Mohon tunggu...
Suyatno Budiharjo
Suyatno Budiharjo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Telekomunikasi Telkom University

Hobi ngoprek perangkat IT, ngoding, dan membuat perangkat IoT

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Solusi Polusi Udara di Jakarta dengan Teknologi

21 Agustus 2023   20:00 Diperbarui: 30 Desember 2023   09:24 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.vitalstrategies.org

Polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta menjadi topik yang tengah ramai diperbincangkan di media digital atau media online, Tv dan media sosial. Permasalahan ini merupakan masalah yang terjadi hampir di semua kota-kota yang ada di Indonesia, maupun kota-kota besar lain di negara lain. 

Sumber Polusi

Data yang terkait dengan Penyebab Polusi udara yang terjadi di DKI Jakarta, dapat merujuk pada artikel [2],[3] dimana:

Dari data tersebut diatas, menunjukkan bahwa sumber terbesar penyebab polusi udara di kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya adalah Emisi Gas Knalpot Kendaraan, kemudian disusul oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara, pembakaran sampah, biomasa dan Garam Laut. Sehingga mengatasi masalah Polusi Udara di DKI tanpa mengetahui sebab dan sumber polusinya sama seperti mengobati Batuk tanpa mengetahui sumber penyakitnya.

Solusi dengan Teknologi

Dari beberapa penulis sebelumnya sudah membahas bagaimana solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah polusi udara di kota jakarta. Namun kebanyakan solusi yang ditawarkan merupakan solusi jangka panjang dengan biaya yang mahal seperti menggunakan transportasi massal, menggunakan transportasi yang ramah lingkungan. mengurangi Emisi Gas Karbon, Meningkatkan penggunaan Energi hijau energi bersih dan energi terbarukan, pengelolaan dan pengolahan sampah dengan baik.

Betul bahwa semua yang disampaikan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah polusi udara di DKI maupun kota-kota lainnya. Langkah selanjutnya atau tahap selanjutnya adalah action, dengan langkah yang nyata dan kongkrit. 

Artikel ini lebih memfokuskan pada pembahasan solusi untuk mengatasi polusi udara yang kongkrit yang dapat dilakukan untuk mengurangi kalaupun tidak bisa dikatakan menghilangkan penyebab polusi udara karena emisi gas knalpot kendaraan, sehingga dapat langsung berdapat pada pengurangan emisi gas karbon dari kenalpot kendaraan. Beberapa solusi yang dapat secara langsung berdampak pada pengurangan polusi udara adalah:

1. Work From Home (WFH).

Belajar dari pandemi Covid-19, pemerintah mewajibkan pelaku usaha dan karyawan melakukan pekerjaannya dari rumah (WFH) dan hal ini cukup signifikan menekan polusi udara yang disebabkan oleh Emisi Gas Knalpot kendaraan, maka ketika pemerintah DKI menghimbau untuk WFH kembali, dapat dimengerti dan dimaklumi, namun demikian bagi pelaku usaha yang menolakpun tetap kita hargai, dengan cara mencari alternatif solusi yang lain. Dan memang, WFH bukanlah satu-satunya solusi yang bisa dijalankan oleh pemerintah daerah. Solusi berikutnya?

2. Pembatasan jumlah kendaraan dengan Electronic Road Pricing (ERP) System

Penerapan Jalan Berbayar pada 25 ruas jalan di DKI Jakarta  memang diperuntukkan untuk mengurangi atau menekan kepadatan lalu lintas kendaraan, sebagai upaya untuk mengurangi kemacetan yang berdampak pada jumlah emisi gas yang dikeluarkan kendaraan. Sehingga memperluas cakupan ERP System dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah kendaraan.Tentu dengan perlu adanya kajian lebih lanjut untuk menetapkan area mana yang dimungkinkan untuk diterapkannya ERP System.

3. Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Drive-Through berbasis IoT.

Jika saat ini pengujian emisi hanya waktu-waktu tertentu, maka dengan teknologi Internet of Things (IoT) maka pengujian emisi gas buang knalpot kendaraan dapat dilakukan setiap waktu ahkan sambil jalan. Hal ini sebagai upaya melakukan monitoring atau memantau, mengukur jumlah emisi gas buang knalpot per kendaraan. Perangkat uji Emisi Gas Buang Kendaraan bermotor menjadi salah satu hasil penelitian yang dilakukan di lingkunan Kampus Telkom University.

Setelah melakukan pengukuran, untuk selanjutnya dapat melakukan tindakan pembatasan untuk kendaraan yang tidak memenuhi standar Emisi maksimal yang diperbolehkan. Ini adalah satu terobosan inovasi untuk mengukur polusi udara, sekaligus untuk mengontrol polusi udara. Dengan cara mengatur arah pergerakan kendaraan. 

4. Smart Traffic Light

Selanjutnya setelah melakukan pengukuran, dan pembatasan kendaraan yang tidak lolos uji emisi kendaraan adalah faktanya kemacetan lalu lintas menjadi penyumbang polusi udara di dki, karena ukurannya tidak lagi berapa emisi gas buang per kendaraan, tetapi juga berapa lama kendaraan tersebut mesinnya menyala? Baik itu berhenti maupun berjalan.  

Maka upaya selanjutnya adalah bagaimana merancang Smart Traffic Light yang mampu mencegah dan atau mengurangi terjadinya kemacetan lalu lintas, termasuk mencegah kemacetan lalu lintas disaat terjadi kecelakaan. Penelitian ini telah dilakukan untuk mengembangkan Smart Traffic Light berbasis Computer Vision di lingkungan  Kampus Telkom University.  Bagaimana sistem lampu lalu lintas ini bekerja? 

Secara sederhana lampu lalu lintas diatur sedemikian rupa sehingga durasi (lama waktu) menyala lampu merah, kuning dan hijau dapat diubah atau dikendalikan berdasarkan kondisi lalu lintas kendaraan. Yang padat durasi hijaunya lebih lama, dan yang jarang durasi merahnya lebih lama.

5. Optimasi Jaklingko

DKI Jakarta telah memiliki moda transportasi terintegrasi, baik fisik, layanan, manajemen, dan pembayaran, yang semakin memudahkan dan memanjakan pengguna moda transportasi di DKI. Dengan Jaklingko dapat diharapkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi. Sehingga diharapkan dapat mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya. 

Lantas mengapa jakarta masih macet? Tentu banyak faktor dan pertimbangan, salah satunya adalah Jaklingko belum menjangkau seluruh wilayah DKI, dan dari segi waktu tempuh termasuk waktu tunggu di shelter masih lebih lama jika dibandingkan kendaraan pribadi, maka Optimasi Jaklingko khususnya Transjakarta masih dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan waktu tempuh yang lebih optimal. 

Kembali lagi pertanyaannya, bagaimana caranya? 

Secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut: Pembagian wilayah DKI menggunakan Koridor dengan bus Transjakarta yang khusus untuk koridor terserbut, menyebabkan satu koridor penumpangnya banyak, sedangkan koridor lain penumpangnya sedikit atau jarang? 

Optimasi yang dilakukan adalah Bus bisa berpindah dari koridor satu ke koridor lain disesuaikan dengan jumlah penumpang di masing-masing shelter. Bagaimana kita bisa mengetahui jumlah penumpang yang ada di bus maupun di shelter? Tentu bukan dengan menyiapkan orang untuk menghitung secara manual, tetapi dengan teknologi berbasis kamera, maka masalah tadi bisa dihitung atau diselesaikan. Secara khusus penelitian terkait hal ini dikembangkan oleh  Kampus Telkom University untuk mensupport Smart City DKI. 

6. Gerakan menanam Pohon di Perkotaan

Ini jelas pemikiran yang dianggap sebagian orang konyol, mau menanam pohon dimana? DKI Jakarta memiliki banyak area yang dapat ditanami pohon sebagai paru-paru kota,  gerakan ini bisa dilakukan dengan menanam di dinding tembok perkantoran dan sekolah, termasuk pagar, bahkan diatas atas gedung pencakar langit sangat dimungkinkan menanam pohon, dengan istilah rooftop farming, menggunakan teknologi hidroponik berbasis Internet of Things (IoT), hal ini amat sangat dimungkinkan untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi polusi udara yang ada di DKI Jakarta maupun kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Sebagai penutup, rasanya terlalu banyak yang bisa dituliskan sebagai solusi dari permasalahan yang ada disekitar kita, termasuk maslah polusi udara di DKI Jakarta. Tulisan ini sebagai bagian dari kepedulian oenulis untuk dapat memberikan solusi terhadap permasalahan di DKI Jakarta, rasanya tidak bijak bagi kita hanya menyalahkan pemerintah, padahal kita yang ikut menyumbang polusi? Maka tulisan diatas, jelas bertujuan untuk memprovokasi pembaca, sejauh mana kepedulian kita pada udara yang bersih. Tidak cukup kita hanya menuntut Udara bersih Hak Kita, lantas kewajiban kita apa untuk ikut menjaga lingkungan kita? Mari kita berdiskusi dan berkolaborasi untuk melawan Polusi.

Penulis: 

Suyatno Budiharjo, Yus Natali, ALva Sularso

Dosen Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom, dengan Spesialisasi bidang Smart Technology & IoT.

Email: suyatnobudiharjo@telkomuniversity.ac.id 

Website: https://telkomuniversity.ac.id/ 

Rujukan:

  • Mengenal Polusi Udara: Penyebab, Dampak, dan Solusi - Kompasiana.com
  • Dari Mana Saja Sumber Polusi Udara Jakarta? Halaman all - Kompas.com
  • Sumber-Utama-Polusi-Udara-di-DKI-Jakarta_Policy-Brief.pdf (vitalstrategies.org)
  • Mengurangi paparan polusi udara di Indonesia - ANTARA News Sumatera Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun