Mohon tunggu...
Suyito Basuki
Suyito Basuki Mohon Tunggu... Editor - Menulis untuk pengembangan diri dan advokasi

Pemulung berita yang suka mendaur ulang sehingga lebih bermakna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di mana Lelaki Pengayun Kapak Itu

19 Desember 2021   05:07 Diperbarui: 19 Desember 2021   07:24 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita harus membawa Herdi segera ke rumah sakit jiwa," Pak Sarni kamituwo tua memberi sebuah usulan.  Mendengar itu saya sangat setuju, karena perilakunya semakin membahayakan orang lain.

"Tapi ada dua hal yang perlu aku sampaikan," Priyo mengetengahkan suaranya.  "Yang pertama, sejak dia mau mengampak aku, lalu dia jatuh terjerembab itu, keesokan harinya Herdi tidak ada lagi di rumah, dan aku tidak tahu ke mana perginya," terang Priyo.

"Benar, padahal malam harinya, anak itu melempari rumah saya dengan kerikil.  Entah apa sebabnya.  Akibatnya genteng-genteng ada yang bolong, serta kaca depan rumah pecah," Mardi menimpali sambil berkeluh.

"Kamu tidak berbuat apa-apa?" Hartono yang tahu Herdi benci pada Mardi karena pernah mengusulkan suatu ketika supaya Herdi dipasung bertanya.

"Bagaimana mungkin, dia selalu memegang kapaknya..." Mardi berkata begitu sambil tersenyum pahit.

"Yang kedua...,"kata Priyo,"Aku dan keluarga terus terang tidak punya uang untuk pengobatan keponakan saya itu.  Sedangkan kalian tahun sendiri, Hesti, ibunya sudah sibuk dengan urusan keluarganya," keluh Priyo, kali ini dengan agak terbata.

Mendengar hal itu, lalu kami membicarakan jalan keluarnya.  Keluarga dengan dibantu Pak Sarni akan mencarikan kartu Askeskin, yakni kartu yang dapat membebaskan pasien dari biaya pengobatan, karena miskin.  Hartono mendapat tugas mencarikan sumbangan dana dari lingkungan RT dan RW.  Saya kebagian mencari dana di luar desa.  Segera saja, saya ingat rekan yang bekerja di sebuah majalah yang menampung dana dermawan untuk kebutuhan orang-orang sakit.  Saya kemudian telpon rekan itu, dan secepatnya saya membuat proposal pengajuan.  Tak sampai seminggu, dana itu sudah masuk ke rekening yang saya sebutkan. 

Langkah berikutnya, Herdi harus segera dicari, jika sudah ketemu harus dibawa pulang, walau dengan paksa. Kemudian Herdi harus segera dibawa ke rumah sakit jiwa di Semarang.  Tapi bagaimana mencari lelaki dengan kapak yang selalu di tangan itu?  Dimana ia?

Ketika kami bertemu untuk berembug lagi, dibagilah 2 tim di antara kami.  Hartono dengan Mardi bertugas mencari Herdi di pasar-pasar kota kecamatan dan pasar pusat kota, siapa tahu dia masih berada di lingkungan pasar di kota kami.  Pak Sarni, Priyo dan saya kebagian tugas mencari Herdi di desa-desa, di pantai, di sungai, dan di perkebunan karet serta hutan jati di kota kami.  Waktu pencarian dibatasi satu minggu.

Oleh karena itu jika kalian lihat sebuah rombongan lelaki muda sederhana dengan pakaian kaos, celana jins butut dan sandal bandol karet, serta seorang yang sudah tua, disertai dengan lelaki legam dengan muka bercak-bercak, dengan mobil kijang tua berkeliling di desa-desa, di pantai-pantai, di sungai-sungai dan di perkebunan-perkebunan karet dan hutan jati, itulah kami.  Kadang kami berhenti di hutan karet, bertanya kepada para penggembala atau pekerja perkebunan.  Kadang pula berhenti di pantai-pantai, bertanya pada nelayan atau penjual ikan.  Kadang juga kami berhenti di sebuah jembatan, dari arah jembatan saya lihat sungai dengan batu-batu gajahnya, siapa tahu Herdi lelaki gila itu tengah melamun dengan memegang kapaknya  di sana?


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun