Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabar dan Berhati-hati, Sesama Pengendara adalah Teman dan Saudara Sendiri

11 Maret 2022   08:33 Diperbarui: 11 Maret 2022   08:42 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: borobudurnews.com

 Sabar dan Berhati-hati, Sesama Pengendara adalah Teman dan Saudara Sendiri

Oleh: Suyito Basuki

Perspektif yang kita bangun terhadap diri kita dan sesama pengendara, mempengaruhi kenyamanan berkendara.  Semua pengendara menginginkan perjalanan yang dilakukan bisa mencapai tujuan dengan selamat sehingga bisa bertemu dengan keluarga dengan penuh suka cita.  

Pengalaman yang Tak Terlupakan

"Braak!" Saya menengok ke arah kiri, sambil terus memegang kemudi mobil.  Aduh, spion kiri mobil saya kegasak bak truk besar yang melaju di depan.  Mulanya saya ingin mendahului truk tersebut.  Hari sudah beranjak malam, ingin segera sampai rumah setelah dari perjalanan luar kota.  Saat mau menyalip truk itu, ada kendaraan motor dari arah depan yang tidak mau memberi jalan.  Sehingga saya tidak meneruskan laju mobil yang saya kendarai.  Saya lebih memilih untuk mengerem dan mobil sedikit saya arahkan ke kiri, supaya motor tersebut memiliki kelonggaran jalan.  Tapi yang  terjadi adalah, spion mobil saya rupanya menyenggol bak truk, sehingga spion patah dan hancur berkeping-keping.

Ada keinginan untuk berhenti dan memeriksa kondisi mobil, tetapi saya tunda, lebih memilih tetap melaju dengan berbagai macam perasaan, menyesal, marah, kecewa, malu dan lain-lain.  Sesampai di pom bensin, saya berhenti untuk mengisi BBM.  Usai mengisi BBM, saya turun melihat spion mobil yang sudah amburadul.  Semula saya takut, bahwa bak truk itu juga menyenggol bodi mobil.  Ternyata yang tersambar oleh bak truk hanya spion sebelah kiri saja.  Saya bersyukur sambil dalam hati berpikir, akh soal spion tidak seberapa, coba kalau sampai perbaikan kerusakan bodi mobil, wah bisa lebih repot.

Namun pelajaran utama yang saya pikirkan adalah, lain kali saya harus lebih sabar dan berhati-hati!  Benar, bahwa sebelumnya saya memang merasa tidak sabar.  Agak jengkel dengan truk besar yang berada di depan saya.  Jujur, waktu itu saya ingin segera mendahuluinya, tanpa memperhatikan bahwa jalanan tidak begitu lebar.  Saya mau memaksakan diri.  Untung saja saya tidak jadi  menerobos.  Jika itu yang terjadi, mungkin bisa saja motor dari arah depan yang kemudian tersenggol atau tertabrak mobil saya, sehingga urusan bisa menjadi tambah panjang.

Lebih sabar dan berhati-hati ternyata bisa berdampak bagus untuk kehidupan.  Dengan lebih sabar, maka pikiran akan menjadi lebih tenang, sehingga dapat memikirkan segala sesuatu dengan lebih baik dan berdaya guna.  Dengan lebih berhati-hati, maka dapat menyelamatkan diri sendiri atau orang lain, setidaknya meminimalisir terjadinya sebuah kecelakaan.  Lebih berhati-hati juga dapat mencegah adanya  pertengkaran, terutama di jalanan.  Coba saja misalnya seseorang tidak berhati-hati dengan kendaraannya, kemudian menyenggol atau menabrak sesama pengendara lainnya, kemungkinan yang terjadi adalah timbulnya pertengkaran mulut, adu argumen dan akhirnya terjadi perkelahian fisik. Padahal perkelahian fisik tersebut pada akhirnya akan berujung pada persoalan hukum yang merepotkan.

Sesama Pengendara adalah Teman dan Saudara

Dengan berjalannya waktu, maka saya belajar dari berbagai pengalaman berkendara, bahwa sesama pengendara itu sebenarnya adalah teman dan bahkan saudara.  Karena berteman dan bersaudara itu maka pengendara satu selayaknya memberi pertolongan kepada pengendara yang lain saat dibutuhkan pertolongannya.  Karena bersaudara, maka pengendara yang satu memberi kesempatan yang lain jika pengendara yang lain tersebut hendak mendahuluinya.  Dengan pemikiran seperti itu maka terhadap pengendara lain tidak lagi menganggap sebagai musuh yang bisa diciderai baik dengan cara verbal maupun tindakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun