Mohon tunggu...
Suyatno
Suyatno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate

Hai, nama saya Suyatno. Hobi saya adalah menulis. Saya menyukai menulis karena bagi saya menulis menjadi ruang untuk mengekspresikan ide dan kegelisahan atas sesuatu. Tulisan saya banyak terinspirasi dari nilai-nilai dan etik yang saya temukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, menulis juga bagi saya adalah tempat belajar yang menarik karena dengan menulis saya dapat melihat kekurangan yang ada pada diri saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi dan Konflik Orang Tua - Anak dalam Sebuah Keluarga

21 Mei 2022   11:50 Diperbarui: 21 Mei 2022   13:49 2568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi merupakan sebuah sarana atau upaya untuk bertukar pikiran baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi bisa terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun sebaliknya. komunikasi keluarga adalah sebuah aktivitas yang pasti terjadi didalam lingkungan keluarga. Bisa dibayangkan apa jadinya jika sebuah keluarga hidup tanpa adanya komunikasi. Maka sepi senyaplah kehidupan keluarga tanpa senda gurau, kegiatan bercengkerama, berdialog, bertukar pikiran dan lain sebagainya. Didalam komunikasi setiap kata – kata, gerak tubuh (gesture), intonasi suara dan tindakan mengandung dan melahirkan harapan, image, ungkapan perasaan dan saling pengertian yang bersifat mengajarkan dan mempengaruhi.Sedangkan tujuan pokok komunikasi itu sendiri adalah untuk memelihara interaksi anggota keluarga yang satu dengan yang lainya sehingga terciptalah komikasi yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan mental untuk membicarakan secara terbuka setiap hal dalam keluarga, baik itu sesuatu hal yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Dari pengertian diatas bisa kita persempit lagi bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan komunikasi antara suami dengan istri dan orang tua kepada anak-anaknya dalam segala hal sebagai sarana bertukar pikiran, menyosialisasikan nilai-nilai hidup orang tua kepada anak dan keluh kesah anak kepada orang tuanya. Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga menjadi bekal pertama untuk ia bisa menempatkan dan memposisikan dirinya kelak dimasyarakat. Orang tua dalam sebuah keluarga akan menjadi figureatau sosok yang dicontoh bagi anak baik itu dari tutur kata, tingkah laku, sikap, pola berfikir dan lain sebagainya. Maka dari itu peran penting komunikasi dalam keluarga menjadi fundamental bagi anak untuk mempersiapkan moral sosial mereka sebelum hidup dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Konflik orang tua dan anak adalah bukti nyata tidak terjalinya komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga. Komunikasi sebagai sarana bertukar pikiran dan penyampaian keluh kesah antara anggota keluarga tidak terbangun dengan baik. Sumber utama konflik biasanya terjadi lantaran ketidak cocokan antara perspektif anak dengan perspekif orang tua. Melalui tulisan ini saya akan menyampaikan bahwa konflik yang terjadi antara orang tua terhadap anak terbagi menjadi dua masa yakni, konflik pada masa kanak-kanak, konflik pada masa remaja. Berikut ini adalah penjelesannya :

1. Konflik pada masa kanak-kanak

Konflik pada masa kanak-kanak akan kita mulai dari ketika bayi sudah dilahirkan dan sudah mengalami perkembangan. Salah satu permulaan konflik antara orang tua dan anak adalah ketika anak memasuki masa penyapihan (masa ketika anak sudah tidak lagi diberi ASI). Pada masa ini, sebenarnya anak masih menghendaki andil dari orang tua terhadap dirinya. Kualitas konflik orang tua dan anak pada masa ini dipengaruhi oleh kelekatan dan temperamen seorang anak. Konflik yang terjadi sehari hari dapat berupa ketidaksetujuan antara orang tua dan anak terhadap fakta-fakta. Selain itu dapat pula disebabkan oleh keterbatasan orang tua untuk menuruti dan memenuhi kebutuhan anak.

2. Konflik pada masa remaja

Pada umumnya masa remaja disebut sebagai masa nakal-nakalnya seorang anak dalam tahap perkembangan. Para psikolog memberikan lebel masa remaja sebagai masa storm and stress, untuk menggambarkan masa yang penuh gejolak dan tekanan.  Istilah storm and stress bermula dari psikolog Amerika yakni Stanley Hall, yang menganggap bahwa storm and stressmerupakan fenomena universal pada masa remaja dan bersifat normatif. Fenomena tersebut terjadi karena remaja menjalani proses evolusi menuju kedewasaan. Setelah memasuki masa dewasa, ibarat badai akan berlalu dan langit menjadi cerah kembali. Masa remaja merupakan arena pertarungan antara ide (hasrat untuk memnuhi kebutuhan seksual) dan super ego (tuntutan moral untuk memenuhi norma dan moral sosial). Gejolak yang dialami seseorang pada masa remaja merupakan refleksi konflik internal dan ketidakseimbangan psikis. Tendensi konflik orang tua dan anak lebih tinggi terjadi pada masa remaja. Faktor pola interaksi mungkin bisa lebih memprediksikan intensitas konflik. konflik orangtuadan anak biasanya meningkat dalam keluarga dengan kondisi penuh permusuhan dan menurun dalam keluarga yang hangat dan suportif.Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan menjadi mediasi ketika konflik terjadi. Cirri-ciri remaja dapat dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya dari segi psikis. Menurut Gayo, kenakalan remaja pada umumnya terjadi kisaran usia usia 12-20 tahu yang dibagi dalam tiga fase yaitu;

a) Adolensi dini

Pada fase ini preokupasi seksual meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib,tinggah laku yang kadang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

b) Adolensi tengah

Fase ini memiliki ciri umum hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat, pentingnya fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran. Misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam prioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar. Seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.

c) Adolensi akhir

Pada masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dari dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya. Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ bahkan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya. Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka dalam masa adolesensi akhir ini, akan mempengaruhi tahap kesulitan jiwanya. Remaja dalam kondisi ini memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orangtua dan orang di sekitarnya. 

Berdasarkan pendapat ahli psikologi yang telah dikemukakan dapat kita pahami bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada masa ini seseorang remaja tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Karena masa ini remaja telah mengalami berbagai perubahahan mengenai dirinya baik perkembangan fisik maupun fisikologis. Adapun ciriciri masa remaja dapat disimpulkan sebagai periode yang penting, periode perubahan, peralihan, usia yang bermasalah, pencarian identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa kedewasaan.

Kesimpulannya adalah komunikasi dalam sebuah keluarga merupakan sarana orang tua dan anak untuk bisa saling memahami dan bertukar pikiran. Adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua akan memberikan dampak positif pada tumbuh kembang dan psikologis anak. Keluarga harus dijadikan wadah untuk membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu atau saling mengisi kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga dianggap sebagai pengalaman pertama yang dijadikan bekal dalam memposisikan atau menempatkan diri dalam masyarakat. Orangtua dalam sebuah keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku, tuturkata yang terbentuk karena peran orangtua. Dalam kelurga, proses komunikasi yang terjadi adalah komunikasi interpersonal. Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari sebagai makhluk sosal. Hampir waktu yang digunakan oleh individu dalam kesehariannya adalah untuk berkomunikasi dengan individu yang lain. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi, merupakan kemampuan yang mendasar, akan tetapi sering kita mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik. Melihat kondisi seperti ini, manusia baru akan menyadari betapa pentingnya pengetahuan tentang bagaimana cara berkomunikasi yang positif dan efektif. Pada hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu, iklim dan kondusifitas keluarga yang harmonis sangat berpengaruh pada sebuah komunikasi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun