Sayang sekali Ki Lejar Subroto tidak bisa melanjutkan karyanya, beliau meninggal di usia 79 tahun pada Sabtu, 23 September 2017.
Kepada penulis, Ki Lejar Subroto yang sejatinya bernama Djariman terlahir tanggal 20 Mei 1938 di desa Sapuran, Wonosobo ini pernah bercerita bahwa dia belajar wayang kulit di padepokan Ki Narto Sabdo Semarang.
Jika rekan-rekannya seperti Ki Manteb Sudarsono eksis dengan wayang purwa, maka Ki Lejar Subroto ini bertekat menghidupkan wayang kancil, sebuah wayang alternatif yang saat itu tidak populer.
Ki Lejar Subroto ini tidak saja memainkan Wayang Kancil, tetapi juga membuat Wayang Kancil dengan desain-desain yang ia buat supaya wayang semakin terlihat dinamis bergerak dan hidup di depan penontonnya, misal untuk anak wayang kancil dan binatang lain, ia buat "tanganan" atau "sikilan" yang bisa digerak-gerakkan.
Wayang Kancil Ki Lejar Subroto ini ternyata membawa magnet budaya. Terbukti tidak saja orang-orang dalam negeri yang mempelajari Wayang Kancil darinya, tetapi orang-orang dari luar negeri pun terinspirasi dan belajar wayang kancil padanya.
Ki Lejar Subroto pernah menunjukkan foto seorang murid dari luar negeri yang di negerinya memainkan wayang kancil tanpa iringan gamelan, dan itu pun menurut penuturan Ki Lejar Subroto sudah menarik.
Memang, Wayang Kancil ini dari segi cerita yang terambil dari dunia fabel, sudah menarik bagi anak-anak yang menontonnya. Apalagi dengan menokohkan kancil, seekor binatang yang sudah dikenal di kalangan anak-anak. Di kalangan anak-anak, kancil sudah diprototipekan sebagai tokoh protagonis yang cerdik dan banyak akalnya.
Kisah kancil yang sudah melekat di hati anak-anak karena sering guru sekolah dasar atau orang tua mereka menceritakannya adalah: Kancil Nyolong Timun, Kancil Memperdaya Buaya, Kancil Penjaga Gong Nabi Sulaiman dan lain-lain.
Kancil iku,
Pamikire saya maju