Kami juga mengunjungi sebuah tempat museum coklat yang bernama Malagos Chocholate Museum yang masih terletak di kota Davao. Di museum tersebut kami mula-mula disuguhi coklat yang hangat. Â Kemudian kami diajak melihat alat-alat yang digunakan untuk pembuatan coklat. Â Foto-foto dan proses pembuatan coklat dipertontonkan kepada kami. Â
Saat itu hujan turun rintik-rintik sehingga berbicara tentang minuman coklat apalagi meminumnya di hawa yang dingin jelas sesuatu sekali. Kami ke Davao Butterfly House dan Malagos Chocholate Museum naik angkutan mobil pick up yang dibuat panjang dengan penutup di atasnya. Â Rata-rata mobil angkutan penumpang di Davao seperti itu.
Pada akhir pekan kedua, kami diajak mengunjungi Pulau Samal, sebuah pulau wisata yang tidak begitu jauh dari kota Davao. Â Dari Davao kami naik perahu bermesin kira-kira kapasitas 50 orang. Â Sebetulnya perjalanan bisa ditempuh sekitar 15 menit untuk mencapai Pulau Samal tersebut. Â Tetapi di beberapa perjalanan, kapal sengaja berhenti, memberi kesempatan kami untuk turun ke laut menceburkan diri dan berenang di air laut, di sekitar kapal. Â
Kami juga diberi kesempatan naik ke sebuah pulau karang kecil. Â Saya naik ke pulau karang kecil itu, melihat pemandangan laut Davao yang luas nan biru. Â
Di pulau karang kecil itu ada gubuk dan terdapat beberapa laki-laki penduduk asli Filipina. Â Kelihatannya mereka nelayan. Â Mereka berbicara bahasa Tagalog. Â Mereka sedang memanggang ikan. Â Saya dipersilakan mencicipi hasil panggangan ikan yang mereka tangkap di laut. Â Setelah saya mencicipi saya beri beberapa koin uang peso kepada mereka.
Akhirnya sampailah kami ke Pulau Samal. Â Terdapat beberapa resort yang eksotik. Â Pasir putih menghampar di sepanjang pantai pulau itu. Â Kami turun dari kapal. Â Kami berempat dari Indonesia mencari tempat berteduh di sebuah warung dan memesan kelapa muda. Â
Kami meminum air kelapa muda dengan menyedot langsung dari kelapa yang telah diberi lubang oleh penjualnya, menggaruk kulitnya dan memakannya, sambil mencoba membedakan rasa kelapa muda Indonesia dengan kelapa muda Filipina. Â Akh, ternyata sama saja rasanya.Â
Beberapa teman dari berbagai negara berfotoria bersama rekan dari negara yang lain, mengingat beberapa hari lagi kami akan berpisah dan kembali ke negara masing-masing dan menjadi agen perdamaian bagi dunia di tempat kami berada.
Oleh: Suyito Basuki