Serat Tri Pama, Kisah Heroik Para Ksatria, Di manakah Putin & Zelensky Berada?
Oleh: Suyito Basuki
Serat Tri Pama adalah syair lagu Jawa yang dikemas dalam tembang alit yakni sekar macapat dhandhanggula. Â Serat Tri Pama ini diciptakan oleh Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPA) Mangkunegara IV, seorang raja di lingkungan Mangkunegara Surakarta. Â Sekar macapat yang terdiri dari 7 pupuh (bait) ini mengisahkan tiga orang ksatria dalam dunia pewayangan yang patut diteladani darma baktinya kepada negara. Â Ketiga ksatria yang heroik tersebut adalah: Patih Suwanda (Bambang Sumantri), Kumbakarna dan Adipati Karna.
Patih Suwanda
Patih Suwanda sebelumnya bernama Bambang Sumantri. Â Bambang Sumantri adalah anak seorang pertapa dan memiliki adik bertubuh kecil dan bermuka raksasa yang bernama Sukasrana. Â Sukasrana meski terlihat tidak menarik, tetapi dari kesaktiannya melebihi kakaknya yang memang terlahir ganteng.
Bambang Sumantri kemudian mendarma baktikan hidupnya di Kerajaan Maespati yang saat itu memiliki seorang raja yang bernama Prabu Harjuna Sasrabahu. Â Oleh Prabu Harjuna Sasrabahu, Bambang Sumantri diminta memboyong Dewi Citrawati putri dari Prabu Citradarma dari kerajaan Magada. Â Dewi Citrawati meminta supaya taman Sriwedari yang berada di Kahyangan tempat para dewa-dewi bisa dipindah ke kerajaan Maespati. Â Atas jasa adiknya, Sumantri bisa memindahkan taman tersebut. Â Sedikit insiden terjadi. Â Saat adik Sumantri meminta untuk ikut pergi ke Maespati, Sumantri tidak mengijinkan karena rasa malu sebab adiknya berwajah buruk. Â Adik Sumantri terpanah oleh Sumantri sehingga meninggallah adiknya itu.
Prabu Harjuna Sasrabahu berkenan dengan Sumantri yang telah memboyong dewi Citrawati beserta 800 orang putri domasnya. Â Maka dijadikanlah Sumantri seorang patih di kerajaan Maespati dengan nama Patih Suwanda. Â Saat Prabu Rahwana atau Dasamuka menginvasi kerajaan Maespati dengan sebuah peperangan, maka Patih Suwandalah yang diminta untuk menghalau para musuh. Â Tapi malang, dalam peperangan tersebut Patih Suwanda kalah digdaya menghadapi Prabu Rahwana. Â Patih Suwanda mati di dalam pertempuran. Â Prabu Rahwana hanya bisa dikalahkan oleh Prabu Harjuna Sasrabahu yang sebenarnya adalah titisan Dewa Wisnu.
Pelajaran yang hendak disampaikan oleh KGPA Mangkunegara IV dengan serat Tri Pamanya melalui tokoh Patih Suwanda ini ada beberapa hal. Â Yang pertama bahwa Patih Suwanda benar-benar menyerahkan jiwa raganya untuk mentaati perintah raja atau penguasa. Â Yang kedua segala potensi kehidupannya, baik kepandaian, kekayaan dan tekad dia tunjukkan sebagai bukti dari kesetiannya tersebut. Â Yang ketiga, dia rela mati dalam pelaksanaan tugasnya tersebut.
Dalam konteks negara yang sedang giat membangun sangat membutuhkan pribadi  seperti ini.  Apalagi dalam keadaan darurat perang, negara akan bersyukur jika memiliki anak negeri seperti Patih Suwanda ini.