Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serat Tri Pama, Kisah Heroik Para Ksatria, di Manakah Putin dan Zelensky Berada?

2 Maret 2022   07:55 Diperbarui: 2 Maret 2022   08:14 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serat Tri Pama, Kisah Heroik Para Ksatria, Di manakah Putin & Zelensky Berada?

Oleh: Suyito Basuki

Serat Tri Pama adalah syair lagu Jawa yang dikemas dalam tembang alit yakni sekar macapat dhandhanggula.  Serat Tri Pama ini diciptakan oleh Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPA) Mangkunegara IV, seorang raja di lingkungan Mangkunegara Surakarta.  Sekar macapat yang terdiri dari 7 pupuh (bait) ini mengisahkan tiga orang ksatria dalam dunia pewayangan yang patut diteladani darma baktinya kepada negara.  Ketiga ksatria yang heroik tersebut adalah: Patih Suwanda (Bambang Sumantri), Kumbakarna dan Adipati Karna.

Patih Suwanda

Patih Suwanda (Sumber foto: wiraputratama.tumblr.com)
Patih Suwanda (Sumber foto: wiraputratama.tumblr.com)

Patih Suwanda sebelumnya bernama Bambang Sumantri.  Bambang Sumantri adalah anak seorang pertapa dan memiliki adik bertubuh kecil dan bermuka raksasa yang bernama Sukasrana.  Sukasrana meski terlihat tidak menarik, tetapi dari kesaktiannya melebihi kakaknya yang memang terlahir ganteng.

Bambang Sumantri kemudian mendarma baktikan hidupnya di Kerajaan Maespati yang saat itu memiliki seorang raja yang bernama Prabu Harjuna Sasrabahu.  Oleh Prabu Harjuna Sasrabahu, Bambang Sumantri diminta memboyong Dewi Citrawati putri dari Prabu Citradarma dari kerajaan Magada.  Dewi Citrawati meminta supaya taman Sriwedari yang berada di Kahyangan tempat para dewa-dewi bisa dipindah ke kerajaan Maespati.  Atas jasa adiknya, Sumantri bisa memindahkan taman tersebut.  Sedikit insiden terjadi.  Saat adik Sumantri meminta untuk ikut pergi ke Maespati, Sumantri tidak mengijinkan karena rasa malu sebab adiknya berwajah buruk.  Adik Sumantri terpanah oleh Sumantri sehingga meninggallah adiknya itu.

Prabu Harjuna Sasrabahu berkenan dengan Sumantri yang telah memboyong dewi Citrawati beserta 800 orang putri domasnya.  Maka dijadikanlah Sumantri seorang patih di kerajaan Maespati dengan nama Patih Suwanda.  Saat Prabu Rahwana atau Dasamuka menginvasi kerajaan Maespati dengan sebuah peperangan, maka Patih Suwandalah yang diminta untuk menghalau para musuh.  Tapi malang, dalam peperangan tersebut Patih Suwanda kalah digdaya menghadapi Prabu Rahwana.  Patih Suwanda mati di dalam pertempuran.  Prabu Rahwana hanya bisa dikalahkan oleh Prabu Harjuna Sasrabahu yang sebenarnya adalah titisan Dewa Wisnu.

Pelajaran yang hendak disampaikan oleh KGPA Mangkunegara IV dengan serat Tri Pamanya melalui tokoh Patih Suwanda ini ada beberapa hal.  Yang pertama bahwa Patih Suwanda benar-benar menyerahkan jiwa raganya untuk mentaati perintah raja atau penguasa.  Yang kedua segala potensi kehidupannya, baik kepandaian, kekayaan dan tekad dia tunjukkan sebagai bukti dari kesetiannya tersebut.  Yang ketiga, dia rela mati dalam pelaksanaan tugasnya tersebut.

Dalam konteks negara yang sedang giat membangun sangat membutuhkan pribadi  seperti ini.  Apalagi dalam keadaan darurat perang, negara akan bersyukur jika memiliki anak negeri seperti Patih Suwanda ini.

Kumbakarna

Kumbakarna (Sumber Foto: wayang.wordpress.com)
Kumbakarna (Sumber Foto: wayang.wordpress.com)

Kumbakarna adalah adik dari Prabu Rahwana.  Kumbakarna berbadan besar, dan terlahir sebagai raksasa.  Namun meski demikian, hatinya baik, melebihi kebaikan hati seorang manusia.  Kumbakarna tidak setuju dengan perilaku kakaknya yang menculik Dewi Shinta istri dari Prabu Rama.  Sehingga sebagai protes, Kumbakarna pergi meninggalkan kerajaan Alengka untuk bertapa.

Saat peperangan terjadi, maka Prabu Rahwana membangunkan Kumbakarna dari pertapaannya.  Prabu Rahwana meminta supaya Kumbakarna menjadi panglima perang bagi kerajaan Alengka.  Dalam hati sebenarnya Kumbakarna tidak setuju dengan peperangan yang terjadi akibat ulah angkara murka kakaknya.  Tetapi setelah didesak oleh kakaknya dengan mendeskripsikan potensi kehancuran kerajaan Alengka akibat kemungkinan kekalahan yang diderita, maka timbulah semangat juang Kumbakarna untuk membela negaranya, meski sebenarnya sangat jahat para pemimpinnya.  Meski Kumbakarna sempat berjaya di peperangan, tetapi akhirnya kalah dan matilah dia sebagai pahlawan di medan laga.

Pelajaran yang mau disampaikan oleh KGPA Mangkunegara IV  dengan mengambil tokoh Kumbakarna sebagai teladan heroik adalah keinginan Kumbakarna dalam membela negara, tidak masalah dengan baik buruknya negara.  Dalam bahasa Inggris ada istilah "Right or wrong is my country"!  Dalam masa seperti sekarang ini memang sangat menyenangkan para pejabatnya  jika ada banyak  warga negara yang membela negaranya meski negara penuh dengan pejabat yang korup dan menyengsarakan rakyat.  Hal ini adalah sebuah peluang majunya sebuah negara.  Seharusnyalah negara kemduian mengimbanginya dengan memberi kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakatnya, serta perbuatan korup haruslah dihentikan segera.

Adipati Karna

Adipati Karna (Sumber Foto: engineear.com)
Adipati Karna (Sumber Foto: engineear.com)

Adipati Karna atau Surya Putra adalah anak dari Dewi Kunthi hasil perselingkuhannya dengan Dewa Surya, dewanya matahari.  Saat itu Dewi Kunthi masih perawan alias belum menikah.  Karena rasa malu, maka Karna dibuang di sungai dan ditemukan oleh seorang kusir kerajaan Hasstina yang bernama Adirata.

Setelah Dewi Kunthi menikah dengan Pandhudewanata, lahirlah ketiga putranya yakni: Yudistira atau Puntadewa, Bratasena atau Werkudara dan Arjuna atau Janaka.  Pandhudewanata menikahi Dewi Madrim, melahirkan dua orang anak laki-laki yakni Nakula dan Sadewa.  Puntadewa, Bratasena, Arjuna, Nakula dan Sadewa inilah yang kemudian disebut satria Pandawa.

Karna kemudian menghamba kepada Prabu Duryudana, raja kerajaan Hastina, putra Adipati Destarastra.  Prabu Duryudana ini memiliki adik yang berjumlah 99 orang, sehingga total anak dari Destarastra dan Dewi Gendari ini ada 100 orang!  Inilah yang kemudian disebut sebagai Kurawa.  Kurawa mempertahankan kerajaan Hastina yang akan diminta kembali oleh Pandhawa.  Pada waktu Pandhudewanata akan meninggal, saat itu  kelima anaknya masih kecil, maka kerajaan dititipkan ke kakaknya, yakni Adipati Destarastra dengan pesan, jika kelak kelima anaknya sudah dewasa, hendaknya kerajaan Hastina dikembalikan kepada anak-anaknya.  Namun kenyataannya, kerajaan Hastina tidak dikembalikan kepada Pandawa tetapi tetap dipertahankan mejadi hak milik Kurawa.

Kemudian terjadilah peperangan besar yang disebut Barata Yuda, yakni peperangan para kestria keturunan trah Barata, memperebutkan kerajaan Hastina.  Karna yang memiliki keahlian perang kemudian direkrut menjadi panglima perang kerajaan Hastina.  Dalam peperangan, Adipati Karna berhasil menewaskan salah seorang putra Pandhawa yakni Raden Gatotkaca.  Namun kejayaan Adipati Karna tidak bertahan lama saat berhadapan dengan Arjuna yang adalah adik kandungnya, hanya beda bapak.  Arjuna berhasil melepaskan panah dan menjadikan Adipati Karna ini mati di medan laga sebagai pahlawan perang kerajaan Hastina.

KGPA Mangkunegara IV mengambil tokoh Adipati Karna dalam serat Tri Pamanya karena ada sikap Adipati Karna yang patut diteladani.  Sikap tersebut adalah sikap kesetiaan kepada negara dimana ia hidup.  Adipati Karna sudah dimuliakan dengan diangkat sebagai panglima perang, padahal ia adalah secara legalitas hukum anak dari seorang kusir kerajaan Hastina, sebuah derajat yang rendah pada waktu itu.  Meski kemudian Adipati Karna tahu bahwa dirinya adalah anak dari Dewi Kunthi yang berarti masih bersaudara dengan Pandawa, tetapi tekadnya untuk membela Hastina tidak surut.  Bahkan sampai mati pun ia tetap membela negaranya.  Sikapnya ini hampir sama dengan sikap Kumbakarna yang memiliki pandangan "right or wrong is my country".

Dimana Vladimir Putin dan Volodimir Zelensky Berada?

Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung sampai hari ini. Vladimir Putin melancarkan peperangan karena katanya membela hak-hak orang di wiliayah Donetsk dan Luhansk yang menurut pemerintah Rusia akan dipunahkan oleh pemerintahan Ukraina.  Sehingga pasukan berikut tank dan pesawat tempur Rusia yang kemudian dibantu Belarusia dikerahkan untuk menginvasi Ukraina.  Sementara Presiden Ukraina, Volodimir Zelensky menyatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina hanya bertujuan menganeksasi Ukraina kembali ke wilayah dan kekuasaan Rusia sebagaimana dulu Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.  Oleh karenanyalah Zelensky bertahan mati-matian dan dia sesumbar tidak akan pernah meninggalkan Kiev  ibukota Ukraina, apa pun yang terjadi dengan negaranya!

Mungkin dalam konteks Patih Suwanda yang berjuang menghadapi invasi kerajaan Alengka, Vladimir Putin ini bagaikan Rahwana yang dengan nafsunya ingin menguasai kerajaan Maespati.  Vladimir Putin ingin sekali menguasai Ukraina dengan apa pun caranya, karena ini selain menguntungkan dalam pertahanan menghadapi NATO pakta pertahanan blok barat yang terdiri dari Amerika dan sekutunya negara-negara  Eropa, juga sebuah prestis, harga diri!  Sedangkan Volodimir Zelensky dalam hal ini seperti Patih Suwanda yang mencoba menghadapi invasi Rahwana dengan segala daya upaya.  Akankah Zelensky akan bernasib seperti Patih Suwanda, mati di medan laga?  Semoga tidak sampai terjadi hal itu, melainkan perundingan perdamaian semoga menemukan hasilnya.

Bagaimana jika disandingkan dengan tokoh Kumbakarna dan Adipati Karna?  Baik Vladimir Putin maupun Volodimir Zelensky kelihatannya sama.  Kedua presiden ini seolah memiliki prinsip "right or wrong is my counrty."  Kalau sudah begini ini memang repot.  Mereka tidak akan menerima peringatan dari PBB dan negara-negara pecinta damai.  Hanya semoga saja akal waras kedua presiden ini cepat timbul dan peperangan segera berhenti  serta perdamaian kedua negara: Rusia dan Ukraina itu akan terjadi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun