihak milisi.

Malagos Chocholate Museum (Sumber Foto: davaocitylife.com)
Malagos Chocholate Museum (Sumber Foto: davaocitylife.com)

Dua akhir pekan kami lewati dengan mengunjungi tempat wisata yang ada di kota Davao.  Akhir pekan pertama, Kami mengunjungi taman kupu-kupu yang disebut sebagai  Davao Butterfly House.  Di Davao Butterfly House ini pengunjung akan dibawa ke sebuah taman yang asri. Beberapa bangunan dijadikan semacam museum kupu-kupu.  Di dalam bangunan-bangunan tersebut, pengunjung dapat melihat berbagai macam kupu yang diawetkan di insektarium.  

Sebagai sarana edukasi ada tempat dan gambar-gambar yang menjelaskan proses bagaimana ulat menjadi kepompong hingga akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah.  Ada spot-spot foto dengan berlatar belakang sayap kupu-kupu yang disediakan di situ.  Sehingga pengunjung yang berfoto menjadi seolah memiliki sayap.

Kami juga mengunjungi sebuah tempat museum coklat yang bernama Malagos Chocholate Museum yang masih terletak di kota Davao. Di museum tersebut kami mula-mula disuguhi coklat yang hangat.  Kemudian kami diajak melihat alat-alat yang digunakan untuk pembuatan coklat.  Foto-foto dan proses pembuatan coklat dipertontonkan kepada kami.  

Saat itu hujan turun rintik-rintik sehingga berbicara tentang minuman coklat apalagi meminumnya di hawa yang dingin jelas sesuatu sekali. Kami ke Davao Butterfly House dan Malagos Chocholate Museum naik angkutan mobil pick up yang dibuat panjang dengan penutup di atasnya.  Rata-rata mobil angkutan penumpang di Davao seperti itu.

Pulau Samal (gotravelly.com)
Pulau Samal (gotravelly.com)

Pada akhir pekan kedua, kami diajak mengunjungi Pulau Samal, sebuah pulau wisata yang tidak begitu jauh dari kota Davao.  Dari Davao kami naik perahu bermesin kira-kira kapasitas 50 orang.  Sebetulnya perjalanan bisa ditempuh sekitar 15 menit untuk mencapai Pulau Samal tersebut.  Tetapi di beberapa perjalanan, kapal sengaja berhenti, memberi kesempatan kami untuk turun ke laut menceburkan diri dan berenang di air laut, di sekitar kapal.  

Kami juga diberi kesempatan naik ke sebuah pulau karang kecil.  Saya naik ke pulau karang kecil itu, melihat pemandangan laut Davao yang luas nan biru.  

Di pulau karang kecil itu ada gubuk dan terdapat beberapa laki-laki penduduk asli Filipina.  Kelihatannya mereka nelayan.  Mereka berbicara bahasa Tagalog.  Mereka sedang memanggang ikan.  Saya dipersilakan mencicipi hasil panggangan ikan yang mereka tangkap di laut.  Setelah saya mencicipi saya beri beberapa koin uang peso kepada mereka.

Suasana di kapal bersama teman-teman (Dok.Pri)
Suasana di kapal bersama teman-teman (Dok.Pri)

Akhirnya sampailah kami ke Pulau Samal.  Terdapat beberapa resort yang eksotik.  Pasir putih menghampar di sepanjang pantai pulau itu.  Kami turun dari kapal.  Kami berempat dari Indonesia mencari tempat berteduh di sebuah warung dan memesan kelapa muda.  

Kami meminum air kelapa muda dengan menyedot langsung dari kelapa yang telah diberi lubang oleh penjualnya, menggaruk kulitnya dan memakannya, sambil mencoba membedakan rasa kelapa muda Indonesia dengan kelapa muda Filipina.  Akh, ternyata sama saja rasanya. 

Beberapa teman dari berbagai negara berfotoria bersama rekan dari negara yang lain, mengingat beberapa hari lagi kami akan berpisah dan kembali ke negara masing-masing dan menjadi agen perdamaian bagi dunia di tempat kami berada.

Oleh: Suyito Basuki

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun