Sebenarnya mereka belum paham benar dengan Wayang Kancil, sayalah yang memberi usul karena kebetulan saya sedang belajar Wayang Kancil pada empunya, yakni Ki Lejar Subroto yang bertempat tinggal di daerah Suryatmajan dekat Malioboro Yogyakarta. Akhirnya jadilah kami memainkan Wayang Kancil dengan para penabuh, rekan-rekan dari desa Cupuwatu, Kalasan, Sleman Yogyakarta.
Rekan-rekan penabuh ini, setidaknya seminggu sekali, bahkan lebih berlatih di rumah joglo tempat saya kos. Durasi pertunjukan saat itu berkisar 2,5 jam. Lumayanlah untuk pertunjukan buat anak-anak.
Untuk pertunjukan tersebut, atas saran Ki Lejar Subroto, saya meminjam kepada Sanggar Budaya Minomartani yang memang memiliki satu set wayang kancil yang terbuat dari kulit.
Wayang yang berupa hewan-hewan seperti macan, ular, banteng, gajah dan lain-lain disimping (ditata) di atas batang pisang di sebelah kiri dan di sebelah kanan dalang. Secara penataan panggung, persis sama dengan penataan panggung pada wayang purwa, ada layarnya juga.
Kebetulan saya menggunakan crew dan panggung wayang purwa yang biasa saya gunakan saat memainkan wayang purwa pada waktu itu.
Bagi Ki Lejar Subroto, pertunjukan wayang kancil sebenarnya bisa dilakukan tanpa properti panggung seperti itu. Bahkan tanpa layar pun pertunjukan itu bisa dilakukan, hal itu malah memberi nilai lebih yaitu dalang bisa berkomunikasi langsung dengan penonton yang rata-rata anak-anak, yang menonton di belakang panggung.
Bagaimana Ki Lejar Subroto bisa melahirkan Wayang Kancil?
Menurut sebuah jurnal karya Elia Yehosyua Cristofanus Agapetus Program Studi Seni Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang berjudul: PERTUNJUKAN WAYANG KANCIL GAYA KI LEDJAR SUBROTO, dijelaskan bahwa Ki Lejar Subroto adalah penerus gerakan pertunjukan Wayang Kancil sebelumnya.
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Wayang Kancil sudah ada pada zaman Kasunanan Giri lalu muncul kembali pada masa Bo Liem, pada tahun 1925.
Wayang Kancil kemudian muncul kembali dan dibawakan oleh RM.Sayid. Di Surakarta Wayang Kancil kemudian dibawakan oleh Blacius Subono.
Pada tahun 1973 muncul lagi dan dibawakan oleh Bambang Murtiyoso. Pada tahun 1980 Ki Ledjar Subroto mulai kembali menghidupkan Wayang Kancil.