Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konfrontasi Bukan Kompromi dalam Dunia Mistik Masa Kini

4 Februari 2022   06:40 Diperbarui: 4 Februari 2022   06:43 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: cnnindonesia.com

            Suatu ketika dalam sebuah pelayanan pelepasan terhadap salah seorang warga gereja, terjadi dialog  seperti ini antara saya dengan setan yang merasuki tubuh warga tersebut.  Peristiwanya di desa, sehingga dialog yang saya gunakan bahasa Jawa, eh, setannya pun menjawab dengan bahasa Jawa:

Saya: "Ing Asma Gusti Yesus ayo metu" (Dalam nama Tuhan Yesus, hayo keluar)

Setan: "Emoh-emoh" (tidak mau)

Saya: "Kudu metu, iki dudu panggonanmu" (Harus keluar, ini bukan tempatmu)

Setan: "Njaluk pindhah" (Minta pindah)

Saya: "Aja pindhah neng wong-wong iki, pindhaha sing adoh" (Jangan pindah ke orang-orang di sini, pindahlah yang jauh)

Setan : "Njaluk nyawa" (Minta nyawa)

Saya: "Ora kena, ayo metu" (Tidak boleh, ayo keluar).

            Akhirnya setan itu keluar, tanpa harus pindah ke tubuh rekan-rekan yang bersama-sama mendukung pelayanan pelepasan itu.  Dan juga tanpa harus memberikan "nyawa" permintaan setan itu.  Konon menurut sementara orang, permintaan pindah dan nyawa itu dapat disiasati dengan pindah di tubuh anak ayam, dan nyawa binatang bisa diberikan.  Tapi sejak awal saya meyakini, berhadapan dengan setan, kita tidak bisa kompromi, tetapi konfrontasi!

            Tapi biasanya, jika komprominya gagal, setan mulai mengintimidasi.  Dalam kesempatan pelepasan yang lain saya menerima intimidasi itu.  Inilah dialog yang  masih saya ingat.

Setan: "Aku ngelak, njaluk banyu" (Aku haus, minta minum)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun